Beberapa jam yang lalu.
Ian mengepal kuat kedua tangannya saat tau bahwa pelaku yang menculik Hana adalah adik dari Anwar, mengetahui itu mata Ian langsung berubah merah menatap ke arah depan.
"Dimana Kaisar Zahwa sekarang?" tanya Ian.
"Beliau ada di ruangannya Yang Mulia," jawab prajurtinya.
Dengan langkah lebar Ian langsung beranjak dari ruangannya, menuju tempat dimana Anwar berada, setiap langkah yang dia lewati deru nafasnya berhembus dengan kasar.
"Selamat siang Yang Mulia."
Banyak dari orang-orangnya serta orang-orang Zahwa yang memberikan hormat disaat dia melewati lorong istana, mata Ian langsung jatuh pada tenda yang ada dibawah sana, tenda kesehatan dimana banyak warga Zahwa yang sedang Sona obati bersama dengan tabib kerajaan Zahwa.
Tak ku sangka niat baik ku dibalas seperti ini.
Ian meremas kuat pagar balkon yang ada dihadapannya, entah apa yang dipikirkan Anwar berserta adiknya bisa-bisanya dia merampas hak yang bukan miliknya, susah payah dirinya bersabar menunggu kabar terbaru dari bawahannya tentang keberadaan Hana, tak disangka ternyata pelaku dari hilangnya Hana dilakukan oleh adiknya Anwar Pangeran Zahwa.
Mengetahui itu tentu saja Ian tidak akan tinggal diam, dia dengan cepat bergerak mencari keberadaan Anwar, dari semua tempat yang pernah dia lewati di Istana Zahwa, hanya ruang kerja Anwar saja yang menjadi tujuan Ian.
"Yang Mulia Rosemord?" gumam penjaga disana.
Brak
Dengan sekali tendangan Ian langsung menendang pintu ruang kerja Anwar, membuat semua penghuni disana terkejut, termasuk dengan dua penjaga disana.
"Yang Mulia apa yang Anda lakukan?" tanya penjaga itu kaget.
Ian tidak menjawab dia dengan cepat berjalan masuk kedalam ruang kerja Anwar yang berisikan banyak orang penting.
"Yang Mulia Rosemord, apa-apaan ini?" tanya Anwar yang langsung berdiri dari duduknya.
"Apa? Anda masih bertanya kenapa? Lucu sekali Yang Mulia Zahwa ini, sudah dibantu mengatasi wabah, malah begini balasan anda."
"Apa maksud ucapan Anda Yang Mulia?" tanya Anwar bingung.
"Adik Anda Yang Mulia Pangeran Zahwa, telah menculik hak milik Rosemord," tekan Ian.
"Apa?"
Semua pasang mata membesar saat mendengar ucapan dari Ian, Rahmad atau sering dikenal sebagai pangerannya Zahwa, merupakan adik dari Yang Mulia kasar Zahwa, dikatakan Rahmad berada di daerah Selatan karena ditugaskan untuk menjaga tempat itu agar tidak terkena wabah.
"YANG MULIA! INI FITNAH Pangeran Zahwa tidak ada hubungannya dengan ini semua! Bahkan dia tidak tau pasal madu yang orang-orang anda buat," sahut Mail tangan kanan Anwar.
"Tidak tau? Lantas kenapa? Kenapa? Kenapa? Wanita itu ada dikediaman Pangeran Zahwa hah? KATAKAN!" teriak Ian murka.
Semua terdiam tidak ada yang berani angkat suara, bahkan Anwar sekalipun, semua pasang mata menunduk saat Ian mulai menekan nada bicaranya.
Suara langkah kaki terdengar dari luar, Kevin datang berserta pasukan Rosemord yang lain saat mendengar ada keributan yang dibuat oleh Ian.
"Kami sungguh tidak tau Yang Mulia, ini pasti jebakan," ucap Mail menenangkan.
Tangan Ian terkepal kuat menatap ke arah Anwar yang hanya bisa diam, Anwar sendiri terkejut saat mengetahui bahwa Adiknya ada menyembunyikan orang Rosemord di rumahnya.
Adiknya yang penakut itu telah berani berbuat hal berbahaya seperti ini, Entah apa yang ada dalam pikiran Rahmad sampai dia nekad berbuat seperti ini, disaat Kaisar Rosemord ada di Zahwa.
Melihat tidak ada respon dari Anwar, membuat Ian semakin marah, dia dengan cepat mengambil salah satu pedang milik prajuritnya dan langsung dia arahkan dihadapan Anwar yang masih menundukkan kepalanya.
"YANG MULIA!" pekik mereka.
Dengan mata yang sudah memerah Ian mengarahkan pedangnya dihadapan wajah Anwar, kali ini dia tidak akan segan-segan membunuh kaisar jika memang Anwar sendiri yang terbukti bersalah.
"Kenapa anda hanya diam saja, kaisar Zahwa?" tekan Ian.
"Aku... Masih tidak percaya dengan ucapan Anda barusan," gumam Anwar.
"Adikku pangeran Zahwa, tidak mungkin melakukan itu, dia merupakan anak cacat yang tidak bisa memainkan pedang, jangankan pedang menunggangi kuda saja dia baru bisa," ucap Anwar.
"Lantas kenapa anda berkata seolah-olah adiku itu bukan orang cacat?"
Tangan Ian semakin terkepal kuat, "Jika bukan adik anda, lantas kenapa wanita itu ada dikediaman adik anda? Tidak mungkin dia datang secara sendirinya ke Zahwa, Sedangkan dia sendiri saja tidak tau tempat ini!" pekik Ian.
Lagi-lagi Ian mengarahkan pedangnya dihadapan wajah Anwar, yang membuat semua orang disana kembali menjadi tegang.
"Tidak peduli mau adik anda atau pun anda sekali pun, yang pasti aku tidak akan terima jika dia! Terluka sedikit saja, maka... Aku tidak segan-segan mengibarkan bendera perang pada Zahwa," tekan Ian, yang sedikit memajukan pedangnya.
Setelah berkata seperti itu Ian kembali menurunkan pedangnya yang membuat setetes darah keluar dari leher Anwar, melihat darah itu keluar dari leher Anwar bukannya merasa cemas, pengikut Anwar hanya terdiam melihat Ian serta orang-orangnya yang sudah pergi dari hadapan mereka.
"Sial!" pekik Ian memukul diding istana.
"Yang Mulia tenangkan diri anda," ucap Kevin menenangkan.
Tidak ada yang bisa menenangkan dirinya disaat pikirannya sedang mengarah pada keselamatan Hana, setetes darah mengalir ditangan Ian, sakin kuatnya dirinya memukul dinding Istana, membuat diding itu menjadi retak serta, membuat tangannya menjadi luka karena ulahnya sendiri.
"Kevin... Bersiaplah...." ucap Ian menyentuh pagar balkon.
"Bersiaplah kita akan pergi ke kediaman pangeran Zahwa," tekan Ian.
~*~
Setelah kejadian itu, Ian dengan seluruh pasukan Rosemord yang ada di Zahwa langsung bergegas menyerbu kediaman Rahmad, angin malam saat itu menjadi teman kesunyian para pasukan Rosemord dalam menyusuri padang pasir.
Setelah kejadian itu juga, Ian memberikan perintah pada materi kesehatannya untuk berhenti mengobati warga Zahwa yang sedang terkena wabah.
Tentu saja mereka langsung menurut apa yang diinginkan kaisar mereka, walau banyak para tabib Zahwa yang memohon belas kasih dari Ian, namun Ian tetap kukuh menolak membantu pihak Zahwa dalam mengatasi wabah itu.
Karena sakit hatinya saat ini tidak ada apa-apanya dengan rasa kecewa yang saat ini dia alami, saat tau bahwa yang menculik Hana adalah pangeran Zahwa.
"Yang Mulia! Saya melihat ada yang datang!" teriak salah satu prajuritnya.
Dengan cepat Ian mengambil teropong yang sedang dipegang prajuritnya, dan langsung dia arahkan kedepan, melihat siapa yang saat itu mendekat tangan Ian langsung terkepal kuat.
"Yang Mulia, itu pangeran Zahwa kan?" tanya Kevin.
"Berikan aku busur!" pita Ian.
Dengan cepat prajurit yang ada disebelahnya langsung memberikan Ian busur, dengan sekali tarikan Ian mengarahkan anak panahnya dihadapan kuda Rahmad.
Tas
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Kaisar "Tamat"
خيال (فانتازيا)Awalnya mereka tidak percaya dengan apa yang telah terjadi, Hana kembali ke dunia yang pernah dia datangi. "Hana kita ini ada di mana?" "Ini... Kota Rosemord." Kali ini dia tidak datang sendiri, melainkan bersama temannya, sekarang takdir apa lagi y...