helping you is my obligation

261 29 0
                                    

"bagiku, kau sudah kuanggap sebagai kakak kembar ku. Jadi aku tak sungkan berbicara dengan mu" sekali lagi pikirannya terlintasi   'kenapa harus kakak kembar bukannya pacar?' Zhongli tidak suka pemikiran tersebut tetapi mau bagaimana lagi menyembunyikan dari hanya tertawa dan menepuk pundak Childe.

Mata emas yang sedikit oranye tersebut tampak tidak senang walau tawanya sedang berkata hal sebaliknya. Childe tak sadar karena dia hanya tersenyum sambil fokus kekertasnya.

'bukankah ini waktu nya? Belum' 'langsung gas saja! Dia akan trauma' 'Childe Childe Childe....' otak Zhongli tidak mau rukun dengan opini Zhongli. Walau tak konsen dia tetap harus belajar karena ujian akan datang 2 Minggu lagi, dia tak mau dikalahkan oleh pesaingnya. Selama ini mereka selalu jauh dari nilai Zhongli walau begitu mereka tak menyerah sampai-sampai mendendami Zhongli.

"Aku akan tidur. Jika kau mau ayo sama-sama" Zhongli menolak dengan paksa dan mempersilahkan Childe tidur. Childe akhirnya ngambek dan tidur sendiri sambil memeluk bonekanya sedangkan Zhongli semalaman belajar. Dia mendengar Childe dan suara aneh seperti 'tidak, jangan dan tolong' bagai dia sedang disekap.

Padahal dia sedang bermimpi aneh, dia memimpikan sesuatu terjadi di rumahnya. Tubuhnya dikendalikan untuk melakukan hal-hal. Pertama melihat cincin selama beberapa detik walau dia sudah mencoba melihat ke suatu tempat. Sesaat setelah itu, dia berjalan turun menyusuri tangga panjang dan melengkung. Lalu dibawah dia melihat seorang wanita dan Zhongli sedang tertawa gurau sambil bermesraan. Tetapi cincin satunya ada di jari Zhongli yang mengartikan tunangan atau pernikahan sudah mereka lewati. Dia memohon dan berteriak untuk penjelasan tetapi dia malah disiksa oleh wanita tersebut.

Itu mungkin yang dijelaskan Childe kepada Zhongli tetapi aslinya sedikit berbeda karena tak ingat jelas.

"Aku takut..." Childe mengusap tengkuknya sambil menatap kebawah dengan muka murung dan kesal. Sambil menenangkan Childe, Zhongli berpikir apa pertanda tersebut artinya mereka akan menikah atau apa tetapi dia berpikir bakalan terjadi karena akan sulit menarik hati Childe.

Setelah Childe kembali tidur, Zhongli melanjutkan belajar nya.

2 minggu berlalu, ujian akan datang dihari itu juga. Dengan penuh semangat si duo ini pergi ke Sekolah sambil memberikan banyak taruhan.

"Aku yakin kau akan ranking satu!" "Tidak kau!" Berurutan Childe dan Zhongli bergurau sambil menyemangati siapa yang akan ranking satu.

Dihari pertama, dimulai dari pemanasan. Yaitu agama dan bahasa Mandarin. Begitu tenang mereka kerjakan tanpa keringat setetes pun bahkan tanpa pikir keras.

"Gampang tidak?" Zhongli memberikan sekotak susu kepada Childe untuk pendinginan otak dan meminum miliknya.

"Kurang lebih mi-" Childe terkejut mulutnya ditutup. Dia sadar tidak boleh ada yang tahu kalau Zhongli pembuatnya atau akan hancur dirinya. "Ya baiklah, kalau begini aku bisa kalah" Zhongli tidak bergurau melainkan serius karena Childe sudah mulai pintar. Tetapi beda dengan Childe yang sebenarnya tahu jelas Zhongli lebih pintar dari arah manapun.

Seperti biasa mereka melakukan rutinitas yang sama. Dan dihari kedua mulai dengan pemanasan tengah dengan pkn dan ips yang membuat Childe sedikit kesusahan dan hampir kehabisan waktu karena satu nomor atau pengecekan.

Hari ketiga, sudah mulai kedalam intinya dengan IPA dan bahasa Inggris. Childe tidak masalah dengan Inggris tetapi ipa membuat otaknya panas sekali. Sampai-sampai dia mandi air dingin dan menghabiskan 3 jam untuk tidur bersama Zhongli untuk menenangkan dirinya.

Hari keempat! Kini mereka menjalani ujian matematika dan komputer. Childe tidak mengerti banyak tentang teknologi tetapi dia membaca deskripsi dan guna dari semuanya dan berhasil melakukan nya dengan pas serta benar. Matematika sih soalnya rata-rata punya Zhongli jadi kadang dia harus menyamarkan banyak oret-oretan agar tak ketahuan.

Hari kelima atau hari terakhir, sudah mulai dengan pendinginan. Ujiannya yaitu prakarya/sbk dan olahraga. Hari itu dipenuhi praktek, pertama dia dan Zhongli membuat sesuatu kreasi dan praktek gerakan yang lumayan susah.

"Akhirnya!!" Childe melompat-lompat sambil pulang, dia begitu bahagia setelah menyelesaikan ujian. "Kita tunggu hari Senin..." Zhongli tersenyum kearah bukunya yang tebal itu.

"Menyebalkan, kau selalu menatap buku itu. Tidak sekalipun kau mau melihat ku, jadi cukup dengan catatan itu" Zhongli menutup bukunya lalu menatap ke Childe di sepanjang perjalanan. Walau akhirnya Childe merasa tak nyaman dan memukul Zhongli karena menatapi dirinya terlalu lama.

Dirumah, Childe memasak makan malam lalu mereka makan bersama.
Kini Childe dan Zhongli berkelahi dikamar

"Tidur jam 7 ya!" "Tidak jam 10!" "Tidurlah!!!!!" "Diamlah kau bisa tidak seharian tidak mengurusi ku! Kita kan kembaran bukan suami istri atau apapun lebih jadi jangan pedulikan aku" "kau mau bunuh diri ya?! Hmp terserah mu!" Childe berbaring dan menghadap ke dinding. Walau tak berbunyi tetapi bisa dilihat Kalau sprei tersebut basah dipenuhi banjiran mata biru yang tak kuat menampung perasaan dan tangisan.

"Baru seminggu tidak menangis, kau suka sekali menangis. Hatimu memang rapuh ya..." Childe Mengabaikan Zhongli seakan-akan tidak mendengarkan atau tuli. Zhongli ikut cemas melihat Childe yang sering menangis dan manja tetapi dia senang memanjakan Childe bukan membuatnya menangis. Lagihal itu semua salahnya membentaknya terus menerus.

"Hey, maaf aku yang salah. Aku akan pergi sebentar saja sampai kau tenang" Zhongli keluar tanpa menunggu respon. Dia butuh memikirkan kata-kata yang disebutkan olehnya 'sangat baik kalau mulutku disaring dulu sebelum mengucapkan hal tersebut'.

Childe dikamar berhenti nangis dan berpikir 'apa perasaan ku berkata bahwa aku cinta padanya? Ya mungkin' dia tidak percaya karena perasaan itu diputar menjadi family zone.

Jam 7, Childe penasaran kemana perginya Zhongli. Dia turun kebawah mencari didapur di gudang. akhirnya tak sejauh itu dia pergi tetapi di ruang tamu sedang mencoba tidur sambil menghitung.

"120....121...122...123..." Zhongli menghitung yang tampak nya penting sampai sebelum tidur sudah dihitung. "Zhongli, mengapa kau tidur disofa" Zhongli tidak sadar karena dia terlalu menghayati suasana menghitung nya. Tanpa disadari Childe diam-diam menduduki perutnya sampai dia berhenti menghitung.

"Salah harusnya sedikit bawahan" Childe melihat kesekitar dan sadar Zhongli sedang menggoda nya. "Tidak mau. Dan jangan pernah mencoba, dasar mesum" Childe berdiri dan menarik Zhongli kembali ke atas untuk mencarikan tempat tidur yang layak. "Disini kita sama-sama" Childe melompat keatas kasur dan menarik Zhongli untuk tidur agar tak kurang tidur lagihal besok libur sehari.mereka berlama-lamaan menukar cerita lucu sambil menunggu waktu tidur.

"Kau seperti wanita saja" Zhongli terbaring dipaha Childe semenjak tadi. Childe merasakan kram dikakinya tetapi mau tidak mau menidurkan anak bayi yang cengeng ini(padahal dia).

"Kaki ku kram, kita ganti posisi aja yuk" Zhongli tidak menjawab karena dia menolak kehilangan waktu yang ditunggu-tunggu dirinya. Tanpa rasa salah Childe menyorong kepala Zhongli dan membebaskan kakinya. Kepala Zhongli berada dibawah kaki Childe. Begitu sial harinya....

"Zhongli, apa kau masih hidup?" Zhongli masih belum berpindah ataupun bergerak. Childe menarik Zhongli untuk menghadap kepadanya. Apa dia mati? Apa dia berbohong? Apa dia tidur? Apa dia mencari perhatian?

Tidak satupun jawaban tersebut benar, yang Zhongli lakukan hanya mengedip dan diam.

"Zhongli" mata biru Childe meneteskan air mata dan memanggil Zhongli seperti anak yang kehilangan orang tersayangnya.

"Ayo kita kawin lari" "tidak mau" Childe menyeka air matanya dan tersenyum.

Besok lusa lagi ya:"
Masa jam segini udh ngantuk padahal belum terlalu malam.

1130 words

|| zhongchi || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang