Dia terus berjalan menjauh sangat jauh, namun masih terlihat oleh mata putih khas Hyuuga. Sudah hampir habis suaraku meneriakkan namanya, namun gelombang longitudinal ini sudah tak lagi menggetarkan gendang telinganya. Terasa hampir lepas sendi-sendi kakiku mengejarnya sekuat tenaga, namun cepatnya dia sudah diatas rata-rata. Bagaimana aku bisa menggapainya? Berjalan di sampingnya? Dengan jarak yang membentang diantara aku dan dia, tak ada kata kita.
Rindu, ragu, dan malu bercampur menjadi satu mengantarkanku pada pilu. Siapapun tahu bangsawan tak akan pernah bersanding dengan gadis kalangan rendah sepertiku. Sementara dirinya selalu mengambil peran dalam setiap mimpi, angan, dan lamunanku. Tuhan, ku mohon pantaskanlah aku bersama dia lelaki bermata biru.
A FanFiction by Avariene
Naruto belong to Masashi Kishimoto
-Mendamba Biru-
Abad ke 5 dimana peradaban dunia masih kelam, masih maraknya peperangan antar negeri untuk perluasan kekuasaan, beberapa kerajaan runtuh terjajah kerajaan lain yang lebih kuat, praktik-praktik ilmu sihir, bahkan perbudakan. Entah sudah bisa dikatakan sebagai peradaban atau belum, lagi pula banyak manusia di masa itu masih jauh dari kata beradab terutama di kalangan rendahan. Strata sosial sangat menentukan bagai mana nasib seseorang, yang lemah akan semakin tertindas oleh kekuasaan tirani. Menghantarkan rakyat jelata pada keadaan yang jauh dari kata manusiawi. Seperti itu, sama saja di seluruh Negeri.
Kumo adalah sebuah Negeri dengan cuaca yang hangat, meskipun begitu, Kumo menjadi daerah strategis yang banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang kelas internasional. Mereka tak hanya memperdagangkan barang-barang unggulan dari negeri masing-masing, seperti rempah-rempah, sutra, pahatan, dan lainnya. Bahkan perdagangan budak terbesar ada di negeri dengan kondisi geografis berbukit itu. Lebih parahnya lagi budak-budak itu tak hanya berasal dari Kumo, ada pedagang dari luar yang menjualnya di Kumo untuk diperjualbelikan lagi di sana. Sangat mengerikan mengingat budak yang banyak diminati adalah yang berusia dibawah 20an, di mana masa depan mereka?
Perlu diketahui, budak jelas berbeda dengan pelayan. Jika pelayan memiliki tugas tertentu seperti memasak, berkebun, hingga mengurusi bayi, kemudian mereka diberikan sejumlah upah. Maka budak lebih dari sekedar itu, mereka melayani apa pun yang diperintahkan oleh tuannya, tak ada kata tidak, tak ada deskripsi kerja yang jelas, tak ada upah. Hidupnya jelas terbelenggu di genggaman tuannya. Mengerikan, itulah kenyataan yang terjadi berabad-abad lamanya. Beruntunglah manusia yang hidup di zaman yang lebih manusiawi.
-Mendamba Biru-
Hari itu adalah hari Rabu yang sibuk, seorang pria yang mengenakan jubah putih bertuliskan Rokudaime menyusuri pasar budak Kumo, ditemani oleh salah satu teman lamanya yaitu Darui, lelaki asli Kumo yang berprofesi sebagai pengawal pimpinan Kumo. Sang Rokudaime beru saja selesai dengan urusan diplomatiknya, dan berencana membeli seorang budak perempuan muda di sini. Mata hitamnya meneliti setiap budak yang dijajakan di sana, belum ada yang membuatnya menarik minatnya. Darui mulai khawatir mengingat mereka sudah berkeliling sejak pagi hingga tengah hari, apa lagi jadwal kepulangan pemimpin Negeri Konoha itu harusnya siang ini.
“Apa belum ada yang membuatmu tertarik Rokudaime-sama?” Tanya Darui
“Sudah berapa kali aku katakan, cukup Kakashi saja, kau ini kan teman lamaku.” Jawab Rokudaime, untuk ukuran pemimpin Negeri, lelaki bernama lengkap Hatake Kakashi itu tak terlalu sombong juga.
“Aku tahu penjual budak berkualitas tinggi di sekitar sini, aku akan mengantarmu.” Darui ingat ada penjual budak terbaik dan termahal di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendamba Biru
FanfictionDia terus berjalan menjauh sangat jauh, namun masih terlihat oleh mata putih khas Hyuuga. Sudah hampir habis suaraku meneriakkan namanya, namun gelombang longitudinal ini sudah tak lagi menggetarkan gendang telinganya. Terasa hampir lepas sendi-send...