A FanFiction by Avariene
Naruto belong to Masashi Kishimoto
-Mendamba Biru-
Bulan ke 11 menjadi penghujung musim gugur, meskipun salju belum turun, dinginnya sudah cukup untuk menimbulkan alergi bagi para penderita alergi dingin, juga menimbulkan flu bagi siapa saja yang tak terbiasa dengan cuaca dingin. Cuaca yang benar-benar berbeda dengan Kumo yang hangat sepanjang tahun. Meskipun tumbuh besar di Kumo, Hinata tak sama sekali menunjukkan gejala alergi maupun flu. Perempuan bermata bundar itu terlihat baik-baik saja secara fisik. Terlepas dari tragedi penyerangan yang dilakukan oleh Yuuru tempo hari yang jelas-jelas menggoyahkan mentalnya.
Hinata akhir-akhir ini mudah terkejut, bahkan ketika mendengar suara lantai kayu yang berderit ketika diinjak. Tak menjadi masalah jika saja tak sampai membuatnya sulit untuk tidur. Masalahnya sudah tengah malam seperti ini dan Hinata belum juga bisa memejamkan mata. Sudah lebih dari seminggu Hinata mengalami kesulitan tidur. Suara gemeretak dahan pohon yang saling bertubrukan karena tertiup angin malam membuat Hinata waspada.
Jika saja Tuan muda lebih memperhatikannya, mungkin dia bisa menyadari bahwa budaknya tak lagi mau berlama-lama berdiam diri di dapur. Gadis itu kini hanya pergi ke dapur untuk urusan mengambil makanan, kemudian mengantarkannya ke tempat yang Naruto inginkan. Tak ada lagi membantu para pelayan, itu cukup membuat baa-san khawatir. Wanita paruh baya itu sesekali merayu Hinata, mengajak gadis manis itu untuk mencoba resep masakan terbaru dari Negeri Cina. Namun Hinata menolaknya dengan alasan sibuk menulis laporan misi Tuan muda. Pada kenyataannya laporan itu sudah selesai dikerjakannya.
Menenggelamkan diri di bawah selimut adalah rutinitas malam Hinata. Sayangnya semakin dia memejamkan matanya rapat-rapat agar segera tidur, maka indra pendengarannya akan semakin tajam saja. Seperti sekarang, Hinata dikejutkan dengan suara seseorang yang membuka pintu kamarnya. Derit lantai kayu semakin jelas menandakan orang itu mendekat ke arahnya.
“Kami-sama... Tolong aku!” Gadis itu memekik ketika orang itu menyibakkan selimutnya.
“Hinata! Demi Kami-sama yang menguasai seluruh alam semesta! Kau mengganggu tidurku dengan bisikan-bisikan ketakutanmu itu.” Hinata kemudian membuka salah satu matanya. Ah! Ternyata itu Tuan muda.
“Ma-maafkan aku Tuan muda, aku tak bisa tidur.” Ucap Hinata dengan pelan sambil menundukkan wajah.
“Tak bisa tidur? Lantas kau boleh mengganggu tidurku? Hai ingatlah kamarku ada di sebelah, hanya terhalang dinding tipis.” Nada suaranya terdengar gusar. Tuan muda sudah bekerja seharian penuh, sudah pasti ia butuh tidur yang berkualitas di malam hari.
“Maaf Tuan muda...” Hinata kemudian bangkit duduk dari posisi berbaringnya.
“Lihat kantung mataku gadis penakut!” Seketika itu juga Naruto memajukan wajahnya lebih dekat ke arah Hinata. Menunjukkan kantung mata kehitaman yang ia maksudkan, juga urat-urat kemerahan di sklera matanya. Tangannya mencengkeram dagu Hinata agar budaknya tak bisa menunduk atau mengalihkan pandangan darinya.
“Maafkan aku Tuan muda.” Ulangnya lagi.
“Ck! Tidurlah, aku akan menemanimu di sini.” Kalimat itu membuat suasana menjadi hening. Sementara Naruto mulai bergabung di bawah selimut futon Hinata yang sedikit lebih sempit dibandingkan futon yang digelar di kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendamba Biru
FanfictionDia terus berjalan menjauh sangat jauh, namun masih terlihat oleh mata putih khas Hyuuga. Sudah hampir habis suaraku meneriakkan namanya, namun gelombang longitudinal ini sudah tak lagi menggetarkan gendang telinganya. Terasa hampir lepas sendi-send...