A FanFiction by Avariene
Naruto belong to Masashi Kishimoto
-Mendamba Biru-
Salju sudah tak turun lagi minggu ini. Tumpukan es yang tersisa perlahan mencair. Jika musim dingin yang lalu bersuhu di bawah 0 derajat celcius, maka bulan ke 3 ini suhunya sudah menghangat, tanda berakhirnya musim dingin dan datangnya musim semi. Sungai beku yang mengalir sepanjang Konoha juga sudah mencair.
Inuzuka Kiba dan Akamaru tak perlu khawatir lagi dengan bekunya pembuluh darah di sekitar hidung mereka yang sensitif. Mereka bisa menjalankan misi dengan tenang. Belum lagi aroma rerumputan yang tumbuh dengan liar begitu memanjakan indra penciuman. Aburame Shino juga tak perlu lagi menghamburkan banyak cakra hanya untuk membuat serangganya bertahan di cuaca dingin. Yang lebih menyenangkannya adalah serangga banyak berkembang biak di musim semi hingga musim panas nanti.
Tim asuhan Kurenai sekarang sudah mendapat formasi tetap dengan bergabungnya Hyuuga Hinata. Syukurlah Hokage menyetujui rekomendasi Kurenai. Sudah 5 kali mereka mendapat misi bersama sejak formasi itu diresmikan. Untuk permulaan, Hinata berusaha untuk setidaknya tak menjadi beban bagi teamnya. Pada misi selanjutnya dia sudah mulai terlibat dalam pertarungan. Kemudian pada misi-misi berikutnya, Kiba dan Shino mulai merasa sangat terbantu dengan byakugan yang Hinata miliki.
Itu tak terlalu mengejutkan mengingat Hinata merupakan seorang yang gigih. Dia selalu berlatih ketika ada waktu senggang di luar misi. Meskipun ternyata jangkauan byakugannya masih terbatas di 1 km, Neji yakin Hinata masih bisa mengembangkan penglihatannya lebih jauh lagi, mungkin antara 5 hingga 10 km.
Hari ini mereka baru saja pulang dari Negeri Oto, misi untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan seorang Daimyo sudah berhasil mereka laksanakan. Rupanya lelaki tua itu dibunuh oleh salah satu selirnya sendiri. Bukan harta yang menjadi motifnya. Adalah dendam kesumat yang mendasari si selir muda sampai hati untuk meracuni Tuannya.
Jauh, bertahun lalu, kecerdikan Daimyo Oto ternyata pernah membuat usaha seorang saudagar rempah-rempah gulung tikar. Saudagar itu tak lain adalah ayah dari wanita yang kemudian hari menjadi selirnya. Sang saudagar yang sudah jatuh miskin rupanya masih menyimpan dendam. Alhasil dia mengutus putrinya sendiri masuk ke area kediaman Daimyo dengan cara menjadi selir, kemudian saat itulah selir melancarkan aksinya untuk mencampurkan racun ke teh herbal kesukaan Daimyo.
Sebenarnya kematian Daimyo pada mulanya terkesan normal, hanya saja terasa mendadak. Bahkan sebelumnya tabib mendiagnosis bahwa Daimyo terkena diare akut. Namun mengingat pola makan kalangan bangsawan yang benar-benar sehat dan higienis, itu terasa aneh. Maka dari itu tabib curiga dan memutuskan untuk melaporkan temuannya pada keluarga Daimyo.
Mereka meminta bantuan pada Hokage agar mengutus tim penyelidik terbaik dari Konoha. Tentu saja tim Shino, Kiba, Hinata yang dipilih oleh Hokage untuk pergi ke Oto. Hinata ditugaskan untuk melihat keadaan dalam tubuh Daimyo menggunakan byakugannya. Rupanya di dalam tubuh Daomyo sudah terdapat endapan yang dicurigai sebagai logam berat yang digunakan oleh tersangka untuk meracuninya. Beberapa bagian organ dalam jenazah tersebut juga sudah terlihat menghitam, semakin memperkuat kecurigaan.
Shino memasukkan seekor serangga yang membawa lempengan perak ke dalam mayat Daimyo. Lalu serangga tersebut keluar dengan membawa kembali lempengan perak yang sudah menghitam. Itu adalah bukti bahwa tersangka kemungkinan menggunakan senyawa arsenik untuk meracuni Daimyo. Bisa dicampurkan dengan makanan atau minuman, tak akan mencurigakan karena tidak berbau dan tidak berasa.
Kiba paling ahli dalam urusan mencari orang. Mereka mengambil sampel racunnya, lalu mencari dari mana racun arsenik tersebut berasal, siapa yang memproduksinya, sampai siapa saja yang sudah membeli zat tersebut. Hingga ditemukanlah bahwa sang selir yang sudah meracuni Daimyo menggunakan arsenik. Penggunaan arsenik untuk meracuni seseorang sangat banyak terjadi sejak berabad-abad yang lalu. Pantas saja arsenik juga dikenal sebagai ‘racunnya raja' bahkan ‘rajanya racun'.
-Mendamba Biru-
Hinata baru saja akan memasuki gerbang Shinden-zukuri Hyuuga, namun sudah dikejutkan dengan Uzumaki Naruto yang keluar dari pintu utama dalam keadaan yang jauh dari baik-baik saja. Dia babak belur seperti pencuri yang habis dihajar masa. Untuk sesaat tatapan mereka bertemu dan saling terkunci. Naruto masih sempat mengulaskan senyum di bibirnya yang berdarah sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
“Hinata...” Begitu lirihnya sebelum hilang kesadaran.
“Naruto-sama.” Hinata memekik terkejut bercampur khawatir. Dengan segera Hinata berlari menghampiri Naruto yang tergeletak tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendamba Biru
FanfictionDia terus berjalan menjauh sangat jauh, namun masih terlihat oleh mata putih khas Hyuuga. Sudah hampir habis suaraku meneriakkan namanya, namun gelombang longitudinal ini sudah tak lagi menggetarkan gendang telinganya. Terasa hampir lepas sendi-send...