A FanFiction by Avariene
Naruto belong to Masashi Kishimoto
-Mendamba Biru-
Sudah empat minggu sejak insiden penyerangan Yuuru di rumah Uzumaki. Naruto sudah merealisasikan niatannya untuk melatih Hinata bela diri di waktu luangnya. Saat ini mereka sedang berlatih di sayap kiri rumah Uzumaki, ruangan itu memang dikhususkan untuk berlatih atau biasa dikenal dengan dojo.
Berbekal pelatihan yang pernah Hinata dapatkan semasa di rumah budak, yang belum gadis itu pelajari adalah teknik penggunaan senjata. Karena penggunaan senjata sesungguhnya ilegal di kalangan budak. Maka dari itu mereka hanya dibekali ilmu bela diri tangan kosong. Jadi untuk teknik dasar, pukulan, tendangan, dan kuncian si manis berambut biru tua sudah bisa, meskipun tak mahir juga. Ya... hanya sekedar bisa. Maklum saja masa pelatihannya belum selesai, termasuk untuk bidang bela diri.
Di hari pertama latihan ini, Naruto tiba-tiba menantang Hinata dengan pertarungan satu lawan satu tanpa senjata. Hanya sekedar untuk mengukur kemampuan awal budaknya, juga untuk mencari titik kelemahannya. Dilihat dari penyerangan tempo hari, Hinata terdesak oleh Yuuru. Penyebabnya entah karena Yuuru yang terlaku kuat, atau Hinata yang lemah.
Hinata melayangkan beberapa kali pukulan dan tendangan ke arah Naruto. Namun seluruhnya mampu ditangkis oleh Tuan muda dengan mudah. Satu, serangan Hinata terlalu mudah untuk dibaca, dia harusnya bisa mengelabui lawannya. Saat ada kesempatan untuk pukulannya dapat mengenai Naruto, Hinata justru terlihat menahan gerakannya. Dua, Hinata terlalu ragu-ragu, padahal siapapun lawannya sekalipun dalam latihan, tak boleh ada keraguan.
Hinata bisa merasakan lengan tan milik tuannya bergerak untuk melingkari lehernya dari belakang untuk mengunci pergerakannya. Naruto berniat membanting Hinata dari depan ke belakang. Hal yang bisa Hinata lakukan adalah teknik bantingan. Dengan sekuat tenaga Hinata menggunakan seoi nage untuk membanting Naruto melalui bahunya sendiri. Ketika Naruto merasakan tubuhnya terangkat, kakinya mulai tak menapaki tanah, ia yakin Hinata akan berhasil untuk membantingnya. Dan berhasil, tapi akibat kuda-kudanya yang kurang kuat, Hinata justru ikut terjerembab. Tiga, kuda-kudanya lemah.
“Sudah cukup!” Mereka kemudian membungkuk saling berhadapan sebagai tanda penghormatan.
“Dalam pertarungan, kemampuan fisik memang diperlukan. Tapi jangan hanya mengandalkan itu, kau juga masih punya otak untuk berpikir cerdik untuk mengelabui lawan. Mungkin aku perlu mengajarimu beberapa variasi pukulan dan tendangan.” Naruto kemudian mengetuk telunjuknya di pelipis, seolah menunjukkan letak otaknya. Hinata kemudian mengangguk.
“Siapapun itu yang mengajakmu bertarung, dia adalah lawan. Kau dengar? La... wan! Jadi hilangkan keraguanmu, atau kau akan kalah!” Ucap Naruto.
“Y-ya Tuan muda.” Cicit Hinata.
“Terakhir, kuda-kudamu sangat buruk, kau membanting tapi kau ikut terjatuh juga. Seingatku, aku sudah memberimu banyak makan, jangan lemas begitu!” Makinya lagi, Hinata hanya bisa menunduk.
Seorang pelayan memasuki dojo, hendak memberitahukan pada Tuan muda bahwa makan siang sudah siap. Menu hari ini adalah kirimugi, cikal bakal makanan yang dikenal dengan udon saat ini. Karena cuaca di luar sedang dingin, maka baa-san menambahkan kuah hangat untuk kirimuginya. Itu adalah salah satu makanan kesukaan Tuan muda. Tak hanya dengan kuah hangat di cuaca dingin, terkadang disajikan dengan kuah dingin di cuaca panas. Rasanya lelaki berambut pirang itu tak pernah bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendamba Biru
FanfictionDia terus berjalan menjauh sangat jauh, namun masih terlihat oleh mata putih khas Hyuuga. Sudah hampir habis suaraku meneriakkan namanya, namun gelombang longitudinal ini sudah tak lagi menggetarkan gendang telinganya. Terasa hampir lepas sendi-send...