A FanFiction by Avariene
Naruto belong to Masashi Kishimoto
-Mendamba Biru-
Kamar itu masih sama seperti 2 jam yang lalu saat mereka datang, hanya bulan penuh yang memberikan cahaya temaram. Sekarang mungkin sudah pukul 4 pagi. Sosok lelaki yang duduk di dekat jendela itu bukannya tak merasakan kantuk, ia cukup mengantuk, namun sayang matanya yang tajam sulit untuk terpejam. Meminum ramuan tidur bukanlah pilihan tepat, alhasil Hatake Kakashi hanya bisa duduk santai ditemani satu poci teh, kudapan, pemandangan langit, dan salah satu karya terbaru Jiraiya.
Terkadang ia tak habis pikir dengan otaknya sendiri. Baru kali ini sang Hokage ke 6 membeli budak dengan harga setinggi itu. 280 keping emas adalah harga tertinggi yang harus dibayarnya untuk membawa pulang Hanare, salah satu dari budak kesukaannya. Wanita itu sangat cantik dan usianya sudah mencapai akhir kepala dua. Benar-benar mahakarya sempurna dengan mata sewarna karamel dan rambut hijau tua yang sangat halus. Tugas Hanare hanya melayani sang tuan di kamarnya, juga sesekali menemaninya ke acara-acara penting selain tempat suci tentunya. Sementara dua budak lain yang sudah berusia di atas 40 ditugaskan untuk membantu para pelayan. Untuk kasta budak, hidupnya tak terlalu sulit. Hanya pandangan orang-orang saja yang mampu membuatnya sakit.
Kakashi tertegun, sebuah tangan ramping memeluknya dari belakang, dengan perlahan meraba dari perut hingga dadanya yang berotot, ia sangat familiar dengan tangan itu, Hanarenya. Tangan besar milik Rokudaime merayap hingga ke lengan atas budaknya, terasa dingin. Maklum saja karena matahari belum naik dan angin bergerak lebih liar dari biasanya. Terlebih jendela kamar ini terbuka selebar-lebarnya tanpa penghalang sedikitpun.
“Tuan membeli yang baru? Dia terlihat sangat muda dan manis, pantas saja Rokudaime-sama tak langsung mencariku saat pulang.” Kakashi yang saat itu sudah melepas penutup wajahnya hanya tersenyum mendengar perkataan Hanare.
“Jangan marah Hanareku.” Sekilas Kakashi melihat Hanare menggembungkan pipinya.
Bukan rahasia lagi jika Hanare menyimpan perasaan lebih terhadap tuannya. Meski wanita itu tahu bahwa budak tak pernah bisa bersanding dengan bangsawan. Kakashi memang memperlakukannya dengan cukup baik, wajar saja jika itu membuat wanita jadi terbawa perasaan. Melihat tuannya membawa budak baru membuat hatinya tak tenang, ia takut tergantikan mengingat kecantikan dan kemolekan akan habis termakan usia. Mungkin ia akan bernasib sama seperti dua budak sebelumnya, berakhir dengan membantu pekerjaan pelayan.
“Apa aku sudah tak seindah dulu tuan?” Tanya Hanare dengan suara bergetar menahan tangisan.
Tak sempat mulut Kakashi mengeluarkan kata untuk menjawab Hanare, telinganya yang peka mendengar suara kecil dari ranjang. Membuat syaraf motoriknya menggerakkan tubuh tinggi itu untuk menghampiri sumber suara. Dilihat dari pergerakannya, sudah dipastikan bahwa Hinata akan segera terbangun dari tidur panjangnya. Mata sewarna mutiara itu mengerjap beberapa kali, merasa asing dengan ruangan ini.
“Hanare, berikan teh itu.” Kakashi menunjuk sebuah poci dan cangkir berbahan keramik buatan pengrajin terkenal dari Negeri tirai bambu yang sejak tadi menemaninya.
-Mendamba Biru-.
Hanare termenung sejenak, sejujurnya ia tak rela jika harus melakukan itu, namun apalah daya ia hanya budak yang tak boleh menolak apapun titah tuannya. Kakashi membantu Hinata untuk duduk. Hinata merasakan tubuhnya sangat lemas, mungkin karena tak ada makanan yang turun ke perutnya selama ia tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendamba Biru
FanfictionDia terus berjalan menjauh sangat jauh, namun masih terlihat oleh mata putih khas Hyuuga. Sudah hampir habis suaraku meneriakkan namanya, namun gelombang longitudinal ini sudah tak lagi menggetarkan gendang telinganya. Terasa hampir lepas sendi-send...