A FanFiction by Avariene
Naruto belong to Masashi Kishimoto
-Mendamba Biru-Hinata sedang menyiapkan makanan untuk makan malam spesialnya bersama Tuan muda. Dengan hati-hati gadis berusia 17 tahun itu menyalakan tungku api yang ada di tengah-tengah meja makan. Menu kali ini adalah daging rusa hutan yang dipanggang. Naruto lebih suka daging rusa dibandingkan daging lainnya. Daging rusa terkenal mengandung lemak yang lebih sedikit, rasanya lebih enak dan gurih karena hanya memakan makanan alami yang tersedia di hutan. Kandungan gizinya tak perlu dipertanyakan lagi, lihat saja tubuh Naruto yang kekar dan sehat. Hinata pasti akan lebih kuat jika sering memakan daging rusa sepertinya. Selain daging, Hinata juga menyiapkan sayuran sebagai penyeimbang asupan nutrisi.
Naruto membawa sebuah botol tinggi yang terbuat dari keramik, lengkap dengan 2 cangkir kecil. Dari rupa botolnya saja kita bisa tahu bahwa isinya adalah imo shochu. Dia benar-benar ingin minum-minum bersama Hinata. Tapi ayolah shochu terlalu keras untuk pemula seperti Hinata. Harusnya Naruto memilih sake saja, namun sayang di rumah ini hanya ada shochu kesukaan Tuan muda.
"Selamat hari kelahiran Hinata, semoga kebahagiaan meliputimu." Ucap Naruto.
"Terimakasih banyak Tuan muda." Hinata tersenyum, terharu karena ini adalah kali pertamanya merayakan hari kelahiran. Meskipun sesungguhnya ia tak tahu tanggal pastinya.
"Minumlah ini." Naruto menyodorkan cangkir kecil berisi imo shochu.
Di Konoha, acara minum-minum biasa dilakukan ketika perayaan. Entah itu perayaan besar, pernikahan, maupun perayaan hari kelahiran yang ke 17. Itu sebagai simbol seseorang telah beranjak dewasa dan sudah harus siap menghadapi kehidupan orang dewasa. Tak harus sampai mabuk, sedikit pun sudah cukup. Meski pada kenyataannya banyak orang yang sengaja minum dengan banyak hingga mabuk.
Hinata dengan ragu-ragu mendekatkan cangkir ke arah bibirnya. Tercium bau manis bercampur dengan aroma khas ragi dari cairan bening di dalam cangkir. Lidahnya mengecap rasa manis yang pernah dirasakannya dari mulut Tuan muda. Kini Hinata merasakannya secara langsung, manis namun ketika sampai di tenggorokan, ada sensasi kering yang agak membakar. Tak ingin berlama-lama dengan rasa aneh di mulutnya, Hinata segera menghabiskan seluruh isi cangkir.
"Ini enak bukan?" Tanya Naruto sambil mengisi cangkirnya sendiri entah sudah berapa kali.
"Enak, tapi aku tak terlalu suka." Jawab Hinata. Tak suka dengan sensasi terbakar di bagian tenggorokannya. Naruto hanya terkekeh menanggapi pernyataannya.
"Aku ada satu cara alternatif untuk minum shochu agar lebih nikmat." Sebuah ide terlintas di kepala pirang. Dia pernah melakukan ini beberapa kali dengan para wanita bangsawan yang pergi ke perayaan bersamanya.
Naruto meminum isi cangkirnya, manun tak segera menelannya. Ia justru memegang kepala balakang Hinata. Membuat wajah merona itu mendekat ke arah wajahnya. Rupanya ia akan menuangkan shochu dari mulutnya ke mulut Hinata. Ini terasa memalukan bagi Hinata, sayangnya terasa menyenangkan bagi Naruto. Shochunya sudah berpindah seluruhnya ke mulut Hinata. Awalnya Hinata berniat akan memuntahkan isi mulutnya, namun tak bisa karena tak mungkin ia melakukan hal tersebut di hadapan Tuan muda. Bisa-bisa Naruto marah dan menyiksanya lagi. Terpaksa Hinata membiarkan rasa terbakar menjalari tenggorokannya.
"Lebih nikmat bukan?" Tanya Naruto, Hinata tak bisa menjawab karena terlalu malu.
Hinata kemudian mengisi dua mangkuk dengan nasi. Satu untuk Tuan muda dan satu untuk dirinya sendiri. Juga mengangkat daging rusa yang telah matang dari tungku pemanggang. Lalu menambahkan sayuran di atasnya. Tuan muda menerima mangkuk yang sudah terisi. Kemudian memakan makanannya dengan lahap. Hinata pun memakan bagiannya sendiri. Aroma bakaran akan membangkitkan selera makan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendamba Biru
FanfictionDia terus berjalan menjauh sangat jauh, namun masih terlihat oleh mata putih khas Hyuuga. Sudah hampir habis suaraku meneriakkan namanya, namun gelombang longitudinal ini sudah tak lagi menggetarkan gendang telinganya. Terasa hampir lepas sendi-send...