7. Rumah Sakit

102 94 4
                                    

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------

-Nara-

-Nara-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌙

Kelas pun dimulai. Aku dan Vanya duduk bersampingan. Materi kali ini tentang seni menggambar sketsa, ekspektasi tak sesuai dengan realita, membuat sketsa tak semudah yang aku bayangkan. Tatapanku kembali fokus pada dosen yang sedang menjelaskan materi di depan sana.

Dosen itu menatapku juga, kita saling bertatap sebentar. Tentu saja, aku merasa canggung.

"Dosen itu tampan, ya, Nar?"

"Biasa saja."

Vanya mengerucutkan bibirnya, "Dia masih muda, kalau tidak salah usianya masih setara dengan kita."

Aku sedikit terkejut dengan perkataan Vanya barusan. Apa iya dosen itu usianya masih muda? Dia terlihat sangat dewasa. "Serius?"

"Duarius," jawab Vanya menunjukkan angka 2 dengan jarinya.

"Berarti dia menjadi incaranmu, ya?"

Vanya terkekeh, "Mungkin."

🌙

Selesai kelas kami kembali ke Taman. Duduk di bawah pohon rindang, disana sudah seperti basecamp kami. Di taman kami menonton drama Korea dari laptop Vanya. Aku suka hal yang berbau Korea, tetapi tidak seperti Vanya yang sampai hafal semua nama boy grup asal negara gingseng itu.

NCT. Vanya hafal semua nama anggota grup tersebut. Namun, ketika disuruh menghafal pelajaran koneksi otaknya tiba-tiba terputus.

"Ahhh---," Kepalaku tiba-tiba sangat sakit, pandanganku buram dan semuanya berputar. Aku terus memijat keningku agar rasa nyeri segera menghilang.

"Kamu kenapa, Nar?"

"Sakit, Van." Aku terus merintih kesakitan dan pandanganku berubah menjadi gelap. Aku pingsan.

Saat membuka mata, ternyata aku sudah berada di kamar pasien. Kepalaku masih terasa pusing tak karuan. Vanya tak berada bersamaku, dia meninggalkan secarik kertas diatas meja.

'Nara.. Aku harus pulang terlebih dahulu. Aku menitipkanmu pada suster. Pasti aku akan kembali kesini. Tetap disini, ya! Ikuti kata dokter."

Aku tidak mengerti apa yang terjadi terhadap tubuhku ini, dada tiba-tiba terasa sesak. Hal ini sangat menggangguku. Rasanya membosankan harus terbaring seperti ini.

Dokter dan suster masuk, Mereka berjalan menghampiriku, menyapa dengan senyuman hangat. Mereka seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku, "Bagaimana? Masih terasa pusing?"

"Masih, Dok."

Jujur, aku takut. Rasanya seperti naik roller coaster. "Sebenarnya saya sakit apa, Dok?"

"Anda tidak mengidap penyakit yang serius. Hanya kelelahan saja. Tetapi, saya sarankan untuk datang menemui Psikiater, agar anda lebih mengetahui lebih lanjut."

Sesuai dugaanku pasti aku mengalami penyakit yang bersangkut paut dengan Psikologis. Mungkin sudah saatnya aku untuk mengecek tentang kesehatan mental yg ku alami, semoga tidak terjadi apa-apa di kemudian hari.

🌙

#2

Malam ini aku menginap di Rumah Sakit. Menjadi pasien yang terbaring lemas di ranjang tidur.
Aku bosan.
Vanya pulang karena ada kepentingan lain, dia pasti mendoakanku.
Suka duka kualami hari ini. Saat di kampus aku tertawa lepas dan sekarang aku terbaring lemas.

Aku harus bercerita tapi dengan siapa?
Tidak.
Aku harus menyembunyikan penyakitku, seperti aku menyembunyikan masa lalu.
Biarlah waktu yang akan menghabisi. Sembuh atau tidak itu takdir terbaik untukku. Bertahan atau menyerah.

•••••

Hai, jangan lupa Vote dan Comment, ya!! Terima kasih.

Salam hangat, Olif.

Tigapuluh Satu | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang