Hai!! Sebelum baca, Vote dulu, yuk!!
-------
-Nara-
🌙
#3
Selamat malam..
Untuk ke-3 kalinya aku menulis di sini.
Seperti biasa,aku tidak bisa terlalu terbuka kepada siapapun.
Maaf karena membebanimu, Laptop.Hari ini aku tidak tenang, melihat sosok yang membuatku terluka tepat di depan mataku.
Aku takut.
Aku tidak bisa membedakan nyata atau sekedar halusinasiku. Apa aku gila?
Dan aku terjatuh dalam pelukanmu, Bara.
Dia menarikku, memelukku dan menenangkanku.
Aku terharu, namun aku tak bisa menatap kedua matanya karena seperti ada bayangan luka di mata itu.Hari ini hari, esok, akan lebih baik atau tidak yang pasti hari-hariku sama saja. Tidak ada perubahan dan perbedaan.
Aku terlalu tenggelam dalam duka. Tenggelam sangat jauh, amat jauh.
🌙
Aku merebahkan tubuh ke kasur, badan terasa kaku dan pegal padahal tidak ada aktivitas berat yang kulakukan. Hari ini jadwalku untuk pergi ke Dokter Spesialis, Psikiater, atas saran dokter umum kemarin aku pergi kesana untuk mengecek lebih lanjut tentang penyakit mentalku.
Matahari sangat terik hari ini, cahayanya sampai menyilaukan pandanganku. Sekilas aku tersenyum ketika melihat anak kecil bernyanyi bersama di atas motor bersama sang Ibu. Aku tak mendengar jelas lagu apa yang mereka nyanyikan karena terbatasi oleh kaca mobil.
Air mataku menetes, aku merindukan keluargaku. Mengapa kenyataan begitu pahit?
Setelah sampai disana, aku langsung memasuki ruangan besar bernuansa Eropa, dibaluti dengan cat berwarna putih. Langkahku semakin dekat pada dokter yang duduk ditempatnya, aku semakin gugup.
Dokter itu bertanya padaku, aku pun menjelaskannya. Bercerita panjang tentang yang ku alami 3 tahun yang lalu. Hingga tak terasa aku menangis. Aku terisak ketika semua keresahan yang ku tahan akhirnya bisa ku lepas kepada orang lain. Bercerita seperti ini, seperti membuka luka lama. Tetapi, akhirnya aku bisa merasa lega.
Dokter mengatakan, aku mengidap PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma. Penyakit gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.
PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.
Aku tak heran ketika Dokter memberitahu tentang penyakit ku ini. Karena aku sudah merasakan dari tahun lalu. Aku menganggapnya hal biasa dan masih bisa dikendalikan. Namun, tetap saja hal ini mengangguku.
"Terima kasih, Dok, untuk hari ini dan waktunya."
"Iya, sama-sama. Saya tuliskan beberapa resep obat, yang nantinya harus kamu minum. Obat ini bisa diambil di Apotek yang sudah saya tuliskan dikertas ini." Dokter memberikan secarik kertas itu padaku.
Aku segera pergi dari sana, dan beranjak pergi ke Apotek.
🌙
Ku sandarkan kepalaku di sisi jendela mobil, bermain dengan kaca dan embun napasku, menuliskan namaku sendiri, Nara. Sambil mendengar lagu milik Yura Yunita yang berjudul Tenang, dibantu airpods mungil milikku.
I do love myself. Tetapi, rasanya sulit. Sulit mengendalikanya. Emosi sering meledak layaknya bom, dan rasa sedih yang tak karuan. Ya, itu memang berasal dari diriku sendiri. Aku sangat menyesal mengurung diriku seperti ini.
Lantas, harus bagaimana?
Aku terkepung oleh rasa cemas, bayangan pahit itu selalu muncul di benakku.
Kecewa? Tentu saja. Semua terjadi karena kesalahanku, kebodohanku, dan kebutaanku terhadap cinta. Cinta yang tak semestinya aku pertahankan. Meninggalkan luka yang tidak hanya sekedar goresan, melainkan luka yang terpatri di tubuhku. Ironis.
•••••
Salam hangat, Olif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tigapuluh Satu | Na Jaemin ✔
Chick-LitIni duka, luka, dan lara. Ini tentangku, dan kisah menyedihkanku. Hidupku telah hancur. Bersamamu, tentang masa lalu kita saat itu. ••••••• 📌start : enjoy!