12. Bisakah?

52 37 152
                                    

Hai! Jangan lupa tinggalkan jejak ya!Vote and Comment!Thank you!--------Nara-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
Vote and Comment!
Thank you!
-------
-Nara-

Hai! Jangan lupa tinggalkan jejak ya!Vote and Comment!Thank you!--------Nara-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌙

Meratapi kisah menyedihkan sendiri, sesungguhnya aku tak sanggup. Diselimuti oleh ketakutan, rasa cemas, dan bimbang. Adakalanya aku ingin berkumpul bersama teman-teman lainnya, berkerumun sambil tertawa, dan berdekatan tanpa batasan. Tetapi, mustahil untuk melakukan itu semua, aku selalu merasa takut dan tak nyaman jika berkumpul dengan orang lain. Apalagi dengan seseorang yang belum ku kenal dekat.

Udara hari ini sangat dingin, langit pun sudah gelap, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Sebelum Hujan mengguyur, ada sesuatu yang ingin ku beli. Tempatnya lumayan jauh dari Rumah Sakit.

-Apotek Atmajaya-

Pelayan Apotek itu memberikanku berbagai macam obat yang sudah diresepkan oleh Dokter, diluar dugaanku--obatnya lumayan banyak. Baru melihatnya saja aku sudah mual, bagaimana saat meminumnya? Pasti sangat pahit.

Benar saja dugaanku. Sesaat aku hendak keluar dari Apotek, hujan mengguyur sangatlah deras dan disertai dengan angin yang kencang.

Mengapa aku selalu melihatmu?

Mengapa kita selalu bertemu?

Sebuah takdir atau hanya kebetulan?

Kau di seberang sana, sedang berteduh bersama banyak orang. Kau memeluk dirimu sendiri. Pasti kau merasa kedinginan.

Sifatmu ternyata masih sama, ramah pada siapapun. Kau bertegur sapa dengan seseorang yang mungkin belum kau kenal, tetapi kau sudah terlihat akrab. Aku ingin sepertimu--bersosialisasi tanpa hambatan, tanpa rasa takut yang menyiksa.

Apa mungkin sudah saatnya, aku memberanikan diri untuk membuka diri kepada lingkungan sekelilingku?

Ku langkahkan kaki ku lebih dekat ke arahmu. Aku menarik hoodie-mu, sesaat kau hendak pergi. Perasaan ku masih diambang kebingungan, ini pilihan yang tepat atau bukan. Aku meminta kau untuk melupakanku tapi sekarang aku justru meminta bantuanmu. Apakah kau akan bersedia? Tanyaku dalam hati.

Keputusanku belum bulat, mungkin bisa berubah suatu saat.

"Tolong bantu aku, buat aku bahagia dengan caramu." kataku, aku ragu. Wajahmu tampak kebingungan setelah mendengar ucapanku.

"Apa kamu yakin denganku?"

"Ya, bantu aku sekali ini saja. Aku mohon."

Kau tak menjawab dengan perkataan, hanya melemparkan senyuman ke arahku. Ku dapat Artikan berarti kau bersedia, rasanya aku ingin juga tersenyum. Tetapi mengapa sulit?

#4

Dengan keberanian diri, hari ini aku meminta bantuanmu, untuk membuatku bahagia.
Aku tak tahu arti bahagia versi diriku sendiri. Apakah kau sudah menentukan caranya?
Awalnya aku ragu, sangat ragu. Entah ada malaikat yang merasuki diriku sampai aku bisa seberani ini.
Aku ingin mencoba, melangkah dari zona nyamanku.

Tetapi... Tetap saja, rasa takut itu terus menghantuiku.
Bara...
Kau adalah harapan terakhir untukku.
Aku percaya padamu, mohon jangan kecewakan aku.

••••••

Salam hangat, Olif.

Tigapuluh Satu | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang