4. Bertemu, lagi.

102 100 41
                                    

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------

-Nara-

-Nara-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌙

Angin berhembus sangat kencang, daun yang jatuh ke tanah terseret oleh kencanngnya angin. Ada juga burung saling berkicau bersahutan saling memanggil satu sama lain. Aku duduk menyendiri melihat keramaian orang yang datang dan pergi di hadapanku. Seutas senyuman mengembang di wajahku, apa ini yang dinamankan bahagia itu sederhana?

Pandanganku teralih ke Kafe yang ada di seberang sana. Aku berniat ke sana, namun aku tak mau bertemu dengan Bara, laki-laki itu pasti bekerja di sana. Aku terus memandangi tempat itu, pandanganku bisa tembus karena hanya terhalang kaca tak berwarna.

Entah.. apa yang ku harapkan? Jauh di lubuk hatiku paling dalam, sepertinya, aku merindukanmu. Teringat jelas senyuman indahmu yang membuatku tertarik. Tetapi sayang.. Kala itu aku belum bisa menggerakkan bibirku.

Apa sifat kau masih sama? Peduli terhadap sesama?

'Bolehkah aku merindukanmu?'

'Bagaimana keadaanmu sekarang, Bara?'

Tak terasa air mataku menetes tanpa aba-aba. Lagi-lagi aku menyedihkan. Ironis, bukan?

"Nara,"

Ada seseorang memanggilku, aku pun menoleh. Dan.. ternyata itu kau, Bara.

Mengapa kau muncul di waktu yang tak tepat?? Aku tidak mau kau melihatku dalam kondisi menyedihkan seperti sekarang.

Tatapan kita bertemu, raut wajahmu sendu, begitupun denganku. Aku memberanikan berdiri menghadapmu. Namun.. Dadaku rasanya sangat sesak. Tangisanku mau pecah, tetapi aku berusaha menahannya sekuat tenaga.

Kau semakin mendekat ke arahku, aku pun semakin menunduk, aku tak bisa menatapmu. "Stop!Jangan dekati aku."

"Nara...." kau memanggilku dengan suara lirih.

"Jangan mendekat, aku mohon." kataku.

Kau hentikan langkah itu. Terima kasih telah mengertiku.

"Bagaimana kabarmu?"

Lagi-lagi lidahku kelu untuk menjawab. Aku hanya terdiam.

"Aku harap kabarmu baik-baik saja." lanjut mu.

'Aku tidak baik-baik saja, Bara.' aku hanya mampu menyimpan jawaban dalam hatiku. 'Aku masih menyedihkan.'

Namun, kau melangkah lebih dekat padaku, dengan sekejap kau menggenggam erat kedua tanganku. Aku tertegun.

"Aku merindukanmu." ucapmu.

'Ya, aku juga. Aku merindukanmu, Bara.'

Aku tak mampu memberi jawaban untukmu. Seolah-olah aku membisu. Aku memilih melepaskan genggaman itu, dan berlalu pergi meninggalkanmu.

"Maafkan aku,Bara."

🌄

Salam hangat, Olif.

Tigapuluh Satu | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang