Bab 19

556 141 12
                                    

Zee merasa cemas. Entah untuk alasan apa. Gosip tentang suami Mayang sudah merebak di kampus. Zee sempat melihat berita itu melalui internet. Tapi Mayang tetap stay cool seperti biasa. Seolah tak terjadi apa-apa.

Satya sedang berada di Yogya. Apakah ia juga mengetahui hal ini? Apa mereka masih saling berhubungan seperti yang diduga Zee? Zee bahkan tidak sampai hati bertanya lagi pada Satya. Terakhir mereka membahas tentang Mayang, Zee merasa kesal dan membuat hatinya memburuk.

"Mbak Ji kok ngelamun?" tegur Mbak Ipah membuat Zee menoleh. Dilihatnya air yang ia rebus untuk mandi malam ini sudah mendidih.

"Ha? Eh, nggak apa-apa kok Mbak," jawab Zee sambil mematikan kompor.

"Saya numpang jemur di sini ya, Mbak... di bawah penuh," ujar Mbak Ipah sambil menunjukkan tentengan ember berisi pakaian basah.

"Oh iya, Mbak. Silakan. Saya masuk dulu ya... mau mandi, hehehehe."Zee bergegas masuk dan segera mandi. Ia baru sampai kos menjelang isya dan langsung merebus air untuk mandi air hangat.

Setelah mandi dan shalat isya, Zee melihat ponsel yang tadi sempat mati karena kehabisan baterai dan kini sudah terisi hampir 50%. Ada beberapa panggilan tak terjawab dan notifikasi Whatsapp. Semua dari Satya yang agaknya mencemaskan keadaan Zee yang tak memberi kabar sejak sore.

Zee segera menelepon Satya, mengabarkan keberadaannya dan bertanya sebaliknya. Zee sadar sekarang ini, ia tak lagi sendiri. Ada orang yang mengkhawatirkannya ketika tidak ada kabar seperti sore tadi. Pun ada yang ia khawatirkan ketika mereka berjauhan.

Zee menggigit bibir. Memangnya perlu dia bilang tentang rumor yang beredar? Atau jangan-jangan Satya sudah tahu secara pribadi dari Mayang sendiri? Tentang wacana perceraian Mayang dan Danny yang benar-benar menjadi santapan gosip sedap kali ini. Bahkan sore tadi Danu sempat-sempatnya mengirim link video streaming berisi ulasan infotainment tentang wacana perceraian yang dia prediksikan. Pria itu begitu bangga prediksinya tak meleset. Astaga!

Zee tak bisa bohong bahwa masa lalu Satya dan Mayang mengusik hatinya. Apalagi ketika ia harus bertatap muka dengan Mayang. Tatapan dan ekspresi Mayang berbeda padanya. Zee tak berani berprasangka, tapi suasana hatinya tiba-tiba memburuk kalau mengingatnya.

***

"Kok gue mencium bau ketidakberesan, ya?" ujar Laura dengan mata menyipit curiga pada Zee yang terus-terusan menyunggingkan senyum sejak Laura menyetujui permintaannya untuk mengantarkan Zee ke Pas(tho) sore ini. Menyingkirkan sejenak urusan pribadinya, niat untuk menjodohkan Laura harus tetap jalan.

Laura sudah mematikan mesin mobilnya yang kini terparkir cantik di depan Pas(tho). Zee terlihat sangat bersemangat. Bahkan saking semangatnya, Zee bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan memajukan jadwal dari jam yang dijanjikan sebelumnya dengan alasan takut kemalaman.

"Ih, apa sih Laura Audisthy Rasyid. Aku nggak bau apa-apa deh."

Laura mencibir. "Gue jadi bener-bener curiga."

Zee nyengir lebar. Segera dirangkulnya sang sahabat.

"Kamu kan baru ke Pas(tho) sekali. Belum nyobain menu yang lain, kan? Aku ada rekomendasi menu endes buat kamu. Pas banget, kata Mas Satya, kokinya juga lagi ada di sini hari ini. Jadi, dijamin bakal dapet menu istimewa," ujar Zee semangat.

Hohoho, tentu saja ini sudah ia rencanakan dengan Satya sejak kemarin, setelah Satya pulang dari Yogya. Hari ini adalah hari Laura akan dipertemukan dengan Prabu. Hanya dipertemukan, seperti instruksi Satya. Tidak boleh ada ekspresi berlebihan atau intervensi yang mencurigakan. Tapi, Zee benar-benar terlalu ekspresif. Ia tak bisa menyembunyikan rasa senang dan harapnya.

Bismillah, Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang