"Kadang pertemuan yang kita anggap kebetulan, justru itu awal dari pertemuan selanjutnya"
*•Cinta Dalam Luka•*
Menjalani hidup tidaklah mudah. Selalu banyak rintangan yang akan kita hadapi. Apalagi hanya hidup sebatang kara tanpa kedua orang tua.
Itulah yang dirasakan gadis berusia 17 tahun ini. Bahira Safiyya Humaira, gadis remaja itu menjalani hidupnya tanpa hadirnya kedua orang tua. Sejak kecil, Safi tinggal bersama Tantenya, Adik kandung dari mendiang sang Ibu.
Safi pun tidak memiliki saudara kandung. Ia adalah anak satu satunya. Tapi Safi tidak pernah mengeluh dengan hidupnya. Ia bersyukur, masih ada sang Tante yang bersedia merawatnya sampai sekarang.
Ingin mengeluh pun tak ada gunanya. Semuanya sudah terjadi, dan tidak akan pernah bisa kembali seperti sediakala. Safi pun percaya, di setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Membanding bandingkan kehidupan kita dengan orang lain hanya akan menyakiti diri kita sendiri. Bersyukur atas apa yang kita punya itu sudah cukup membuat diri kita bahagia. Bukankah kebahagiaan sesungguhnya itu ada jika kita bisa mensyukuri atas apa yang sudah Allah berikan.
"SAPIIIIIKUH" Teriak seseorang dari arah belakang.
Sang pemilik nama pun membalikan tubuhnya, mencari seseorang yang memanggil dirinya. Seperti yang gadis itu duga, siapa lagi yang memanggil dirinya dengan sebutan payah itu selain sahabatnya.
"Astaghfirullah Mil suara kamu" ucap gadis berkrudung lebar tersebut.
Safi tidak habis pikir dengan tingkah sahabat satu satunya ini. Tidak bisakah ia memanggil dirinya tanpa harus berteriak sekeras dan sekencang itu. Pendengaran Safi pun masih sangat baik sampai saat ini.
Gadis itu tersenyum dengan menampakan seluruh giginya "hehe. Mulut gue ga bisa di kontrol ya. Heran juga gue, punya mulut kok kaya toa masjid gini"
Safi hanya terkekeh menanggapi perkataan sahabatnya.
***
Suasana kantin sangat ramai saat ini. Terlihat siswa siswi yang sedang mengantri di depan stand makanan. Ada juga yang sedang berbincang ria di pojok kantin sambil menikmati makanan mereka. Berebut dan menerobos antrian sudah menjadi hal biasa ketika jam istirahat tiba.
Begitupun dengan dua wanita yang sedang sibuk menyantap makanan mereka. Dua wanita ini memang sangat sulit untuk dipisahkan. Sangat mudah menemukan mereka sepertinya.
Jika di situ ada Safi, maka di situ pun ada Mila. Tak ayal, banyak yang menyebut mereka kembar. Padahal jelas, mereka terlahir dari rahim dan ibu yang berbeda.
"Saf saf, gue ada gosip baru nih" ucap Mila antusias.
Safi sebagai lawan bicaranya menggelengkan kepalanya heran. Mila selalu tau berita hangat yang sedang dibicarakan di penjuru sekolah. Safi saja tidak terlalu excited untuk mencari tahu berita apa yang sedang jadi bahan pembicaraan di sekolahnya.
"Ngomongin orang terus ga baik Mil"
Mila mendengus kesal "tapi ini beritanya lagi hot hot banget pokoknya. Masa lo ga tau sih, lo kan anak OSIS"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
Teen FictionNOTE: -) Update sesuai mood Author -) Cerita ini murni imajinasi Author sendiri -) Cerita ini untuk di baca bukan untuk di plagiat!! -_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_- "Rasa yang semu, perlahan menumbuhkan setitik cinta abadi" -_-_-_-_-_-_...