"Jika seseorang benar benar menyayangimu, sebanyak apapun kesalahanmu ia tidak akan pernah menjauh apalagi pergi dari mu. Tapi ingat!! Kapasitas kepedulian ada batasnya. Hargai sebelum benar benar pergi."
*•Cinta Dalam Luka•*
Safi menatap kertas di hadapannya tanpa minat. Pikiran dan raganya seperti terpisah dan saling bertolak belakang. Raganya di tempat ini, tapi otaknya berkelana memikirkan bagaimana keadaan Tantenya.
Sampai kapan Safi bertahan untuk berusaha tidak perduli. Tapi nyatanya, otaknya menolak untuk berhenti memikirkan Tari. Gadis itu bingung, apakah ia harus kembali, atau tetap menpertahankan diri untuk menghindar lebih lama lagi.
Lelah rasanya terus bersembunyi seperti ini. Tapi Safi lagi lagi dilema dengan semua spekulasinya yang tidak berdasar. Di sisi lain, Safi masih belum sepenuhnya siap untuk bertemu Tari. Namun sebagian hatinya resah dengan keadaan Tari setelah kejadian beberapa hari lalu. Keputusan apa yang seharusnya ia ambil sekarang?.
Moodnya beberapa hari ini sangatlah buruk. Semenjak masalah itu datang, seketika hidup Safi berantakan. Tugasnya pun kadang ia abaikan sampai ia mendapat teguran dari guru mapelnya. Ditambah lagi, ia harus mengemban sebuah tanggung jawab.
"Saf! Lo denger ga apa yang gue omongin tadi?. Kok malah diem aja sih" kesal temannya yang berada di depannya, sembari menatap Safi jengkel.
"Hm denger" jawab Safi tak acuh.
"Lo kenapa sih?. Kenapa semua kerjaan lo ga beres akhir akhir ini. Gue capek di tagih terus tau ga" lanjut wanita itu.
"Aku lagi mikir Nin, bisa diem sebentar ga?!"
Safi kembali memfokuskan dirinya pada kertas yang ia pegang. Membaca secara detail dan meneliti apa yang kurang di dalamnya.
"Lo ga biasanya kaya gini loh Saf. Lo selalu rapih dan sempurna setiap buat proposal. Tapi sekarang, kenapa bisa ancur semua gini?. Ya Allah cobaan apa lagi ini" jelas Nina panjang lebar. Namun sayangnya, Safi sama sekali tidak memperdulikan ocehan temannya itu.
"Lo kasian dikit kek sama gue. Dari kemaren gue di tagih terus sama ketos lo itu huh. Capek nih gue capek. Kapan sih hidup ga penuh tekanan kaya gini" keluh gadis itu yang masih setia berada di hadapan Safi.
Lagi lagi Nina menatap Safi. Ia mendengus karena Safi tidak merespon keluhannya sedari tadi. Yang gadis itu lakukan hanya menatap kertas itu tanpa tau apa yang ingin ia perbuat pada kertas itu.
"SAFI" Teriak Nina lantang. Wajahnya sudah memerah kali ini.
Semua mata pun kini tertuju padanya. Mereka semua menatap nyalang kepada Nina. Merasa terganggu dengan teriakan Nina barusan.
"Makannya diem!. Mereka tu lagi pada sibuk Nin buat acara minggu depan. Mulut kamu tu rese bener" ucap Safi dengan nada malas. Safi sangat benci jika menjadi pusat perhatian.
"Makannya cepet kelarin tu proposal! Besok si Kevin tinggal ajuin ke kepsek. Beban lo selesai"
Safi mengangguk patuh tanpa berniat membalas ucapan Nina. Dirinya sudah lelah dengan segala kegiatan hari ini. Safi harus segera menyelesaikan semuanya supaya tugasnya tidak semakin menumpuk. Ia juga sedikit kasihan dengan temannya itu.
***
Seorang wanita menatap laki laki di depannya dengan tatapan kosong. Sudah tak ada lagi kebahagiaan di wajahnya untuk menyambut kedatangan laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
Teen FictionNOTE: -) Update sesuai mood Author -) Cerita ini murni imajinasi Author sendiri -) Cerita ini untuk di baca bukan untuk di plagiat!! -_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_- "Rasa yang semu, perlahan menumbuhkan setitik cinta abadi" -_-_-_-_-_-_...