CDL: Bocil Kematian

20 1 0
                                    

"Sekokoh apapun kamu membangun benteng itu jika akulah alat yang tepat untuk menghancurkannya kamu tidak akan bisa berbuat banyak"

*•Cinta Dalam Luka•*

"Kalian jelasin kenapa dapur bisa kaya kapal pecah begitu?!. Mama baru pulang udah disuguhin sama kekacauan yang kalian buat" desak Diana. Jari jemari wanita itu memijat jidatnya frustasi.

Pemandangan dapur yang seperti habis diguncang gempa bumi berskala besar berhasil membuat kepala Diana mendadak migrain. Cream kue dimana mana, piring pun ikut pecah dengan serpihannya tersebar kemana mana, dan jangan lupakan panci mahal kesayangan Diana ikut menjadi korban atas perkelahian kedua gadis di hadapannya kini.

Mila dan Diva menunduk dalam, tidak ada yang berniat membuka suara untuk menjawab pertanyaan Diana. Tubuh keduanya pun masih seperti semula kacaunya. Belum sempat membersihkan, Diana sudah menarik keduanya dan mengadili mereka.

"Kamu ga bisa jawab pertanyaan Mama Diva?. Mau Mama bakar semua make up kesayangan kamu" tegas Diana menatap tajam anak gadisnya.

Seketika Diva mendongak "NO. Diva ga izinin Mama sentuh anak anak Diva!!" Cegah Diva tak terima.

Semua alat alat make up yang Diva punya sudah seperti anak sendiri bagi Diva. Ia tidak rela jika anak anak kesayangannya itu sampai dibuang apalagi dibakar oleh sang Mama. Susah payah Diva menyisihkan sebagian uang jajannya demi membeli satu persatu riasan yang harganya lumayan mahal itu. Diva tidak level jika harus memakai produk produk murahan. (Ini menurut Diva ya. Jangan hujat author please😆)

Diva memang tipe perempuan yang hemat, tidak boros seperti kembarannya. Meskipun Diva terlihat manja, namun ia tidak bisa semena mena menggunakan uang tanpa tujuan yang jelas. Jika dibandingkan dengan Saka, Diva jauh lebih baik. Sebab itu orang tua keduanya lebih berpihak pada Diva dibandingkan Saka.

"Oke Diva yang jawab" final Diva sedikit tidak terima. Ia melirik sinis Mila yang masih menunduk menahan malu.

"Diva mau ambil kue tadi di kulkas dapur terus cewek reseh yang ga tau diri ini nabrak Diva gitu aja. Dan yah akhirnya kue kesukaan Diva jatuh berantakan di lantai semuanya karena kecerobohan dia" tunjuk Diva mengarah ke Mila.

"Enak aja, ini juga salah lo ya. Udah tau bawa makanan tapi mata lo fokus liat handphone tanpa liat jalan sedikit pun. Yang salah bukan cuman gue ya" sela Mila cepat. Ia tidak terima jika harus menanggung sendiri kesalahan mereka berdua.

Diva mendengus kesal "pokoknya semua ini salah lo" keukeh Diva tidak mau kalah.

"Salah lo" balas Mila lagi.

"Salah lo"

"Lo yang salah"

"Pokoknya semua salah lo"

"Ga bisa gitu dong"

"Ya harus bisa. Intinya salah lo"

"Lo juga sal__

"STOP!!"

Perdebatan akhirnya terhenti. Instruksi dari Diana berhasil membuat keduanya terdiam. Dua gadis itu kembali menunduk dalam, enggan menatap mata tajam Diana yang menatap marah keduanya.

Cinta Dalam LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang