Memilih kedua hal yang berperan besar untuk kehidupan kita tidaklah mudah. Setidaknya kita sudah berusaha melangkah, meski akhirnya tidak sesuai harapan.
*•Cinta Dalam Luka•*
"SAFI!!"
Suara lengkingan itu berhasil mengalihkan atensi kedua wanita beda usia yang sedang duduk, sambil menikmati makanan yang ada.
Dari nada suara tersebut sangat jelas kalimat perintah yang seseorang itu layangkan. Kemarahan juga nampak pada mimik wajah gadis yang sudah berdiri di hadapan keduanya.
"Mila mohon sama Tante, stop manfaatin sahabat saya untuk kepentingan Tante sendiri!!. Sahabat saya emang polos, tapi saya ga akan biarin sahabat saya menderita cuman karna perjanjian konyol yang Tante buat. Saya mohon jauhin Safi mulai sekarang!!" Tegas Mila menatap Diana sengit.
Safi sudah gelagapan karena kehadiran Mila di sini. Bagaimana Mila tau kalau Safi berada di sini?. Seingatnya, ia tidak pernah bercerita atau sekedar memberi tahu hal ini kepada sahabatnya.
"Mil ga gitu" sanggahnya dengan suara parau.
"Mau ngomong apa ha?. Lo bingung kenapa gue bisa tau soal ini?. Sebenernya gue itu sahabat lo apa bukan sih Saf. Berbagi sedikit masalah sama gue ga akan buat gue sampe depresi. Apa gunanya gue sebagai sahabat lo kalo gue aja ga bisa bantu sedikit pun tentang masalah lo" jelas Mila menggebu gebu.
"Aku ga mau ngerepotin kamu. Tolong ngertiin posisi aku ya" ucap Safi berusaha menenangkan.
Mila menatap sahabatnya tak percaya dan kembali angkat suara "kalau soal biaya operasi Tante Tari gue sanggup kok Saf bayarnya. Kenapa lo harus minta bantuan dan nge iyain persyaratan konyol itu ha?. Pikirin masa depan lo kek sekali kali"
Safi hanya bisa menunduk dalam sembari mendengarkan penuturan sahabatnya. Sedangkan Diana masih menatap intens gadis manis yang sedang menceramahinya dengan kata kata yang bisa dibilang sedikit kasar.
Terlihat lengkungan kecil di bibir Diana karena melihat tingkah laku Mila. Gadis remaja itu masih setia berdiri dengan bibir yang belum berhenti berbicara. Diana menganggap semua tingkah laku Mila itu lucu di matanya.
Baru kali ini ia dimarahi oleh gadis remaja yang usianya sangat jauh di bawahnya. Diana pun sadar, apa yang ia lakukan ini adalah sebuah kesalahan. Pikiran Diana benar benar buntu memikirkan keadaan anaknya. Mau tidak mau ia harus melakukan hal ini demi kesembuhan anak sulungnya.
Sedangkan Mila menatap kesal Diana karena wanita itu malah tersenyum di saat ia sedang meluapkan amarah kepada wanita itu. Seharusnya Diana ikut memarahinya karena ia berani berbicara tidak sopan pada Diana. Bukannya malah tersenyum seolah olah perkataan yang ia ucapkan itu lucu. Atau justru Diana sengaja mengejek dirinya?.
"Tante kenapa senyum senyum?. Mila lagi marah sama Tante!. Harusnya Tante sadar bukan malah ngejek saya kaya gitu"
Kemudia Mila menempatkan diri duduk di sebelah Safi, sembari menetralkan nafasnya yang masih memburu.
Kepala gadis itu benar benar di penuhi asap sekarang. Emosi Mila juga masih meluap luap. Jujur, Mila belum merasa puas memarahi wanita tua ini.
"Siapa yang ngejek kamu Mil?" Jawab Diana santay. Kedua lengan wanita itu sudah terlipat di dadanya, menampakan keanggunan dan wibawa wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
Novela JuvenilNOTE: -) Update sesuai mood Author -) Cerita ini murni imajinasi Author sendiri -) Cerita ini untuk di baca bukan untuk di plagiat!! -_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_- "Rasa yang semu, perlahan menumbuhkan setitik cinta abadi" -_-_-_-_-_-_...