"Tuhan, hamba mohon jaga hati ini agar tidak terjerumus kedalam lubang kekecewaan. Perilakunya terhadapku bisa saja menghancurkan benteng pertahanan ini"
*•Cinta Dalam Luka•*
Pagi yang cerah, sinar jingga sang mentari pun terlihat indah menerangi bumi. Langit juga ikut berkontribusi dengan warna birunya yang menenangkan suasana pagi ini. Hawa yang bumi keluarkan tidak terlalu panas meski matahari bersinar terik.
Sama seperti hari yang cerah dan indah ini. Sepertinya suasana hati seorang gadis yang sedang bersenandung ria di depan cermin itu sedang baik. Raut wajah gadis itu berseri seri sembari membenahi tatanan kerudungnya yang sedikit berantakan.
"Oke siap" monolognya dengan senyum mengembang ke arah cermin.
Gadis itu lalu berjalan menuju pintu kamarnya dengan tergesa, seperti melupakan suatu hal dan harus ia kerjakan sekarang juga.
Knop pintu sudah gadis itu raih. Tangannya siap menarik handle pintu kebawah agar pintunya terbuka. Namun sebelum gadis itu membuka pintunya, seseorang sudah lebih dulu menerobos masuk kamar itu. Sontak tubuh gadis itu terdorong ke belakang karena dorongan pintu itu yang sedikit kuat.
"Ehh aduh" desisinya.
Tubuh gadis itu sudah terbentur ke tembok belakang pintu. Untung saja kepalanya tidak ikut terbentur.
"Safi" ucap Syahil ketika mendengar suara di balik pintu.
Laki laki itu menatap bingung Safi dengan satu alis terangkat "ngapain kamu di balik pintu gitu?" Tanyanya.
Safi tersenyum canggung, bola mata gadis itu menatap kesana kemari berusaha menghindari kontak mata dengan Syahil.
"Hahahaha ga papa kok kak. Ta-tadi lagi nyari a-anu dasi sekolah" jawabnya gagap. Tubuh gadis itu bergerak gelisah. Untung saja mulutnya ini cepat memberikan alasan yang tepat.
"Oh"
"Kakak udah makan?. Maaf Safi tadi bangun telat jadi ga bisa masakin Kakak"
Syahil tersenyum simpul "udah. Tadi Mama yang masakin"
"Oke" Safi mengangguk paham.
"Ayo berangkat!!. Saya yang anter kamu ga papa kan?" Tanya Syahil hati hati.
Bagaimana pun juga ia harus menghargai keputusan gadis remaja itu. Jika Safi merasa tidak nyaman ketika ia mengantarkannya ke sekolah Syahil bisa memakluminya. Syahil juga tidak masalah jika Safi merahasiakan pernikahan keduanya.
"Ga papa kok Kak. Ayo, Safi juga udah siap"
Syahil mengangguk singkat. Setelahnya Safi bergegas mengambil tas dan berusaha mengejar Syahil yang sudah keluar dari kamar mereka.
***
Sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Kedua sejoli yang menumpangi mobil tersebut masih di dalam, entah sampai kapan keduanya akan turun. Sesekali siswa siswi yang berlalu lalang melirik sekilas mobil mewah itu.
"Ga turun?. Atau mau ikut ke kantor nemenin saya kerja" ucap Syahil menoleh ke samping tempat penumpang berada.
"Sebentar kak" jawab Safi sibuk mengotak atik isi tas sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
Teen FictionNOTE: -) Update sesuai mood Author -) Cerita ini murni imajinasi Author sendiri -) Cerita ini untuk di baca bukan untuk di plagiat!! -_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_- "Rasa yang semu, perlahan menumbuhkan setitik cinta abadi" -_-_-_-_-_-_...