"Aku percaya, di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Begitupun dengan setiap pertemuan kita. Takdir memang kadang suka membuat kejutan. Kita lihat, apa yang akan terjadi selanjutnya setelah pertemuan kita hari ini."
*•Cinta Dalam Luka•*
Safi berjalan santai di lorong koridor kelas yang nampak sepi. Waktu masih menunjukkan pukul 06.15 dan gadis itu sudah berada di lingkungan sekolahnya. Tidak biasanya memang Safi berangkat sepagi ini.
Biasanya pukul tujuh tepat Safi baru berangkat dari rumah tantenya. Karena jarak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh, Gadis itu memilih berangkat tidak terlalu pagi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai ke sekolahnya.
Tidak butuh waktu lama, Safi sudah sampai di depan kelas XII IPA 1. Gadis itu langsung memposisikan dirinya di bangku yang biasa ia tempati. Tak ada bising di dalam ruangan itu. Benar benar sepi, dan sunyi.
Sebenarnya apa yang membuat Safi datang sepagi ini?. Hari ini juga bukan jadwal gadis itu melaksanakan piket kelas. Sepertinya semua tugas rumah mata pelajaran hari ini juga sudah Safi kerjakan.
Jangan lupakan satu hal lagi dari gadis itu. Wajahnya pun ikut berbeda hari ini. Tidak ada senyum kegembiraan, hanya ada kesuraman yang menghiasi wajahnya pagi ini.
"Gue ga mimpi kan Saf?. Lo dateng sepagi ini, really. Lo kesambet setan apaan dah pagi pagi gini udah stay di tempat duduk. Terus muka lo kenapa di tekuk gitu?" Mila datang dengan mengajukan pertanyaan secara beruntun. Gadis itu pun langsung mendudukkan dirinya di samping Safi.
"Satu satu kali nanyanya. Pala aku tu lagi pusing, ditambah lagi sama pertanyaan kamu yang buat kepala aku mau pecah rasanya. Satu satu Mila!!" Kesal Safi, setelahnya gadis itu kembali menyibukkan diri dengan setumpuk buku tebal dihadapannya.
Mila sedikit menyikut lengan Safi, berusaha mengalihkan perhatian gadis itu agar beralih menatapnya.
"Apasi Mil?" Sewot Safi. Wajah gadis itu terlihat semakin suram.
"Sewot amat buk, gi PMS ya lo?"
"Enggak. Lagi ga mau ngomong aja" jawab Safi tak acuh.
Mila memutar bola matanya jengah. Tidak terhitung, sudah berapa banyak ia terabaikan selama bersahabat dengan Safi. Selama itu juga, Mila selalu bersabar dengan sikap menjengkelkan yang satu itu.
Sifat Safi hampir mendekati sempurna. Ia adalah gadis ramah, penyabar, dan juga lembut. Namun ada satu sifat yang menjadi nilai minus gadis itu. Safi selalu mengabaikan ucapan orang lain jika moodnya sedang tidak baik. Kalian sudah tahu pasti, Mila sangat benci jika diabaikan.
"Terserah deh, gue lagi males ribut sama lo" final Mila. Kemudian gadis itu beranjak dari tempatnya dan pergi meninggalkan Safi.
Keadaan sekitar kembali sunyi. Satu persatu murid di kelas itu mulai berdatangan hanya untuk meletakkan tas mereka dan setelahnya pergi meninggalkan kelas. Sedangkan Safi benar benar tak perduli. Gadis itu menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong. Sepertinya Safi kembali merenungkan keputusan apa yang akan ia ambil nantinya.
Gadis itu menelungkupkan kepalanya pada lipatan kedua lengannya. Menatap kosong ubin yang berada di bawah meja. Pikiran gadis itu kembali berkelana entah kemana. Safi harus segera mencari jalan keluar untuk masalah yang sedang ia hadapi. Gadis itu tidak akan membiarkan masalah ini berlarut larut dan menimbulkan masalah baru lainnya. Sudah cukup!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
Teen FictionNOTE: -) Update sesuai mood Author -) Cerita ini murni imajinasi Author sendiri -) Cerita ini untuk di baca bukan untuk di plagiat!! -_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_- "Rasa yang semu, perlahan menumbuhkan setitik cinta abadi" -_-_-_-_-_-_...