Assalamualaikum
Part ini lanjutan dari part sebelumnya ya. Di part ini masih flashback sedikit hehe. Oke lah langsung aja.
Happy Reading:v
*"*"*"*"*"*"*"*
"Jangan melibatkan hatimu dalam kesedihan atas masa lalu atau kamu tidak akan siap untuk apa yang akan datang"
~Alin Bin Abi Thalib~
*•Cinta Dalam Luka•*
Alvan menyusuri jalanan kota menggunakan motor metiknya. Malam semakin larut dan laki laki itu benar benar kekeuh dengan pendiriannya. Ia akan berusaha hidup mandiri tanpa fasilitas dari sang Papa.
Jangan tanyakan tentang motor metiknya. Sudah Alvan katakan bukan? Ia tidak akan pergi dengan membawa barang yang diberikan Papanya. Alvan membeli motor itu melalui hasil jeri payahnya sendiri.
Selama ini ia bekerja sebagai montir di bengkel temannya. Alvan sudah lama merencanakan semua ini. Tabungannya pun masih cukup untuk memenuhi kebutuhannya beberapa bulan kedepan.
Ia sudah lelah dengan tingkah laku sang Papa. Hidup bergelimang harta bukanlah patokan kebahagiaan. Apa gunanya rumah mewah itu? Jika untuk bernafas saja rasanya sesak. Alvan bertahan sampai sejauh ini, semua ia lakukan demi sang Mama. Ia tak tega melihat Mamanya terus memohon kepadanya supaya keluarganya itu tetap utuh.
Sepertinya, Alvan tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ia lebih baik pergi dari pada batin dan fisiknya terus tersiksa.
"Wih apa kabar bro?" ucap seseorang sambil menepuk pelan pundak Alvan.
"Baik"
"Tumben mampir jam segini. Ada masalah lagi?" tanya nya.
"Biasalah. Gue izin tinggal di bengkel ya. Gue lagi suntuk di rumah"
Laki laki itu menaikan satu alisnya heran "ga biasanya. Lo lagi suntuk atau emang di usir sama bokap lo?"
Alvan mendengus malas "dua duanya"
Laki laki itu tertawa singkat "yaudah lo pake deh tu kamar, kosong juga. Betah betah ya anak Mami, jangan nangis" ajeknya.
"Sialan lo Ram"
***
Hampir tiga bulan Alvan pergi dari rumahnya. Hampir tiga bulan ini juga Tari berusaha membujuk suaminya supaya suaminya itu mau membawa Alvan kembali ke rumah.
Tari menatap sendu iris mata suaminya "Mas, aku mohon bujuk Alvan!. Dia itu anak kamu Mas, anak kandung kamu"
"Saya sudah bilang Tari. Kalau anak itu tidak mau mengikuti kemauan saya, jangan harap dia bisa menginjakkan kakinya di rumah ini lagi!" Tegas Yuda sedikit menggeram.
"Mau sampai kapan?. Aku ini ibunya, aku bisa ngerasain apa yang anak aku rasain Mas. Alvan udah dewasa, dia berhak menentukan masa depannya sendiri. Sesulit itu memahami sikap anak kamu sendiri Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Luka
Dla nastolatkówNOTE: -) Update sesuai mood Author -) Cerita ini murni imajinasi Author sendiri -) Cerita ini untuk di baca bukan untuk di plagiat!! -_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_- "Rasa yang semu, perlahan menumbuhkan setitik cinta abadi" -_-_-_-_-_-_...