~ Chapter 3

594 92 20
                                    

"Nggak, ini bukan takdir, cuma kebetulan." -The 1994

Siang ini rumah di kompleks Griya residence Pondok Indah tidak seperti biasanya: ada yang sedang bersih-bersih, ada yang memasak, dan masih banyak lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini rumah di kompleks Griya residence Pondok Indah tidak seperti biasanya: ada yang sedang bersih-bersih, ada yang memasak, dan masih banyak lagi.

"Kak Wilo aku mau ke supermarket nih, ada titipan nggak?"

Wilona yang sejak pagi berkutat di dapur, berpikir kira-kira apa yang perlu dibeli lagi. "Beli minuman apa aja terserah kamu sama buah ya, buat stok di kulkas."

"Oke, kak."

Kirana menggunakan skuter untuk ke supermarket, karena letaknya ada di jalan besar tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya sepuluh menit, Kirana sudah sampai di parkiran supermarket.

Seperti biasa saat memasuki supermarket pasti akan disambut pegawainya yang mengucapkan 'selamat datang, selamat berbelanja' jika sudah begitu Kirana akan membalas dengan senyum tipis.

Setelah mengambil barang yang dia butuh, Kirana menuju bagian buah buahan lalu ke bagian favoritnya, yaitu minum.

"Oh shit, itu punya gue!" minuman kotak dengan rasa mangga yang tidak bersalah menjadi bahan tarik tarikan antara dua manusia.

"Apa lo bilang? lo nggak lihat gue dulu yang ambil. "

Kirana yang melihat minuman favoritnya diambil, tetap tidak mau kalah. "Lo buta ya, orang gue dulu yang megang, terus lo rebut. Nggak bisa, balikin itu punya gue!"

Kirana menyingkirkan keranjang belanja dulu sebelum mencoba merebut minuman itu. Andai Indonesia bukan negara hukum, gadis itu ingin sekali mengeluarkan jurus tinju pada laki-laki yang sengaja mengangkat minuman itu tinggi.

"Lo sebenarnya mau ini, apa mau modus nempel nempel ke gue?" ucap laki-laki itu dengan wajah datar. Kirana sontak menjauh, mencibir ucapan laki-laki itu.

"Ew, percaya diri banget lo kulkas-"

"What? lo panggil gue apa tadi?"

"KULKASSS! cocok kan, buat muka lo yang datar dan dingin kayak kulkas." Ujar Kirana meledek.

Laki-laki itu tersenyum tipis lalu mendekat ke arah Kirana, si gadis bar-bar yang tidak perduli sudah jadi bahan tontonan. "Thanks buat namanya, tapi sebelum ngomong tolong ngaca dulu, muka lo nggak jauh beda sama gue." bisik laki-laki itu.

Kirana melotot kesal, karena laki-laki itu menancapkan sedotan ke minuman kotak tepat di depan wajahnya.

"Cowok gila! stupid! sialan!

Aarghhhh, gue nggak mau ketemu dia lagi!"

Kirana tidak berhenti memaki-maki lelaki itu meski sudah sampai rumah, hatinya sangat gondok dan kesal. Sudah tidak mendapatkan minuman, jadi bahan tontonan lagi.

THE 1994Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang