~ Chapter 20

202 35 2
                                    

"Saling percaya dan komukasi itu harus dalam hubungan." — The 1994

Kirana baru saja sampai rumah, saat ia melihat seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirana baru saja sampai rumah, saat ia melihat seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu. Kirana langsung tersenyum dan mencium tangan pria itu. Yang ternyata papa dari Susan.

"Om, udah lama sampai disini?"

"Baru saja sampai, Nak."

Kirana mengangguk paham, lalu segera membuka pintu dengan kunci miliknya. "Silahkan masuk, Om. Oh iya, om mau minum apa?"

"Air putih saja, om lagi mengurangi gula. Makasih ya nak Kirana."

Dengan segelas air putih Kirana kembali ke ruang tamu. Setelah meletakan minuman di meja, Kirana mengambil duduk di sofa seberang ayah Susan. "Susan udah dikabarin belum kalo om sudah sampai?"

"Sudah."

Suasana hening beberapa detik, sebelum akhirnya ayah Susan membuka percakapan. "Nak, om ingin tanya. Apa benar Susan sudah punya pacar?"

Kirana terdiam mendengar pertanyaan tiba-tiba tanpa brefing terlebih dahulu. Astaga Tuhan gue harus jawab apa ini, ucap Kirana dalam hati.

Melihat Kirana yang masih bungkam, ayah Susan menghela napas. "Padahal om sudah menjodohkan Susan dengan anak teman om. Kita sudah melakukan pertemuan keluarga beberapa bulan lalu, dia terlihat bahagia dan tidak menolak saat sudah bertemu calon suaminya. Sepertinya om salah menilai."

"Om jangan sedih mungkin saja mereka masi perlu waktu saling mengenal. Susan mungkin juga bingung om ingin memilih siapa."

Sejujurnya Kirana sendiri tidak tau apa yang keluar dari mulutnya, ia bingung juga harus merespon apa sebab Susan tidak pernah sama sekali membahas perjodohan.

"Om memang belum pernah bertemu kekasih Susan, tapi om yakin sekali, Sefano putra teman om itu jauh lebih baik. Orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, nak Kirana paham kan maksud om?"

Tidak ada jawaban dan reaksi apapun dari Kirana. Gadis itu membeku saat mendengar nama yang baru saja disebut sebagai calon suami Susan.

Sefano?
Tuhan please bukan Sefano Hulio kan yang dimaksud.

Kirana merapalkan doa dalam hatinya agar bukan laki-laki yang ia cinta, yang dimaksud ayah Susan.

"Nak Kirana?"

"Iya, iya om. Um, maaf om jika boleh tau apa nama yang dijodohkan dengan Susan itu, Sefano Hulio?"

"Butul sekali, nak. Susan pasti pernah cerita ya tentang calon suaminya itu?" ayah Susan tersenyum.

"I–iya om, Susan pernah cerita."

Pikiran Kirana mendadak kacau. Ia dan Sefano baru saja akan memulai, tapi hari ini ia harus tau jika Sefano sudah punya calon istri dan itu Susan. Sejak kapan itu terjadi? kenapa tidak ada yang memberitahu itu.

THE 1994Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang