~ Chapter 19

244 33 0
                                    

"One step closer" — 1994

"Mba kuliah di Jakarta gimana sih rasanya?" tanya Kinanti disela sela kegiatan membuat kue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mba kuliah di Jakarta gimana sih rasanya?" tanya Kinanti disela sela kegiatan membuat kue. Gadis berumur 17 tahun itu sangat antusias menunggu jawaban Stella.

"Kamu ingin kuliah di Jakarta ya?" tebak Stella.

Benar, Kinanti memang punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta. Gadis yang kini berada di kelas 3 SMA itu ingin merasakan suasana baru sekaligus belajar lebih mandiri.

"Aku pingen belajar mandiri gitu lho mba, tapi kata mas gaboleh. Aku disuruh kuliah di Jogja aja. Ngeselin kan mba masku itu." Kinanti bercerita dengan ekpresi kesal sekali pada sang kakak.

Stella tersenyum gemas. Sebagai anak bungsu Stella merasa sesuatu yang baru bisa mendengar keluhan Kinanti.

"Mba mau cerita tapi jangan di contoh ya, dulu mba kuliah di Jakarta itu tujuannya mau kabur dari keluarga. Kayak kamu mba juga punya kakak laki-laki, koko nya mba itu protektif bangett. Waktu seumuran kamu gini, mba mikir pokoknya harus bisa bebas dari orang tua dan koko. Soalnya udah sebel banget diatur atur, apa-apa gaboleh, jadinya mba melakukan segala cara biar bisa lanjut kuliah jauh dari Surabaya."

"Mba kabur dari rumah?" tebak Kinanti dengan wajah seriusnya.

Stella menggeleng. "Nggak, mba belum seberani itu buat kabur dari rumah. Jadi mba pake kesempatan SNMPTN untuk keluar dari Surabaya. Tanpa sepengetahuan keluarga mba ubah pilihan universitas. Puji Tuhan banget keterima. Tapi kamu nggak boleh contoh ya, soalnya itu pemikiran yang impulsif banget. Sebab hidup jauh dari keluarga di kota orang nggak seindah yang kita bayangkan." ucap Stella sambil mengingat suliatnya beradaptasi dengan segala macam yang ada di Jakarta: mulai dari gaya bicara, style, gaya hidup, dan masih banyak lagi yang membuat Stella kaget.

Kinanti tampak serius setelah mendengar cerita Stella. "Aduh aku jadi takut mba."

"Jangan takut, semua ada plus dan mines-nya. Kayaknya kalo mba nggak nekat ke Jakarta waktu itu, mba nggak mungkin ketemu mas mu yang baik dan ganteng itu." Kinanti memukul lengan Stella. Lalu keduanya tertawa.

"Ih Mba ini lagi serius malah bucin. Kasihani aku yang jomblo ini to mba."

Stella tersenyum sembari menepuk nepuk puncak kepala Kinanti. Stella benar-benar gemas melihat adik pacarnya itu merajuk.
"Pantes Kama Protektif, kamu gemes banget gini. Pokoknya saran mba, kamu pilih Universitas yang memang jurusannya bagus sesuai minat kamu, dan jangan lupa diskusikan sama ibu dan mas."

"Siap kakak iparku." mendapat serangan balik, pipi Stella mendadak merona setelah Kinanti memanggilnya kakak ipar. Hal itu tentu saja membuat Kinanti semakin gencar mengoda. Acara membuat kue dua gadis beda usia itu dipenuhi canda tawa. Kejadian itu tidak luput dari seseorang yang memerhatikan mereka sejak tadi.

THE 1994Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang