²*Lost from Civilization*²

75 21 87
                                    

!Belum revisi!

Samuel membukakan pintu mobilnya untukku, lalu aku masuk dengan masih terisak.

Ia ikut masuk ke dalam mobilnya, dan duduk di bangku pengemudi.

"Kenapa?" tanyanya. Aku benar-benar tidak mood untuk menjawab. Jangankan untuk berbicara, untuk menghentikan tangisan saja sangat susah.

"Hey, kenapa?" tanyanya lagi. Pertanyaan itu terasa mengintimidasi. Aku ingin menjawab, tapi tidak bisa. Tangisanku sulit dihentikan.

"Tarik nafas, buang pelan-pelan," ujarnya. Aku mengikuti apa yang dikatakannya. Tarik nafas, dan buang pelan-pelan. Perlahan aku mulai tenang, namun masih terisak.

Lagi-lagi dia bertanya, "Ada apa? Bilang aja, nggak usah ragu-ragu. Aku pengen pulang, tapi kata mama, kalau bantu orang nggak boleh setengah-setengah. Kalau setengah-setengah, bisa aja orang yang dibantu makin kesusahan," ucapnya.

"Papa nggak bisa dihubungi," ujarku dengan suara serak. Aku dapat melihat wajah Samuel yang terlihat kebingungan.

"Gimana kalau kamu aku anterin pulang? Mana tau mama kamu udah di rumah. Rumah kamu di mana?" tanya Samuel. Rumah? Emmm... Rumah? Mendadak aku lupa tentang hal itu. Rumahku di mana? Aku berpikir keras, mencoba mengingat lokasi rumahku. Namun, aku tidak ingat sama sekali.

"A-aku nggak inget. Rumah aku di mana, ya?" ucapku sedikit malu padanya. Mungkin aku sangat merepotkan. Samuel terlihat sedikit bingung.

"Trus aku harus gimana? Aku bisa bantu apa?" tanya Samuel.

"Maaf merepotkan."

"Ya udah, gimana kalau kamu nginap aja di rumah aku?" tanyanya.

"Kita kan nggak kenal."

"Ayo, kenalan! Aku Samuel. Kamu siapa?"

"Aku Velly."

"Hemm, kalau aku nginap di rumah kamu, emang orangtua kamu nggak terganggu?" tanyaku padanya.

"Papaku tinggal di Perancis," ujarnya dengan senyum lebar.

"Mama kamu?"

"Mama udah nggak ada," Senyumannya terlihat sedikit memudar. Ups, aku tidak tahu.

"M-maaf."

"Nggak 'pa-pa, kok," Samuel kembali tersenyum lebar.

"Ya udah, kita pulang, ya?" ujarnya dengan senyum yang tidak luntur. Baiklah, aku mengangguk begitu saja. Namun sebenarnya, aku masih berusaha mengingat alamat rumahku. Entah kenapa aku benar-benar lupa.

^~^~^~^~^

Beberapa menit, akhirnya kami sampai di rumah Samuel yang sangat luas. Hem, ayahnya di Perancis, ibunya sudah tidak ada, itu artinya dia tinggal sendirian di rumah besar ini. Untuk apa rumah besar-besar jika hanya dihuni 1 orang?

Ahh, iya! Aku lupa menanyakan tentang saudaranya. Mungkin saja dia tinggal dengan saudaranya?

"Kamu punya adik?" tanyaku.

"Enggak, aku anak tunggal," jawabnya. Aku mengangguk mengerti. Rumahnya terlihat hangat dan hidup. Aku pun turun dari mobil dan menatap rumah besar itu ragu-ragu.

Baru saja memasuki ruang tamu, Samuel langsung berteriak, "Bibiii!"

Tak lama kemudian seorang maid datang menghampiri. Samuel berjalan mendekat pada maid itu dan membisikkan sesuatu. Tak lama kemudian, keduanya beralih menatapku. Samuel dengan senyuman lebar, dan bibi itu dengan tatapan sendu. Pasti dia membisikkan sesuatu yang miris pada bibi itu.

Everything I Don't Know || Kim Sunoo [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang