←Happy Reading→
Hari ini aku kembali bersekolah. Ternyata Chelsea tidak berbohong. Pihak sekolah benar-benar menghubungiku, dan katanya aku bisa duduk di bangku kelas hari ini. Aku tak perlu lagi mengurus data-data sekolah.
Aku berangkat dengan Samuel. Selama di perjalanan, dia terus menanyaiku bermacam-macam. Siapa aku sebenarnya? Apa aku amnesia? Kenapa aku tidak memiliki identitas? Apa aku mata-mata? Dia menanyai semuanya.
Ya, sebenarnya pantas saja jika dia bertanya seperti itu. Aku sendiri juga tidak mengerti apa yang terjadi."Ayok, turun! Biar aku anterin ke kelas," ajak Samuel saat sudah sampai di sekolah. Aku mengangguk dengan senyum tipis. Sungguh aku merasa sedikit tertekan karena pertanyaannya tadi. Aku tahu dia tidak bermaksud apa-apa. Tapi... Itu membuatku merasa tersudutkan. Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi.
Samuel memegangi tanganku, ehh, menggenggam maksudnya. Dia mengantarku menuju ruangan guru. Seorang guru menungguku di sana. Saat sampai, aku melihat sesosok guru tampan berjas hitam.
"Itu guru kamu," ujar Samuel dan mulai melepaskan tangannya.
"Hai... Samantha?" sapa guru tampan itu.
"I-iya, pak. Panggil Velly aja," jawabku sambil tersenyum manis.
"Ayo, kita ke kelas! Samuel, bapak duluan, ya?" Samuel mengangguk-angguk dan tersenyum lebar seperti biasanya. Guru itu berjalan sambil memegangi bukunya di dada, dan aku mengiringinya dari belakang. Guru yang sangat berkarisma! Aku sangat takjub melihat penampilannya. Bersih, rapi, dan tampan bak model papan atas.
Aku dan guru tampan itu sampai di depan kelas yang aku kunjungi beberapa hari yang lalu, XI MIPA 1. Guru itu memasuki kelas, dan aku mengiringinya dengan ragu-ragu.
"Pagi, anak-anak!" sapa guru itu dengan lantang.
"Hari ini kalian punya teman baru. Bertemanlah dan bersaing dengan baik. Velly, silakan perkenalkan diri," Guru itu memegangi pundakku.
"Hai, semua! Perkenalkan nama saya Samantha Michiavelly. Panggil saja Velly. Salam kenal semua!" Suaraku terdengar lantang namun bergetar-getar. Hehe, aku sedikit gugup.
"Salam kenal juga, Velly. Nama bapak Ray Mond. Panggil saja Pak Ray," Senyum manis terukir di wajah guru itu.
"Ada pertanyaan buat Velly?" tanya Pak Ray pada siswa-siswi lain.
"Velly, kamu dari mana?" tanya seorang siswi yang duduk paling depan. Sejenak aku berpikir, dari mana apanya? Tempat tinggalku, lokasiku sebelum ke sekolah, atau sekolah asalku. Untuk situasi seperti ini mungkin maksudnya sekolah asalku. Tapi... Itu pertanyaan yang sulit untukku. Kalian tahu kan, apa masalahnya?
"A-aku dari SMA Asteria," Volume suaraku mengecil secara automatis. Aku lihat beberapa dari mereka ada yang tersenyum, menahan tawa, tertawa tingan, dan ada yang tertawa keras.
"Pertanyaan yang bagus, tapi tidak masalah jika Velly tidak menjawabnya," Guru itu sepertinya mengerti dengan masalahku. Baguslah, aku mendapatkan wali kelas yang mengerti denganku.
"Velly, silakan duduk," Guru itu mempersilakanku. Siswi yang baru saja menanyaiku, menepuk-nepuk bangku di sebelahnya. Aku pun duduk di sebelahnya.
^~^~^~^~^
Bel istirahat baru saja berbunyi, dan aku sama sekali belum berkenalan dengan teman sebangkuku. Ya, kami berdua duduk di barisan terdepan. Tidak etis rasanya jika kami berbicara di jam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything I Don't Know || Kim Sunoo [SEDANG REVISI]
Fiction généraleVelly baru saja mendapat seorang adik laki-laki. Namun sebelum bertemu dengan adiknya, Velly malah terjebak di latar lain yang tidak dikenalnya. Dimensi lain, waktu lain, dunia paralel, atau hanya mimpi? Segalanya terasa tidak asing, namun nyatanya...