←Happy Reading→
Saat ini aku sedang melukis di kamarku. Aku terinspirasi dari karya-karya ibu Samuel di galeri. Itu sangat luar biasa. Aku juga ingin bisa melukis seperti itu.
Aku menggoreskan kuas dengan hati-hati. Sejauh ini, lukisanku cukup baik (menurutku). Lukisan ini memang jelek, apalagi jika dibandingkan dengan karya ibu Samuel. Tapi, tidak apa. Aku bukan pelukis dan aku menghargai karyaku apa adanya.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Samuel membukanya tanpa mengetuk. Bukankah itu tidak sopan? Apalagi aku berlawanan jenis dengannya.
"Lagi ngapain?" tanya Samuel.
"Lagi belajar ngelukis," jawabku datar. Aku kesal padanya yang membuka pintu sembarangan.
"Ke mall lagi, yuk!" ajak Samuel. Oke, aku tidak jadi marah.
"Ayo!" seruku dengan semangat. Samuel keluar dari kamarku dan aku bergegas mengganti pakaian. Aku melupakan lukisan yang belum aku selesaikan. Biarkan saja, itu tidak penting.
Selesai mengganti pakaian, aku langsung keluar kamar dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Samuel.
"Samuel! Aku udah siap! Jadi ke mall, nggak?" tanyaku dengan berteriak.
"Apa?" tanya Samuel di belakangku. Aku sedikit kaget dan memegangi dadaku. Aku kira Samuel masih di dalam kamar.
"Ayo, berangkat," ajak Samuel sembari memutar-mutar kunci mobilnya di jari telunjuk, eak. Samuel berjalan menuruni tangga dan aku mengiringinya dari belakang.
Sesampainya di garasi, ia membukakan pintu mobilnya untukku. Aku memasuki mobil dengan senang hati.
Samuel ikut menaiki mobilnya dan menyalakan mobil. Tak lama kemudian, mobil ini meninggalkan garasi.
Entah sejak kapan kecanggunganku terhadap Samuel berkurang. Untuk saat ini aku sudah merasa dekat dengannya.
"Samuel," panggilku dengan nada yang terdengar bahagia.
"Hm?" respon Samuel tetap fokus menyetir.
"Makasih udah bantuin aku dan selalu ada," ujarku sambil tersenyum lebar.
"Jangan ngomong aneh-aneh, ntar jadi wasiat lagi," jawab Samuel tetap fokus menyetir. Yah, itu lucu tapi agak mengesalkan. Aku tertawa ringan sebagai tanggapan.
Mulai bosan, aku merebahkan kepalaku di dashboard mobil, menatap Samuel yang sedang menyetir. Wajahnya terlihat begitu teduh dan membuat mataku berkedip-kedip sendiri.
"Apa liat-liat?" sinis Samuel namun dengan wajah yang terlihat manis. Aku hanya tersenyum.
Sampai di persimpangan jalan, mobil Samuel berhenti karena lampu merah sedang menyala.
Aku masih saja menatapnya dan tiba-tiba dia juga menatapku. Mataku berkedip-kedip sendiri, salah tingkah.
"Ngantuk, ya?" Ia mengusap-usap kepalaku yang masih bersandar di dashboard. Tangannya yang tadi mengusap-usap pucuk kepalaku, perlahan turun ke bawah, mengusap-usap pipiku.
Ya, aku sedang menahan detak jantung sekarang. Jantungku berdetak begitu kuat hingga dadaku terasa sesak. Huft, Velly tenanglah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything I Don't Know || Kim Sunoo [SEDANG REVISI]
General FictionVelly baru saja mendapat seorang adik laki-laki. Namun sebelum bertemu dengan adiknya, Velly malah terjebak di latar lain yang tidak dikenalnya. Dimensi lain, waktu lain, dunia paralel, atau hanya mimpi? Segalanya terasa tidak asing, namun nyatanya...