←Happy Reading→
Hari kedua aku bersekolah setelah semua keanehan itu.
"Vell, aku duluan, ya? Aku dipanggil guru," ujar Samuel saat kami baru keluar dari mobil. Ia berlari kencang meninggalkanku yang masih berdiri tegak. baru saja ingin berjalan, tiba-tiba sebuah sepatu terbang mendarat di betisku.
"Eh, maaf, kak," seorang anak perempuan mengambil sepatu itu dan mengenakannya.
"Heh, Pin! Kabur, lo?!" teriak gadis itu setelah mengenakan sepatunya. Di kejauhan terlihat si pelempar sepatu menyengir dan berjalan pelan ke arah sini.
"M-maaf, kak. Nggak sengaja. Niatnya tadi cuman mau buang sepatu Jiya, eh, kena kaki kakak. Hehe, maaf," Gadis itu menyengir lebar. Aku pun hanya tersenyum. Jika dia adikku, mungkin sudah kucubit-cubiti dia. Aku pun melangkah pergi dari hadapan mereka.
"Eh, tunggu-tunggu. Kakak anak baru yang sering digosipin itu, bukan?" tanya seorang gadis lainnya. Aku hanya mengernyit bingung. Gosip? Aku tidak tahu tentang itu. Apa benar aku sering diperbincangkan?
"Mulutmu, Fir," ucap gadis yang tadi melempar sepatu sambil mendorong kepala temannya. Sudahlah, anak-anak ini aneh. Aku rasa mereka hanya bercanda. Aku melanjutkan langkahku, meninggalkan tiga gadis yang senang berdebat itu.
Tiba-tiba langkahku dihentikan oleh seseorang, Daniel.
"Hem? Kenapa?" tanyaku pada Daniel. Sedangkan Daniel menatapku kesal. Memangnya salahku apa?
"Kenapa lo nggak ngerjain PR gue?! Udah gue bilang, gue sibuk. Sekarang PR gue nggak ada, anj***," Tangan Daniel bergerak hendak menamparku. Namun, aku menghindarinya.
Semakin lama, Daniel semakin menyesakku. Aku tidak bisa menghindar terus-terusan. Satu tamparan keras mengenai pipiku. Aku tersentak. Kasar sekali, padahal itu bukan salahku.
Tiba-tiba saja seseorang menghentikan Daniel. Siapa itu? Samuel, atau Chelsea? Aku mendongak menatap si penyelamatku. Owh, ini mengejutkan. Ternyata bukan Samuel atau Chelsea. Tapi, tiga orang adik-adik berisik yang tadi melempar sepatu.
"Kurang ajar lo, Niel. Kakak kelas digituin, mana cewek lagi," ujar salah satu dari mereka sambil tersenyum. Sementara 2 gadis lagi menahan pergerakan Daniel yang terus memberontak.
"Lemah banget, anjir. Ditahan cewek aja, nggak bisa lepas," ujar gadis yang tadi melempar sepatu. Mungkin bukan Daniel yang lemah, tapi mereka yang terlalu kuat untuk ukuran seorang gadis.
Tiba-tiba Chelsea melintas di depan kami. Ia menatap Daniel sembari menahan tawa. Jujur, itu memang terlihat lucu. Seorang lelaki bertubuh tinggi dan besar, memberontak saat ditahan oleh 3 gadis yang jauh lebih kecil tubuhnya.
"Ngapain lo?" tanya Chelsea sambil terus menahan tawa. Daniel terdiam, dia tak lagi memberontak. Mungkin dia malu pada Chelsea.
"Lepas!" teriak Daniel dengan suara lantang. Tiga gadis tadi pun melepas Daniel.
"Asal kalian tau, gue bisa matahin tangan kalian satu-satu. Tapi gue masih tau batas. Gue tau kalian cewek. Jangan pernah ngira gue lemah," ujar Daniel lalu menarik tangan Chelsea menjauh.
"Kakak baik-baik aja, kan?" tanya salah satu dari gadis itu.
"Iya, makasih banyak, ya," Aku tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything I Don't Know || Kim Sunoo [SEDANG REVISI]
General FictionVelly baru saja mendapat seorang adik laki-laki. Namun sebelum bertemu dengan adiknya, Velly malah terjebak di latar lain yang tidak dikenalnya. Dimensi lain, waktu lain, dunia paralel, atau hanya mimpi? Segalanya terasa tidak asing, namun nyatanya...