←Happy Reading→
Kembali lagi di rumah besar Samuel. Saat ini aku sedang duduk santai di ruang tengah. Mataku tertuju pada layar televisi di depanku.
Samuel datang dan duduk di sebelahku.
"Lagi nonton apa?" tanya Samuel.
"Nggak tau. Ini acara apa, sih? Nggak ngerti," jawabku. Samuel tertawa mendengarku.
"Kalau nggak ngerti ngapain nonton?"
"Pengen nonton aja," jawabku sembari menyengir. Sebenarnya aku tidak sedang menonton. Mataku memang tertuju pada televisi, namun pikiranku sedang melayang-layang entah ke mana.
"Oh, iya. Aku minta maaf, ya? Kemarin marah-marah di kamar kamu," ujar Samuel. Hem, sebenarnya aku tidak ingat. Memangnya kapan dia marah?
"Kapan?" tanyaku.
"Kemaren, pas aku baca surat dari mama."
"Oh, itu aku yang salah. Baca surat sembarangan," ujarku merasa bersalah.
"Emang itu surat apa, sih?" tanya Samuel. Mana aku tahu. Aku kan hanya menumpang di sini.
" Nggak tau," jawabku.
"Dapat dari mana?"
"Di belakang lukisan kemaren ada suratnya," jawabku lagi.
"Oh, itu memang surat dari mama," ujar Samuel menghentikan percakapan. Sebenarnya aku masih berpikir, apa yang dimaksud surat itu? Ingin sekali aku bertanya tapi takut mengganggu Samuel.
"Samuel," panggilku secara refleks. Ups, refleks. Sekarang dia menatap dan menungguku berbicara.
"Adik kamu emangnya ke mana?" tanyaku berhati-hati. Dasar Velly! Kenapa susah sekali menahan rasa ingin tahu.
"Itu yang barusan ngomong," jawab Samuel. Otakku berpikir sejenak. Mana?
"Mana? Dia di sini?" tanyaku.
"Iya," jawab Samuel lalu tertawa geli. Aku melihat ke kanan dan kiri, depan dan belakang, namun tidak ada orang. Apa yang lucu?
"Ini loh orangnya," ujar Samuel sambil memegangi pipiku.
Deg! Deg!
Jantungku seperti ingin keluar dari tempatnya. Aku mematung.
"Eh, malah bengong," Samuel mendorong pipiku yang tadi disentuhnya. Aku tersentak dan refleks membanting tangan Samuel. Aduh, refleks lagi.
"Eh, maaf-maaf. Mangkanya jangan ngagetin!" bentakku sedikit kesal.
"Siapa yang ngagetin?" Samuel memasang wajah menjengkelkan. Aku pun kembali duduk lurus menatap televisi.
"Aku anak tunggal," ujar Samuel tiba-tiba. Hah? Otakku kembali berpikir. Jika Samuel anak tunggal, berarti... Samuel itu perempuan?
"Aku emang anak tunggal. Semenjak lahir sampai sekarang aku tetap anak tunggal. Aku nggak punya kakak atau pun adik. Tapi, mamaku aneh banget. Sejak aku kecil mama sering bilang, mama kangen sama kakakku. Dikit-dikit kakak, dikit-dikit kakak. Mama nggak pernah peduli aku ada atau enggak," jelas Samuel.
Mama Samuel indigo? Atau korban sihir? Atau... Gila? Tidak mungkin orang gila bisa melukis sebagus itu.
"Aku pernah nanya sama papa. Mama ngomongin siapa, sih? Papa bilang mama agak stress semenjak aku lahir," jelas Samuel. Aku tidak tahu harus merespon seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything I Don't Know || Kim Sunoo [SEDANG REVISI]
Ficção GeralVelly baru saja mendapat seorang adik laki-laki. Namun sebelum bertemu dengan adiknya, Velly malah terjebak di latar lain yang tidak dikenalnya. Dimensi lain, waktu lain, dunia paralel, atau hanya mimpi? Segalanya terasa tidak asing, namun nyatanya...