←Happy Reading→
Cring!
Terdengar suara tirai yang terbuka. Cahaya matahari pagi menyinari mataku yang masih terpejam. Mataku perlahan terbuka.
"Mama?" lirihku saat melihat seseorang berdiri menjulang di depan ranjangku.
"Aku Samuel, bukan mama," jawabnya. Oh, iya. Semalam aku terus memimpikan ibuku. Aku lupa kalau ibuku telah menghilang.
Perlahan kesadaranku mulai meningkat. Aku mulai merubah posisiku menjadi duduk.
"Dadanya masih sesak?" tanya Samuel. Sebenarnya bukan hanya dada, tapi kepalaku juga terasa sakit sekarang. Tenggorokanku juga terasa kering.
"Dikit," jawabku lemas.
"Hari ini kamu sekolah?" tanya Samuel lagi. Hem, sebenarnya aku sangat tidak ingin berangkat sekolah, apa lagi aku sedang tidak enak badan.
"Mungkin enggak," jawabku. Samuel meraba keningku. Suhu tubuhku memang agak panas sekarang, bahkan aku juga berkeringat.
"Ya udah, cepet sembuh, ya?" Samuel mulai melangkahkan kakinya, keluar dari kamarku. Hanya itu?
Entah kenapa rasanya aku sedikit kesal pada Samuel. Seperti benci, namun aku juga menyayanginya. Mungkin aku belum cukup dewasa untuk berpikir jernih, huft.
Aku akan tinggal sendirian di rumah, sementara Samuel pergi ke sekolah. Ini bukanlah hal yang menyenangkan.
Aku kembali merasa tidak senang pada diri sendiri. Aku benar-benar tidak memiliki siapa-siapa di sini, termasuk Samuel. Samuel tidak akan selamanya bersamaku. Ia juga akan memiliki kehidupannya sendiri, tanpaku.
Mungkin aku memang harus membiasakan diri untuk hidup mandiri. Dari mana aku akan memulainya? Apa pekerjaan yang akan cocok denganku?
Aduh, kepalaku terasa sakit. Malas sekali rasanya jika aku harus bangkit dari ranjang. Apa benar Samuel meninggalkanku sendirian di rumah? Apa dia lupa aku sedang sakit?
Hem, sebenarnya aku tidak sendiri. Di rumah ada maid yang sibuk bekerja. Tentu mereka akan melayaniku jika aku meminta. Aku rasa aku hanya mencari perhatian pada Samuel. Aku sendiri menyadarinya.
Tok! Tok!
"Apa?" teriakku pada Samuel yang mengetuk pintu.
"Aku pamit mau ke sekolah," ucapnya setelah membuka pintu kamarku.
"Iya, bye! Semangat belajarnya," Ia mengangguk lalu kembali menutup pintu kamarku.
Mungkin ini saatnya aku beraksi. Aku yakin bahwa aku memang harus hidup mandiri. Aku bangkit dari ranjangku, mandi, menggosok gigi, lalu mengganti pakaianku. Aku memasukkan pakaian dan perlengkapanku ke dalam ransel.
Ransel saja cukup. Aku pikir, mungkin aku tidak perlu membawa koper. Ini baru percobaan untuk hidup mandiri. Jika aku berhasil, aku akan membawa seluruh barangku menuju tempat tinggal baruku.
Kepalaku memang sedikit pusing sekarang. Tapi, aku tidak perlu memanjakan diriku sendiri. Kondisiku tidak seburuk itu. Aku akan sembuh sendiri nantinya.
Aku berjalan keluar kamar dan menuruni tangga dengan hati-hati. Semoga saja usahaku hari ini lancar. Aku keluar dari gerbang rumah Samuel dengan berhati-hati. Aku takut jika ada yang menghentikan langkahku. Tapi untung saja, aku berhasil keluar dari pekarangan rumah dengan lancar, tidak ada yang menghalangiku.
Aku berjalan tidak tentu arah. Aku memang tidak tahu aku akan pergi ke mana. Tapi, yang pasti, aku akan hidup mandiri mulai detik ini. Aku akan membiarkan Samuel kembali hidup normal seperti saat aku belum hadir di dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything I Don't Know || Kim Sunoo [SEDANG REVISI]
General FictionVelly baru saja mendapat seorang adik laki-laki. Namun sebelum bertemu dengan adiknya, Velly malah terjebak di latar lain yang tidak dikenalnya. Dimensi lain, waktu lain, dunia paralel, atau hanya mimpi? Segalanya terasa tidak asing, namun nyatanya...