³*Drop Out of School*³

69 19 150
                                    

←Happy Reading→

Bruk!
Tak sengaja bahuku menubruk bahu seseorang. Buku-buku yang Ia bawa berserakan di atas tanah.

"Ah, maaf," ucapku tanpa menatap wajahnya. Aku membereskan buku yang berserakan itu. Sedangkan Ia bergeming, dan aku terus membereskan buku-buku itu.

"Maaf, ya," ucapku lalu menyerahkan buku itu padanya. Dia masih bergeming, menatapku dengan mimik wajah terkejut. Begitu juga denganku yang tak kalah terkejut setelah melihat wajahnya.

"Juwvan?!" Ia adalah teman sekelasku. Teman sekelasku yang waktu itu. Yang saat itu menyuruhku untuk menunggunya pergi ke fotokopi. Kenapa Ia ada di sini? Kenapa bisa Ia berada di sini, di antara orang-orang yang tidak aku kenal ini?

"Ngapain di sini?" tanyaku. Dia masih bergeming dan mulai berbicara dengan tergagap-gagap.

"K-k-kamu ke mana aja?" tanyanya.

"Waktu itu aku ketiduran," jawabku. Juan menatapku bingung. Percakapan ini terasa canggung.

Dalam hati aku berpikir, mungkin ini memang mimpi. Tidak ada hal masuk akal yang terjadi semenjak kemarin. Mimpi macam apa ini? Kenapa aku tidak bisa bangun?

^~^~^~^~^

Ujian baru saja selesai. Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia, semuanya diberikan dalam satu waktu. Untung saja waktunya lama, jadi aku memiliki banyak waktu untuk berpikir. Ini tidak terlalu sulit. Tahu saja, aku sudah kelas sebelas, tidak mungkin aku tidak dapat mengerjakan ujian masuk SMA.

Aku keluar dari ruang kepala sekolah dan langsung di sambut oleh Samuel. Dia menungguku? Sejak kapan dia di sini?

"Gimana ujiannya?" Samuel tersenyum lebar.

"Lancar," jawabku jujur.

"Susah, nggak?"

"Enggak, kok. Aku bisa," jawabku yakin.

"Bagus, kalau gitu sekarang kita ke mana dulu, nih? Nanti kita balik ke sekolah buat liat hasil ujian kamu," ujar Samuel.

"Kita keliling-keliling danau, yuk!" ajakku bersemangat. Hem, tak sadar aku mulai nyaman dengan Samuel. Dia begitu ramah dan mudah beradaptasi. Aku benar-benar tidak menyangka akan dekat dengannya secepat ini, bahkan aku sudah berani mengajaknya seperti ini.

"Ayuk!" jawab Samuel tidak kalah semangat. Samuel menarik tanganku menuju mobilnya.

"K-kita jalan kaki aja gimana?" saranku padanya. Aku tau itu melelahkan. Meski pun kecil, danau di depan sekolahku ini cukup besar untuk dikelilingi jalan kaki. Itu akan sangat melelahkan. Tapi, sepertinya jalan kaki lebih menyenangkan dari pada naik mobil.

"Yakin? Kalau naik sepeda aja gimana?" tanya Samuel.

"Mau!" jawabku sambil tersenyum seperti Samuel.

Kami berjalan keluar dari pekarangan sekolah, mendekati danau kecil yang besar itu. Kebetulan sekali di sana disediakan beberapa buah sepeda. Aku mengambil dan menaiki sebuah sepeda, begitu juga dengan Samuel. Tidak lupa Samuel membayar sewa sepeda itu terlebih dahulu. Kami pun berangkat mengelilingi danau kecil ini.

Banyak yang kami lihat di sini. Penduduk yang berjualan, pengunjung yang sedang memancing, bermain, berfoto-foto, dan lainnya. Kami juga melintasi jembatan yang membelah danau itu. Aku mengayuh sepeda dengan riang. Angin meniup dan mengibas-ngibaskan rambutku yang tidak diikat itu. Sesekali mataku diserang oleh rambutku sendiri. Aw, perih! Aku mengucek mataku dan tidak sadar, sepedaku sudah mulai oleng. Hingga...

Everything I Don't Know || Kim Sunoo [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang