Toko Bunga

6.7K 852 44
                                    

“Lisa. Woyy!!”

Dipanggil, Lisa menoleh.

Lancang sekali meneriakinya pagi-pagi begini.

“Kenapa, setan??” Sahut Lisa sekaligus bertanya, lumayan kesal.

Gadis yang ditanyai justru sibuk mengatur nafas, ia berlari pontang-panting menuju rumah Lisa yang tidak jauh dari toko bunga tempatnya bekerjanya.

Dia – Nancy – Sahabat Lisa setelah Eunha.

Mereka bertiga bersahabat dari jaman purba kala, tidak.  Dan di nobatkan sebagai komplotan sahabat kurang ajar yang pernah ada.

Motto dalam persahabatan mereka, adalah : Jangan pernah mempercayai sahabat.

Setidaknya begitu kira-kira motto sengklek ketiganya.

Bahkan semasa sekolah dahulu, mereka kompak menamatkan diri dari tenggat waktu seharusnya.

Namun, alih-alih setelah menamatkan diri dari SMA milik ayah Nancy, mereka melanjutkan ke jenjang perkuliahan, dengan bantuan izazah susulan.

Ketiganya justru tidak melanjutkan pendidikan dan berhenti ditengah jalan.

Meskipun begitu, Eunha yang paling berduit dari ketiganya memberi ide untuk Lisa membuka sebuah toko bunga kecil-kecilan supaya ia dan Nancy bisa bekerja di toko bunga itu.

Alhasil berdirinya toko bunga Lisa sekarang tidak luput dari ide dan kerja keras sahabat-sahabatnya yang membantu dalam melancarkan segala hal.

“Toko bunga lo ... " Menarik nafas, masih terengah-engah.

"Digusur ... Dah rata banget kek badan lo.” Tambahnya, malah bodyshaming.

Mendengar hal tersebut, yang mampu mengguncangkan jiwa raganya.

Lisa spontan menyiram Nancy menggunakan selang air yang ia pegang.

Kebetulan, rutinitas nya setiap pagi adalah menyiram bunga di halaman, depan rumah megahnya.

“Kenapa gue yang jadi di siram sih calon bininya duda.” Cetus Nancy asal dan kesal.

“Lo gak bohong kan??”

Nancy mengelap wajahnya.

“Ngapain gue bohong, mendingan lo datengin TKP sono.” Sungutnya, kemudian masuk begitu saja kedalam rumah Lisa untuk berganti pakaian.

Dirumah Lisa sudah banyak tersedia pakaian miliknya juga Eunha yang memang sengaja mereka simpan kala kejadian tidak terduga semacam ini terjadi, begitu pun dengan Lisa.

“Wuahh gak bisa dibiarin.” Emosinya.

Lisa mematikan keran air. Melempar selang itu sembarangan.

Menarik nafas dalam-dalam,
Kemudian berlari ngibrit dari halaman rumahnya menuju toko bunganya yang sudah datar seperti yang Nancy katakan.

Sesampainya di toko bunganya yang sudah rata.

Disana ternyata juga sudah ada Eunha yang tengah memarahi seorang pria berjas hitam formal.

Pria itu tidak menghiraukan Eunha, ia hanya fokus melihat buldoser yang sibuk meratakan toko bunga kecil dan jelek itu sampai tidak tersisa.

“Kau dengar tidak!?” Sentak Eunha yang lagi-lagi di abaikan oleh pria berjas formal itu.

Lisa menghampiri, wajahnya merah padam menahan emosi.

Susah payah ia dan kedua sahabatnya merintis usaha kecil-kecilan mereka dari nol.

[5] - Widower - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang