05. Putusan

8.5K 773 21
                                    

Gladis

Gue mau ketemu
Jam 2 siang, cafe Jelangga, meja no.06

Awalnya Artha ingin mengabaikan pesan yang Gladis kirim dan menemani Helena berbelanja, namun hatinya seolah tergerak untuk memenuhi permintaan Gladis.

Lagian Gladis yang gak pernah sekalipun berkirim pesan pada Artha, dan tiba - tiba mengajak bertemu seperti itu menandakan ada yang penting. Seenggaknya lebih penting dari acara belanja Helena.

Setelah memarkir mobilnya Artha turun dan memasuki cafe, matanya menelusuri setiap sudut ruangan. Hingga ia melihat perempuan yang memakai kemeja putih bermotif garis - garis tengah memainkan ponselnya.

Segera Artha menghampiri meja yang sudah Gladis duduki.

"Gak pesen?" Tanya Artha yang sudah duduk didepan Gladis

Gladis sedikit berjingkat kaget, tempat mereka berada paling pojok dekat pintu masuk. Disampingnya juga kosong, hanya terdapat beberapa yang masih ada di cafe itu, karena waktu istirahat siang sudah selesai.

"Gue kira Lo gak dateng" ucap Gladis tanpa menjawab pertanyaan Artha

"Awalnya, tapi yahh tiba - tiba gue pengen dateng" jujur Artha "Jadi ada apa? Tumben lu ngajak ketemu gue"

"Lo gak pesen dulu? Udah makan siang?" Gladis meletakkan ponselnya di meja, mulai memberi atensi penuh pada Artha

"Udahh, perhatian banget Lo sama gue. Emang ada apa?" Artha terkekeh remeh

"Gue cuma gak mau Lo jantungan aja"

Artha menaikkan sebelah alisnya, sebegitu masalah ya? "Emang ada apa?"

"Gue hamil"

Artha membulatkan matanya, dia menatap Gladis yang menyodorkan satu test pack beserta satu amplop surat bertuliskan salah satu rumah sakit di kota mereka.

Lama Artha menatap garis dua pada test pack itu tanpa berniat membuka amplop sebagai bukti yang lain. Tangannya tampak sedikit bergetar memegangnya, wajahnya total blank tanda ia masih tak percaya pada apa yang terjadi.

Gladis menatap Artha, ia tau jika lelaki didepannya ini shock berat, tapi mau bagaimana lagi? Toh ini juga perbuatannya. Disangkal bagaimanapun, itu kenyataan yang harus Artha terima.

Seminggu kebelakang Gladis mempertimbangkan apakah harus memberi tahu Artha atau tidak, dan akhirnya ia memilih memberi tahu Artha.

"Gue cuma ngasih tau aja, lo berhak tau. Tapi gue gak nuntut tanggung jawab kok, gue mau gugurin aja" jelas Gladis enteng sambil membereskan tasnya, ingin segera pergi dari hadapan Artha

belum sempat sepenuhnya Gladis berdiri, tangganya ditarik pelan oleh Artha hingga dia kembali duduk. Artha kini menatapnya dalam, hingga dahi Gladis mengeryit heran.

"Jangan"

Gladis paham, tapi dia berpura - pura bodoh dan tetap diam seolah tak mengerti ucapan yang Artha lontarkan padanya. Dia ingin memastikan.

"Jangan gugurin, gue mau tanggung jawab Dis" ucap Artha mantap.

Gladis tersenyum remeh setelah mendengar ucapan Artha, alasan konyol yang kadang malah akan ia sesali diwaktu yang akan datang. Gladis tau Artha belom dan gak akan pernah siap.

"Gak! Gue nolak" jawab Gladis

"Kenapa? Gue kurang apa di mata Lo? Kurang kaya? Ganteng? Mapan? Atau apa?" Cecar Artha menatap intens wajah Gladis

"Ck! Lo tuh ngambil keputusan sedetik! Lo belum mikirin apa yang bakal terjadi kedepannya" sejenak Gladis mengatur nafas "Pikir kalo Lo tanggung jawab, Lo bakal ngadepin orang tua elo, minta restu keluarga gue, Lo bakal gak bebas karna Lo udah punya tanggungan dan elo harus ninggalin Helena. Lo siap?"

Akibat Kesalahan Semalam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang