18. Protected

5.7K 506 6
                                    

Hingar - bingar musik berpadu dengan suara obrolan setiap orang berada dalam satu gedung megah yang sudah didesain dengan apik tanpa cela, warna putihdengan hitam memenuhi gedung tersebut. Wajah - wajah para petinggi perusahaan yang telah diundang tampak begitu berkarisma memenuhi area aula, menunggu acara yang segera dimulai.

Disisi lain, di belakang panggung runway terdapat Gladis yang tengah frustasi menatap catatan penulisan list line up baju yang akan di tampilkan. Dia yakin sekali jika ada 68 baju untuk di tampilkan, tapi masih ada sisa baju yang belum di ambil oleh para model yang sudah ditunjuk.

"Dis? Kok masih disini?" Ini suara Yosi yang bertugas di belakang panggung.

"Ada kesalahan teknis deh Yos, gue salah ngitung line up baju yang bakal tampil" Gladis terduduk pada kursi,sebelah tangannya memijat kening tanda akan kefrustasian.

"Kok bisa?"

"Gak tau deh, cancel aja gaun terakhir yang belum di ambil"

Tak ada pilihan lain selain membatalkan penampilan gaun berwarna soft brown sugar dengan model simple nan elegan yang telah Gladis dan para desainer rancang jauh - jauh hari. Sayang sekali padahal Gladis penasaran bagaimana reaksi para penanam saham untuk gaun tersebut. Mungkin modelnya sangat simple makanya para model tidak ada yang mau memilih gaun tersebut. Padahal jika dilihat lagi, gaun itu termasuk gaun dengan harga tinggi.

"Gak bisa, CEO udah liat gaun ini. Kalo di cancel pasti beliau marah" Dante yang mendengar ucapan Gladis langsung menjawab.

Bener kata Dante, para petinggi perusahaan sudah memeriksa line up baju yang akan tampil sebelum menyetujui diadakannya event ini. Mereka akan marah besar jika ada satu saja line up baju yang tidak ditampilkan. Tapi sudah tidak ada model yang bisa menampilkan gaun tersebut, lagi pun jika mencari model sekarang waktunya sudah tidak ada.

"Terus mau siapa yang jadi model? Semua udah pegang 2 line up baju"

"Lo aja"

"Gila Lo? Gue lagi hamil bodoh"

"Ya gapapa, lo hamil juga masih keliatan kayak ABG"

Ingin rasanya memukul kepala Dante, disaat hal genting seperti ini bisa - bisanya memberi saran yang gak mungkin dilakukan Gladis. Lagian Artha sedang menunggu di jajaran para penonton, Gladis harus kembali ke sana dan menemani bukannya malah berlengak - lengok di atas catwalk.

"Cuma lo yang bisa Dis, cewek paling tinggi di perusahaan kita cuma lo. Yang menuju ke standar model cuma Lo doang" Dante mulai menatap serius Gladis.

"Bener kata Dante, cuma lo doang" Yosi menimpali

"Gak mau"

"Yaudah, nanti kalo CEO marah bukan salah gue. Gak mau tanggung gue mah."

"Ih kok gitu sih??"

"Ya gue udah kasih saran egeee"

"Terus gimana?"

"Ya lo cepet ke meja rias, ambil gaunnya terus jalan" Yosi berujar sambil memperagakan jalannya para model di atas catwalk.

"Nanti Artha–"

"Gue yang kasih tau, dah sana"

Dante mendorong pelan tubuh Gladi memasuki ruang rias, dilihat semua model sudah bersiap dengan gaun pertama yang akan mereka peragakan. Acara akan mulai 10 menit lagi, Gladis masih mempunyai waktu 30 menit untuk satu gaun yang akan ia pakai. Dante mendudukkan Gladis di kursi rias, lalu memangil seorang perias untuk mendadani wajah temannya ini.

Akibat Kesalahan Semalam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang