09. Day-01

6.7K 559 0
                                    

"Dis, Nanti kalo kerepotan telepon Bunda aja ya"

Pesan terakhir Bunda sebelum beliau pamit untuk pergi bersama Baba. Mereka menitipkan Windy dan Vian untuk tinggal di apartemen Artha, rencananya nanti sore bakal dianterin sama Artha ke hotel tempat Bunda dan Baba menginap.

Bunda menolak tinggal di rumah Gladis, beliau beralasan kalau rumah Gladis harus dikosongkan terlebih dahulu sebelum siap ditinggali oleh penyewa.

"Win, Kak Gladis pengen makan es krim deh!" Gladis membisiki Windy yang sedang terpaku oleh televisi

Windy menoleh, menatap lekat ke arah Gladis bergantian dengan Jam dinding. "Biasanya Kak Artha ambil di kulkas" celetuk Windy menunjuk ke arah lemari Kulkas

Gladis segera berdiri dan menuju lemari kulkas milik Artha. Pikir Gladis ia akan membeli di minimarket dekat apartemen kalau di kulkas tidak ada es krim.

"Gak ada Winn"

Di kulkas hanya ada beberapa sayur dan setengah potong semangka, beberapa kaleng soda dan susu kotak besar. Agaknya Gladis harus mengajak Artha belanja besok.

Gladis kembali duduk di samping Windy, matanya menatap ke arah Vian yang sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Artha tertidur sejak mereka sampai di apartemen, semalam ia bilang tidak tidur nyenyak semenjak acara pernikahan mulai empat hari lalu.

"Beli yuk Win!" Ucap Gladis semangat

"Kata Bunda, kalo mau makan malem gak boleh jajan dulu"

Gladis melirik jam dinding, pukul empat sore, dua jam lagi mereka akan makan malam. Gladis juga tak tau mereka akan makan malam apa, kulkas Artha juga kosong.

"Kita beli es krim sekalian beli makan malem, Windy mau makan apa?"

"Kita ke minimarket aja ya?!" Windy bersemangat mendengar Gladis mengajaknya pergi mencari makan malam

"Iya dong! Kemana lagi?"

Seenggaknya Gladis bisa membeli sarden atau apapun di minimarket.

"Ayok!" Windy langsung melompat dari sofa yang semula ia duduki

"Vian mau ikut?" Tanya Gladis

Bocah lelaki yang sedari tadi fokus pada ponselnya pun menoleh, menggeleng kepala sarat akan penolakan dari ajakan Gladis. Namun setelah itu matanya menatap kepada adek perempuannya, memberi isyarat tanpa berbicara.

"Oke Mas Vian!" Windy mengacungkan jempolnya, mengerti akan isyarat sang Kakak

"Apa Win?" Gladis yang melihat hal itu hanya bisa melongo tak paham

"Gak ada Kak! Ayo berangkat!!" Windy menarik tangan Gladis

"Bentar Kakak, ambil dompet dulu!"

Gladis melepas tangan Windy, langkahnya menuju ke kamar milik Artha. Ia meletakkan dompetnya di atas laci, disamping koper - koper miliknya, semua barangnya sudah datang kemarin namun ia belum sempat menatanya, Gladis rasa ia harus menunggu Artha untuk itu.

Setelah keluar kamar, Gladis langsung menghampiri Windy yang sudah siap di depan pintu. Tangannya meraih tangan sang adik agar bisa bergandengan sepanjang jalan.

"Kak nanti Windy sama Mas Vian nginep ya?" Windy mendongak

"Hmm? Bukannya sama Bunda disuruh ke hotel ya?" Gladis berbalik menatap Windy, mereka sudah masuk ke dalam lift

"Windy gak suka di hotel, boleh ya nginep?"

"Iya deh, nanti bilang ke kak Artha dulu ya?"

"Iyaa"

Akibat Kesalahan Semalam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang