18

1 0 0
                                    

Author POV:

Tari terus menangis dipelukan Razi. Satu sisi ia senang karena dikhitbah oleh seseorang yang selama ini ia nantikan dan ia sayangi, tapi disisi lain ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama hanya karena masalah keturunan. Sedangkan rahimnya sedang tidak baik-baik saja

"Pikirkan sekali lagi, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Ingatlah, betapa dulu kamu sangat mengagumi Izal begitupun sebaliknya. Izal sangat menghormatimu, bahkan sangat menyayangi kamu. Abang percaya, Izal akan sangat bisa diandalkan. Tidak ada yang perlu kamu takuti. Kamu kenal kan keluarga Rizal dari dulu? Apakah mereka type-type keluarga yang kamu takuti? Abang rasa tidak. Sebelum semuanya terlambat, Mari berikan jawaban terbaik untuknya." Ucap Razi sambil terus memeluk dan menenangkan adiknya

Tari melepas pelukan dengan abangnya

"Antar Tari kedepan bang" ucap Tari

Razi tersenyum dan mengangguk mantap

Ketika Rizal dan keluarga akan pamit, tiba-tiba Tari berteriak

"Saya bersedia"

Semua mata tertuju pada perempuan cantik bercadar itu.

"Saya bersedia menerima lamaran dari Rizal Ash-Shiddiq" ucap Tari sekali lagi dengan mantap. Meyakinkan semua orang bahwa Ia bersedia menjadi Patner Rizal untuk selamanya

Rizal tersenyum, lalu mendekati Tari dan berjongkok dihadapannya

"Benarkah?" Tanya Rizal meyakinkan

Tari mengangguk, Antara senang dan Malu. Entahlah, ini pertama kalinya Ia merasa canggung dihadapan Rizal

"Tidak keberatan, dan tidak terpaksa kan?" Tanya Izal lagi

Tari menggeleng cepat

"Qila mau mewujudkan janji Izal. Membersamai Izal meraih Ridho Allah, dan menggapai Syurganya Allah" ucap Tari

Semua orang yang berada disana mengucapkan syukur atas jawaban dari Tari

"InsyaAllah, akad nikah dan resepsi akan diadakan dipondok pesantren Ash-Shiddiq Minggu depan" ucap Lukman

Semua mengangguk setuju

****
Rizal POV :

Hari ini, adalah hari yang tidak akan pernah aku lupakan. Hari dimana aku dan dia akan bersatu dihadapan Allah dan ribuan malaikat yang membantu mendo'akan kebahagiaan kami

Moment ini adalah moment terindah yang sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. Dan mulai detik ini aku bertekad untuk selalu menjaga dan melindunginya.

Aku duduk dihadapan Ayah Abdullah dengan dikelilingi dua orang saksi dan ratusan jemaah yang menghadiri menyaksikan akad nikah yang akan berlangsung sebentar lagi

Hatiku tidak bisa dikompromikan sejak beberapa saat yang lalu. Mungkin ingin segera menemui Istriku nanti. Lucu ya Qil, sebentar lagi aku akan memanggil kamu dengan sebutann Istri -batinku

"Bagaimana mempelai laki-laki apakah sudah bisa dimulai?" Tanya seorang kepala KUA padaku

Dengan mantap ku anggukan kepalaku sebagai jawaban atas pertanyaannya

"Baiklah, silahkan dimulai Pak Abdullah" ucap kepala KUA lagi

Aku dan Ayah saling berjabat tangan untuk melaksanakan proses sakral.

"Saudara Rizal Ash-Shiddiq, Saya Nikahkan dan saya Kawinkan engkau dengan anak kandung saya yang bernama Mentari Aqila Wijaya. Dengan Mas Kawin berupa emas 30gram, uang tunai 300ribu dan alat sholat dibayar Tunai" ucap Ayah Abdullah dengan lantang

SEINDAH SENYUM MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang