AUTHOR POV :
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuk Tari, dan entah untuk besok pasti akan sama melelahkan juga. Setelah acara lamaran tadi, tercetuslah tanggal pernikahan yang akan dilaksanakan besok disalah satu gedung milik keluarga Irvan di Bandung, Kedua keluarga setuju dan terpaksa Taripun menyetujui meskipun hatinya belum siap untuk menjalin sebuah keluarga apalagi dengan seseorang yang belum ia kenal lebih dalam, bahkan masih ada seseorang yang ia kagumi dan ia simpan dihatinya sampai detik ini
Setelah melaksanakan sholat Isya, Tari kembali mengecek ponselnya dan lagi-lagi masih membaca pesan masuk dari seseorang yang ia dapat tadi pagi sebelum dimulai acara, ya siapa lagi kalau bukan pesan dari Izal
Lagi-lagi Tari meneteskan air matanya. Sesak di dadanya tak bisa ia tahan, sehingga air matanya tak mampu ia bendung lagi
"Maafkan aku Izal, maafkan aku" gumam Tari
Ia berjalan menuju sebuah lemari, membuka laci kecil dan menampakkan sebuah album foto disana. Lalu ia kembali ke ranjangnya dan duduk terdiam disana sambil membuka perlahan album foto yang mulai kusam itu
"Ini kita, dulu ku kira kamu yang akan menjadi imamku. Namun ternyata, takdir berkata lain" ucap Tari sambil memandang Foto yang menampakkan dua anak kecil yang saling berpelukan
"Ingin sekali rasanya, memelukmu seperti ini. Tapi kita sudah besar, tidak bisa seperti ini lagi ya zal" tari bergumam sambil sesekali tersenyum kemudian kembali menangis dan memeluk album foto itu
Tok.. tok.. tok..
Terdengar suara ketukan Pintu dari arah luar kamar Tari, sesegera mungkin tari menghapus air matanya dan merapihkan album foto kenangannya bersama Izal dan kembali memasukkannya kedalam laci yang ada di lemari pakaiannya
"De, udah tidur?" Teriak Razi dari arah luar kamar Tari
"Belum bang, sebentar" jawab Tari
Kemudian Tari berjalan menuju pintu kamarnya untuk membuka Pintu tersebut
Ceklek, pintu kamar terbuka
"Kenapa bang?" Tanya Tari ketika melihat abangnya yang sedang berdiri diluar pintu kamarnya
"Boleh masuk?" Tanya Razi pada adiknya
"Boleh, ayo" ucap Tari lalu menarik tangan Razi untuk segera masuk kedalam kamarnya
"Besok-besok gue gak bisa masuk ke kamar ini" ucap Razi sambil mengedarkan pandangannya kesemua sudut yang ada dikamar Tari
"Lah Kenapa?" Jawab Tari Polos
"Yaiyalah, kan Lo udah ada suami. Masa gue nyelonong masuk. Gak sopan itu namanya" ucap Razi
Tari diam, dan memikirkan perkataan Razi. Lalu duduk di sofa dengan lemah
"Lo udah cinta sama si Irwan?" Tanya Razi pada Adiknya. Tari menggeleng
"Terus kenapa Lo terima, Maemunah?" Ucap Razi geram
"Karena ini perjanjian kak, sudah seharusnya ditepatin bukan?" Jawab Tari
Razi menghela nafas kasar lalu kemudian mengangguk, ia berjalan menghampiri adiknya Yang sedang duduk sambil menunduk lemah
"Nih" ucap Razi sambil memberikan amplop berwarna Coklat
Tari mendongakkan kepalanya, bermaksud untuk melihat apa yang abangnya berikan "Apa ini?" Tanya Tari
"Dari Rizal" ucap Razi
"Kapan Abang ketemu Izal?" Tanya Tari
"1 jam sebelum acara lamaran kamu tadi" Jawab Razi
KAMU SEDANG MEMBACA
SEINDAH SENYUM MENTARI
Fiksi Remaja"Bukan hidup namanya bila tidak dihinggapi masalah yang dikenal sebagai bumbu kehidupan. Jangan takut untuk mencoba, dan jangan takut untuk menghadapi. Makanlah semua rasanya maka kamu akan menikmati hasilnya" - Mentari Aqila Wijaya Selamat membaca...