16

1 0 0
                                    

Rizal POV :

"Alhamdulillah kalau gitu mas. Mbak Tari dan Mas Irwan apa Ndak ikut mas?" Tanya Pak Samsul

"Mereka Sudah pisah Pak. Do'akan yang terbaik untuk adik saya ya Pak" ucap Razi

"Nggeh mas. Semoga mbak Tari mendapatkan penggantinya yang lebih baik lagi. Wong mbak Tari itu orang baik" ucap Pak Samsul

"Aamiin. Kalo gitu saya kesana dulu ya Pak" ucap Razi

"Sip. Ditunggu ya mas" ucap Pak Samsul

"Siap pak" ucap Razi lalu berjalan menuju tempat dimana keluarganya berkumpul.

Jujur. Aku kaget setelah mendengar percakapan antara Bang Razi dan Pak samsul. Apakah benar Tari sudah berpisah? Tapi kenapa? - batinku bertanya-tanya

"Pak satenya 5 porsi, dibungkus. Biasa ya pak" ucapku pada Pak Samsul

"Siap mas izal. Boleh Ditunggu dulu ya. Soalnya lama nih" jawab Pak Samsul

"It's oke Pak. Santai saja" jawabku

"Saya kesana dulu ya Pak" pamitku pada Pak Samsul

"Nggeh Nggeh Mas" Jawab Pak Samsul

Aku berjalan menuju meja yang Bang Razi duduki. Tapi mana Tari ya? Mungkin dia tidak ikut - batinku

"Assalamualaikum Bang, Ayah, Bunda" ucapku ketika sudah berada didepan mereka. Lalu menyalami mereka dan menangkupkan tanganku kepada perempuan bercadar disebelah Bang Razi

"Waalaikumussalam, Ya Allah Izal. Sehat?" Tanya Bang Razi padaku

"Alhamdulillah baik bang" jawabku

"Dari mana mau kemana zal?" Tanya ayah padaku

"Dari rumah mau kesini yah" jawabku sambil tersenyum

"Kamu bisa aja, duduk-duduk zal" ucap ayah

"Katanya kamu ngabdi dipondok" ucap Bunda

"Iya Bunda. 1 bulan Izal disana, tapi sudah disuruh pulang sama Abi katanya lebih baik ngurus pondok Kakek saja" jawabku

"Iyalah, masa pondok sendiri tidak urus. Stok cogan pondok Ash-Shiddiq menipis kalo gitu" ucap Bang Razi

"Abang bisa aja" jawabku

"Ngomong-ngomong, ente kangen sama adik gue gak sih zal?" Tanya Bang Razi padaku yang seketika membuatku gelagapan, entah harus menjawab bohong atau jujur. Namun kulihat perempuan bercadar sedikit meyenggol lengan bang Razi. Siapa sih itu, apa mungkin istrinya bang Razi?

"Kalau kangen ada bang. Cuman saya hanya bisa mendo'akan" jawabku jujur dengan sedikit menahan malu karena sudah berbicara seperti itu didepan keluarga Qila

"Aamiin. Ente udah nikah zal?" Tanya Bang Razi

"Ya Allah.." jawabku sambil tertawa

"Insya Allah, do'akan saja semoga bisa seperti bang Razi dan Istri" ucapku

Seketika wajah bang Razi bingung setelah mendengar ucapanku

"Istri yang mana?" Tanya Ayah

Akupun menunjuk perempuan bercadar disebelah Bang Razi

"Ini?" Tanya Bang Razi sambil menunjuk perempuan itu

Akupun mengangguk

"Ente aslian gak ngenalin dia?" Ucap bang Razi

Aku menggeleng.

Mau natap intens, tapi gak boleh. Harus jaga pandangan -batinku

"Assalamualaikum Izal" ucap perempuan bercadar sambil melambaikan tangannya

SEINDAH SENYUM MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang