22

1 0 0
                                    

Menginjak 9 Bulan kandungan Mentari. Rizal harus Extra hati-hati dan bersiaga lebih, takut jika terjadi apa-apa pada buah hatinya.

Memang, belakangan ini Tari terlihat sangat kelelahan dan pucat. Menurut umi Yayah, itu adalah siklus ibu hamil yang akan segera melahirkan. Wajar mudah lelah

"Mas" ucap Tari memanggil suaminya yang  baru saja keluar dari kamar Mandi

"Iya sayang? Mau apa? Ada yang bisa mas bantu?" Ucap Rizal sedikit berlari menuju ke arah Tari yang sedang berbaring di kasurnya

"Proses lahiran Tari kan di SC, Tari minta Mas ikhlasin Tari ya, maaf sudah banyak merepotkan Mas"

"Sayang, ngomong apaan sih" ucap Rizal sambil beralih untuk duduk disamping Tari

"Tari takut gak kuat Mas"

"Kuat, kamu pasti kuat sayang"

"Udah jangan ngomong gitu lagi ya, Mas janji akan selalu ada disamping kamu" ucap Rizal lalu mengecup kening Tari lama

~~~~~
Malam hari ketika Rizal sedang menyiapkan makan malam untuk Tari diruang makan, tiba-tiba terdengar suara orang panik dan berlari ke arahnya

"Ustadz.. Ustadz.." ucap Atya seorang santriwati yang bertugas membereskan ndalem menghampirinya dengan wajah panik

"Kenapa Atya?"

"Ustadzah mentari, jatuh dari ranjang Ustadz.."

"Apa? Kok bisa?" Ucap Rizal lalu segera beranjak pergi ke kamarnya

"Izal, kenapa? Kok lari-lari nak?"

Tak menjawab pertanyaan uminya karena pikirannya sedang kacau dan panik, Ia masih terus berlari menuju kamarnya

"Atya, ada apa?" Tanya Umi pada Atya yang masih berdiri menunduk disana

"Ustadzah mentari jatuh dari Ranjang Umi"

"Astagfirullahal-adzim, kok bisa Atya?"

"Saya juga kurang tau Umi, tadi ketika saya masuk berniat untuk membawa baju kotor, saya melihat Ustadzah mentari sudah tergeletak dibawah ranjang Umi"

"Ya Allah.. tolong panggilkan Abi di Aula"

"Baik Umi"

Atya pun berlalu dan segera memanggil Abi yang sedang melakukan rapat di Aula dengan beberapa kerabatnya

"Sayang" teriak Rizal ketika sudah sampai di Kamarnya

Melihat istrinya yang sudah tergeletak dilantai dengan keadaan pingsan, langsung saja dia menggendong Tari untuk segera dibawa kerumah sakit

"Umi, maaf panggilkan Ardi siapkan mobil dan Tolong antar Rizal ke rumah sakit sekarang"

"Sudah umi siapkan, cepatlah bawa Qila ke mobilmu." ucap Umi

~~~~~~~~~~~~
Sesampainya dirumah sakit, Qila langsung dibawa keruang IGD untuk diperiksa lebih lanjut. Diluar hanya ada Rizal dan Ardi, sedang yang lainnya mungkin masih dijalan untuk menyusul ke rumah sakit

"Maaf sayang, semua salah aku" ucap Rizal sambil terus menangis

"Sabar Ustadz, istighfar.. Ustadzah akan baik-baik saja. InsyaAllah" ucap Ardi menenangkan

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya salah seorang perawat wanita keluar dari ruang IGD

"Maaf disini apa ada keluarga pasien?"

"Saya suaminya sus"

"Tindakan operasi harus segera dilaksanakan Mas, kami membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga"

"Lakukan sus, lakukan yang terbaik untuk istri saya dan anak saya"

"Baik pak. Mari ikut saya untuk menandatangani berkas-berkas nya" ucap suster

Rizal mengangguk, kemudian menitip pesan pada Ardi jika saja keluarga nya datang dan tak melihat dirinya disana lalu kemudian berjalan mengikuti suster

"Apakah istri dan anak saya bisa selamat sus?" Tanya Rizal panik

"Insya Allah pak, akan kami lakukan yang terbaik. Mohon jangan putus untuk mendoakan pasien" ucap Suster

"Saya permisi, pak"

"Silahkan sus" jawab Rizal.

Rizal kembali ketempat duduk semula, didepan UGD. Disana sudah ada orangtua Mentari dan juga orangtua Rizal semua ikut khawatir akan keadaan Tari dan bayi yang sedang dikandungnya.

"Insya Allah semua akan baik-baik saja zal. Jangan khawatir, Allah ada bersama kita" ucap Abi menenangkan Rizal

Ruang UGD terbuka, kini blankar yang diatasnya diisi Tari yang sedang tertidur lemah disana didorong oleh beberapa suster keluar menuju ruang operasi khusus bersalin

Rizal segera menghampiri dan ikut mendorong blankar tersebut

"Sayang, yang kuat ya. Aku ada disini. Ingat kita harus membesarkan anak kita" ucap Rizal sambil mengusap air matanya, tak tega melihat istrinya terbaring lemah seperti itu

"Semangat berjuang sayang, aku disini. Aku disini" ucapnya lagi ketika telah sampai di pintu rumah operasi

"Maaf ya pak, hanya bisa sampai disini" ucap Suster pada Rizal. Rizalpun mengangguk "lakukan yang terbaik untuk istri saya sus" suster itu tersenyum lalu menjawabnya dengan anggukan.

"Tari pasti bisa zal, Bunda yakin" ucap Bunda Tari menenangkan. Sebetulnya iapun cemas karena teringat kejadian operasi yang Tari beberapa tahun yang lalu. Tapi ia yakin, Tari akan baik-baik saja sekarang.

SEINDAH SENYUM MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang