23

1 0 0
                                    

Setelah 2 jam operasi itu dilakukan, kini terdengar suara pintu terbuka dari ruang operasi dan nampaklah seorang dokter dan seorang suster bersamanya.

"Bagaimana dok?" Tanya Rizal penasaran

"Alhamdulillah, lancar pak. Hanya saja bayi nya harus kami inkubator dulu dan memerlukan alat bantu pernapasan karena ketika dilahirkan pernafasan bayi sangat lemah." Ucap dokter menjelaskan

"Berikan yang terbaik dokter. Istri saya baik-baik saja kan dok?" Tanya Rizal, ia masih belum puas akan jawaban dokter yang tidak membicarakan istrinya

"Istri anda baik. Sebentar lagi akan kami pindahkan keruang inap. Namun tetap harus steril, hanya bisa dikunjungi 1 sampai 2 orang saja. Karena kondisi pasien masih lemah" papar Dokter

"Saya permisi, pak, Bu" ucap dokter itu lagi

"Terimakasih atas kerja kerasnya dok" ucap Rizal

Dokter itu tersenyum dan menepuk bahu Rizal menguatkan.

Rizal, Ardi, Ayah dan Abi berjalan menuju mushola rumah sakit. Karena sudah masuk waktu shubuh, mereka harus segera melaksanakan sholat. Sedangkan Umi dan Bunda berjaga-jaga di depan ruang inap Tari.

Rizal berdo'a dengan sangat khusyu. Ia mencurahkan segala isi hatinya pada Rabb-Nya.
"Terimakasih ya Allah telah menyelamatkan istriku, dan bayiku. Hamba sangat senang diberi kesempatan menjadi seorang Ayah dari bayi yang dikandung istri hamba. Dia adalah darah daging hamba. Terimakasih telah mempersatukan hamba dengan wanita yang selalu hamba pinta kehadirannya padamu. Terimakasih tak hentinya hamba ucapkan. Insya Allah, hamba akan jaga dan rawat dengan baik titipanmu ini ya Allah. Dan hamba mohon, tolong sadarkan istri hamba. Sembuhkan, dan kuatkanlah ia dan juga buah hati kami. Aamiin Aamiin yaRobbal Alamiin"

Setelah sholat, Ia mengajak Abi, Mertuanya dan juga Ardi untuk melihat bayi nya yang sedang menjalani perawatan intensif diruang khusus.

Ia hanya bisa melihatnya melalui bilik kaca yang menampilkan seorang bayi disana. Bayi yang lucu, dan menggemaskan. Rizal menangis disana, tak tega melihat kondisi bayinya yang harus dipasang alat bantu pernapasan diusianya yang baru saja lahir.

"Kenapa nangis, nak?" Tanya abi

"Rizal sedih plus terharu, bi. Akhirnya izal menjadi seorang ayah. Tapi, Rizal tak kuasa melihat anak izal diruangan khusus dan dibadannya penuh dengan alat seperti itu" ucap Izal

Semua yang ada disana pun menampakkan raut kesedihannya. Memang, mereka tak tega melihat bayi semungil itu harus merasakan perawatan yang ekstra.

"Sebentar lagi sembuh ya nak. Cucu kakek kuat" ucap Ayah Tari

"Adzanin dulu zal, tak apa. Dari sini. Abi yakin dia bisa mendengar dan merasakan suara ayahnya" ucap Abi. Kemudian dijawab anggukan oleh Rizal

Suara izal yang melantunkan azan sangat terdengar merdu dan bergetar dihati. Sampai-sampai bayinya terlihat bergerak dan bibirnya menampakkan senyuman. Meskipun belum terlihat sempurna karena terhalang oleh alat bantu pernapasan, namun percayalah. Bayi itu tersenyum

"Dia tersenyum, yah. Bi" ucap Izal ketika selesai mengadzani bayinya

"MaasyaAllah Tabarakallah" ucap mereka

"Namanya siapa ustadz?" Kini, Ardi yang bertanya pada izal

"Saya belum kepikiran di, nanti saya diskusikan dengan istri saya setelah ia siuman. Kita ke ruangan tari yuk, pasti umi sama bunda sudah menunggu kita" ucap Rizal

~~~~~

"Sayang, aku disini" ucap Rizal menggenggam tangan Tari.

"Anak kita lucu sayang, cantik"

"Terimakasih sudah melahirkan ia kedunia ini, terimakasih sudah berjuang sayang"

"Kita rawat sama-sama ya anak kita. Anak kita cewe, nanti gak boleh salah pilih suami kaya kamu dulu" rizal terkekeh pelan

"Sekarang ada yang ngalahin kamu dihati aku sayang. Ada yang ngalahin cantiknya kamu loh"

"Kalo kamu denger, Pasti kamu cemberut kalo aku ngomong begitu"

"Sayang, aku belum namain dedeknya. Aku bilang ke Ardi kalo aku mau nanya ke kamu dulu. Aku yakin kamu udah nyiapin namanya"

"Bangun yuk sayang, aku kangen"
Ucap Izal, lalu mengecup punggung tangan Tari lama.

SEINDAH SENYUM MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang