21

1 0 0
                                    

Beberapa hari terakhir ini, Jam tidur Mentari memang agak berantakan. Seperti saat ini, ia bolak-balik ke kamar mandi karena merasa perutnya sangat tidak bisa dikompromikan

Hueek

Hueek

Rizal yang sedang tertidur segera berlari kearah kamar mandi karena khawatir istrinya kenapa-kenapa

"Sayang" panggil Rizal lembut, kemudian mengusap-usap punggung istrinya dari belakang

"Lemes banget mas" ucap Mentari

"Biar mas gendong" ucap Rizal, lalu menggendong mentari untuk didudukkan ditempat tidur

"Bentar, mas kebawah dulu ambil teh" ucap Rizal

"Gak usah mas, nanti Tari ambil sendiri"

"Gakpapa, kamu istirahat ya sayang" ucap Rizal mengecup kening istrinya

Rizal segera turun kebawah untuk mengambilkan teh Hangat untuk istrinya

"Buat apa malam-malam nak?" Tanya Umi Yayah

"Buat teh hangat mi, Qila muntah-muntah dari tadi" ucap Rizal

"Memang seperti itu jika awal kehamilan, kamu harus selalu siap siaga ya zal. Jagain Qila"

"Iya pasti umi, Rizal pamit ke atas dulu ya mi"

Umi Yayah mengangguk, lalu setelah itu segera mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat malam

"Ini sayang diminum dulu" ucap Rizal ketika ia sudah berada disamping Mentari

Mentari mengambil gelar dari tangan suaminya dan meminum sedikit air didalam gelas tersebut

"Terimakasih mas" ucap Mentari

Rizal tersenyum, lalu tangannya bergerak menyentuh perut mentari

"Nak, jangan bikin umi cape ya. Kamu harus sehat, semangat biar umi sehat dan semangat juga" lalu kemudian mencium perut Tari

"Kamu harus selalu semangat ya. Aku tau kamu kuat, kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk meminta bantuan mas" ucap Rizal

"Iya mas, terimakasih. Maaf selalu merepotkan mas" ucap Tari

"Engga sayang, mas gak pernah repot. Mas senang kalau kamu butuhin mas"

Tari tersenyum lalu mereka saling berpelukan

"Terimakasih sudah mau menjadi bagian dari hidup Mas"

"Terimakasih juga mas selalu menerima tari dengan tulus"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bulan demi bulan telah terlewati, kini sedang berlangsung pengajian 4 bulanan kehamilan Tari di aula pesantren.

Dihadiri Ulama terkenal di Bandung dan beberapa kerabat Abi yang mempunyai andil besar dalam kemajuan Pesantren pun ikut hadir dalam acara ini.

Tari duduk diantara Bundanya dan juga Uminya, sedang Rizal duduk diatas panggung bersama Abi dan Ayah juga beberapa ustadz yang berceramah

Mendengar lantunan sholawat, dan ceramah dari para guru membuat hati Tari damai. Betapa bersyukurnya Tari ditakdirkan menjadi bagian dari pesantren ini, dikelilingi orang-orang baik yang senantiasa membuat pola pikirnya berubah untuk belajar dan terus belajar menjadi lebih baik lagi

Hari semakin siang kini Acara sudah selesai, ditutup dengan do'a yang khitmad dipimpin oleh Abi langsung.

Para santri dan santriwati sedang berjejer mengantri untuk mendapatkan bingkisan 4 bulanan dari Tari dan Rizal. Sedang para ustadz dan kerabat ayah sedang berkumpul di ndalem.

Ketika Tari hendak berdiri dari tempat duduknya, tiba-tiba ada sebuah tangan yang mencengkram tangannya erat

"Hati-hati sayang" ucap Rizal dengan nada Lembut

"Ya Allah mas, gak akan apa-apa kok. Kan ada bunda sama umi" ucap Tari

"Aku kan siaga"

"Iya deh suami siaga"

"Biar idaman kaya Abi sama Ayah, ya kan Mi, Bun?"

Umi dan Bunda terkekeh pelan kemudian berjalan beriringan menuju ndalem

"Kamu pasti cape, kita ke kamar aja ya. Kamu perlu istirahat"

"Tari dari tadi engga ngapa-ngapain mas, cuman duduk aja. Enggak cape kok. Lagian masih banyak tamu mas, masa ditinggal ke kamar"

"Engga apa-apa, itu kan tamu Abi. Nanti mas akan ikut ngobrol sebentar juga. Kamu istirahat aja"

"Engga mau mas, Tari mau sama Bunda dan Umi" rengek Tari

"Oke deh, mana bisa aku maksa bidadari yang mulai merengek ini"

"Apaan sih mas" ucap Tari sambil tersenyum malu-malu

"Ayo, mas anter ke ndalem. Tapi ingat, jangan cape-cape ya. Kalo mau apa-apa, chat mas"

"Iya masku" ucap Tari sambil mencubit sedikit lengan Rizal

"Yah nak, liat umi mu nakal nih cubit-cubit Abi" ucap Rizal setengah menunduk mensejajarkan wajahnya dengan perut Tari yang mulai sedikit membuncit lalu mengusapnya tulus

"Ih mas, malu tau. Banyak santri liatin"

"Hahah biarin, kan udah halal sayang. Yaudah yuk ke ndalem"

SEINDAH SENYUM MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang