Ji Na menengadah untuk menatapnya. "Kupikir aku akan mandi."
Kekecewaan membuat perut Min Tae Gu melilit, tetapi ia tidak mungkin membiarkan Ji Na mengetahuinya.
"Oke." Kelelahan menggerogotinya, tetapi Min Tae Gu tidak akan tidur. Belum. Nanti, setelah ia membawa Ji Na ke tempat yang aman. "Bagus jika kau bisa relaks sedikit. Mandilah, aku akan membereskan kekacauan di sini."
Dengan telapak tangan menempel di dada Min Tae Gu, Ji Na berbisik, "Sebenarnya aku berharap kau akan bergabung"
Tawaran menggoda itu membuat Min Tae Gu melupakan kelelahan. "Oh ya?"
Senyuman jahil menggodanya. "Aku tak tahu, tapi. Bak mandinya sempit," Ji Na berkata. "Dan kau luar biasa besar."
Min Tae Gu menahan seringai. "Jika posisinya tepat, kupikir kita akan muat." Setelah satu kecupan sékilas, ia memutar tubuh Ji Na dan menepuk pelan bokong yang memikat itu. "Siapkan dulu, sementara kusingkirkan sampah-sampah ini."
Ji Na menoleh ke belakang sambil tertawa maklum. "Se Joo benar, tahu. Kau gila kebersihan."
Mendengar nama Se Joo membuat Min Tae Gu bertanya- tanya, sedang apa gadis-gadisnya. Saat ini terlalu dini untuk menelepon, tetapi ia akan memeriksa keadaan mereka dalam perjalanan menuju rumah ayah Ji Na.
Min Tae Gu melihat Ji Na menghilang di sudut, dan sedetik kemudian, mendengar suara air mengalir. Sambil bersiap, ia mengumpulkan kaleng-kaleng cola dan kotak piza yang sudah kosong. Setelah membilas beberapa piring yang mereka gunakan, ia memasukkannya ke mesin pencuci piring. Yang lain, piring-piring kotor lama, sudah ada di dalam mesin itu sejak peristiwa penculikan Ji Na, jadi Min Tae Gu melanjutkan pekerjaan, memasang mesin pencuci piring. la sudah melihat setiap sentimeter apartemen Ji Na. Namun, setelah diperiksa lagi, Min Tae Gu berpikir tempat itu akan lebih baik bila dibersihkan lebih saksama; terlihat jelas semua yang ada di apartemen tidak digunakan sejak Ji Na menghilang. Jika mereka tetap di sini, ia akan membantu Ji Na mengatasinya.
Namun, Min Tae Gu menginginkan Ji Na berada sejauh mungkin dari tempat ini, lebih cepat lebih baik.
Setelah memeriksa semua jendela lagi, ia pergi ke kamar mandi menyusul Ji Na.Ji Na tidak mendengarnya masuk, dan Min Tae Gu bersandar di ambang pintu, mengamati Ji Na dengan saksama. Tanpa busana, dengan rambut sebahu yang diikat di puncak kepala, Ji Na memeriksa suhu air yang memenuhi bak mandi dan itu pertunjukan yang istimewa bagi Min Tae Gu.
Hasrat membawanya maju sehingga menjangkau Ji Na. Dari belakang, ia menyentuh Ji Na dan
Wanita itu terlonjak kaget, berbalik menatapnya. Dengan wajah memanas, Ji Na berkata, "Kau terlalu tenang walaupun badanmu besar."Perhatian Min Tae Gu beralih ke payudara Ji Na. Ia meraup masing-masing, tetapi bertekad menahan diri. Ji Na ingin mandi, jadi Min Tae Gu akan memandikannya.
Sekarang, setelah memilikinya, Min Tae Gu pasti mampu menjelajahi tubuh perempuan itu sesuka hati tanpa kehilangan kendali. Setelah melepaskan Ji Na, ia mendekati bak mandi dan mematikan air. "Masuklah."
Ji Na menggigit bibir, sudah bernapas cepat. Min Tae Gu menunggu, matanya menjelajahi tubuh molek Ji Na hingga Ji Na menyerah. la memegangi tangan Ji Na saat Ji Na masuk ke bak dan mencelupkan diri ke air hangat. Uap air mengepul di sekeliling Ji Na. Air menerpa bagian bawah payudaranya.
Hanya mengenakan celana jins, Min Tae Gu berlutut di luar bak mandi. "Bersandarlah."
"Kukira kau akan masuk bersamaku."
"Nanti. Setelah ini"
"Setelah... apa?"
"Setelah kau mencapai puncak untukku lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT SAUCE (cinta penuh tantangan) End
FanfictionMin Tae Gu, intelijent bayaran, hidup dengan aturan yang keras dan mengikat: pekerjaan tidak pernah boleh bercampur dengan kehidupan pribadi. Namun, Min Tae Gu betemu dengan Yoon Ji Na, seorang penulis yang menjadi korban penculikan yang berhasil d...