Seiring berlalunya setiap kilometer, ketakutan Jin-a semakin bertambah, hingga akhirnya mereka berbelok menuju kediaman Jeong Han. Kegugupan membuatnya terus menggigiti bibir, hingga Min Tae Gu meremas pahanya.
"Tenang, oke?"
Jin-a takjub karena Min Tae Gu nyaris tidak memper hatikan kekayaan ayahnya yang tampak jelas. Namun, ia pun tidak. Baginya, rumah yang sangat besar itu hanya melambangkan kesedihan.
Menurut Jin-a, rumah Min Tae Gu jauh lebih mengagumkan meskipun hanya setengah ukuran rumah ayahnya.Sejak kecil Jin-a mongetahui bagaimana hal-hal yang berhubungan dengan materi begitu berarti bagi ayahnya. Juga betapa kacau prioritas lelaki itu. Yoon Jeong Han rela melakukan apa saja untuk mempertahankan kekayaannya.
Min Tae Gu sama sekali tidak seperti itu. Dia memang lelaki kaya, yang memiliki harta melimpah, tetapi tidak merugikan orang lain. Benar-benar kebalikan Jeong Han.
"Ketika pertama kali Tae Ho melihat ini," Jin-a berkata, menunjuk ke arah rumah besar bergaya Eropa di hadapan mereka, di ujung jalan yang panjang "Aku bersumpah, dia nyaris meneteskan liur."
Min Tae Gu membuka kacamata berlensa cermin dan membungkuk untuk memandang ke balik kaca depan sambil melambatkan laju mobil. Namun, bukan dengan tatapan kagum.
"Keamanannya kurang. Siapa pun yang mampu membeli rumah sebesar ini seharusnya memiliki gerbang dan jalan masuk yang diawasi."
Jin-a mengangkat bahu. "Ada beberapa sensor di sekeliling pekarangan Tapi, rusa-rusa menerobos kemari, bersama banyak hewan liar lainnya, dan selalu memicu alarm. Beberapa tahun lalu, appa menyerah dan mempekerjakan orang untuk menjaga tempat ini, bukan memanfaatkan teknologi."
"Dia mempekerjakan pengawal?"
"Bisa dibilang begitu. Mi Rae dan aku selalu menyebut mereka hulubalang." Jin-a menyeringai.
"Selalu ada seorang di belakang, seorang di depan, dengan jadwal bergantian." Ia mengernyitkan hidung. "Mereka bersikap dingin, dàn mahir merendahkan semua orang. Tidak pernah tersenyum atau mengobrol. Aku tidak terlalu menyukai mereka.""Bagaimana dengan ibu tirimu? Dia menyukai mereka?"
"Seo Jin menyetujui apa pun yang appa inginkan. Tujuan hidup terbesarnya menjaga appa tetap bahagia."
Saat mendekati tengáh, Jin-a melihat penjaga di depan rumah melangkah keluar dan berbicara di alat semacam walkie-talkie.
"Sangat mengesankan.
Berapa jumlah kamar di rumah ini?"Melihat Min Tae Gu yang melakukan analisis selalu membuat Jin-a terkesan. Min Tae Gu tidak bertanya karena penasaran semata, tetapi agar mampu membayangkan denah. "Enam kamar tidur, tujuh kamar mandi."
"Apa lagi?"
"Hmm." Jin-a memikirkannya sejenak, berusaha memikirkan sesuatu yang mungkin penting bagi
Min Tae Gu. "Lima ruang duduk. Garasi untuk lima mobil.
Perpustakaan dan galeri. Dapur dan ruang sarapan, tentu saja, dan salon di luar ruangan yang tertutup.""Kamar tidur utamanya ada di atas atau di bawah? Apakah ruang bawah tanahnya telah selesai di- bangun?"
"Ada kamar tidur utama di lantai atas dan bawah, tapi jika mereka tidak mengubahnya, kamar tidur
Appa dan Seo Jin ada di lantai dasar. Mereka memiliki gudang penyimpanan anggur di bawah, appa memiliki bengkel kerja, dengan peralatan dan macam-macam lagi, yang jarang dia gunakan. Tidak banyak hal lain."Penjaga telah menuruni tangga untuk menunggu Min Tae Gu. Dia terlihar tidak terlalu senang.
Melihat itu Min Tae Gu berpèrasaan sama."Kau mengènalnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT SAUCE (cinta penuh tantangan) End
FanfictionMin Tae Gu, intelijent bayaran, hidup dengan aturan yang keras dan mengikat: pekerjaan tidak pernah boleh bercampur dengan kehidupan pribadi. Namun, Min Tae Gu betemu dengan Yoon Ji Na, seorang penulis yang menjadi korban penculikan yang berhasil d...