You - 01

15.5K 391 13
                                    

"Ayolah bang, please..."

Bagaimana besar nya pun usaha roy untuk membujuk sang kakak untuk ikut bersamanya sepertinya itu akan menjadi hal yang sangat sulit.

Roy sepertinya lupa bagi sang kakak kantor adalah tempat favorit untuknya dan komputer serta gedget adalah kekasih untuk pria berusia 30 tahun itu.

"Tidak, gw lagi banyak kerjaan." Jawaban yang begitu singkat itu tak membuat semangat roy pudar. Ia mengeluarkan ponselnya dan meletakkan benda persegi panjang itu di telinganya.

"Hallo mah, aku lagi di kantor bang al. Aku mau ajak abang ke acara ulang tahunku tapi dia ga mau mah.. Aku sedih deh, udah mamah ga ada disini, bang al juga ga mau hadir." Adu pria tersebut pada sosok yang dipanggil mamah di sebrang sana.

"Oke let me speak with your brother."

Roy menjauhkan ponselnya dan menekan tombol speaker. Lalu terdengar lah suara wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu dari kedua pria tersebut.

"Al my son ayolah darling hadir ya di perayaan birthday adek kamu."

Pria yang di panggil al itu terlihat mendesah panjang. Bahkan dengan kesalnya ia melemparkan map yang tengah di pegangnya.

"It's mamah order okey?"

"Mamah selalu memanjakan dia." Keluh al dengan nada kesal yang tidak bisa ia sembunyikan lagi.

"Ayo lah sayang, jika mamah tidak ada pekerjaan pasti mamah yang temani roy." Ujar sang ibu lagi di sebrang sana.

"Lagipula kamu itu perlu bersosialisasi al, jangan bekerja terus. Lihat adek kamu..."

"Oke mah, aku akan ikut roy. Mamah happy?" Al cepat cepat memotong ucapan sang ibu, ia tidak mau mendengar ucapan-ucapan yang pasti akan membeda-bedakan dirinya dan juga roy sang adik.

"Nah gitu dong, jangan marah-marah terus ya. Mamah tutup teleponnya dulu ya. Bye sayang sayang nya mamah love you."

Wanita paruh baya itu mematikan sambungan teleponnya. Al mendongkakkan kepalanya menatap sang adik yang sudah tersenyum lebar, senyuman yang semakin membuat al kesal setengah mati.

"Let's go to party." Ajak roy menarik tangan sang kakak.

Al dengan cepat menarik tangannya dengan kasar, roy menaikkan kedua bahunya seraya menggelengkan kepalanya. Ia pun berjalan lebih dulu dan masuk ke dalam lift yang tentunya di ikuti oleh al yang masih memasang wajah masamnya.

"Gw jamin lo bakal happy disana bang, nanti gw kenalin sama model yang paling cantik ya." Ucap roy yang seakan tiada lelahnya berbicara dengan sang kakak yang justeru tak tertarik berbicara apapun.

"Naik mobil gw aja ya."

Roy terus berjalan menuju tempat dimana mobilnya terpakir. Ia segera masuk ke dalam mobil sport kesayangannya itu dan diikuti oleh al tentunya.

Sudah bisa di pastikan, sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan mereka roy lah yang terus berbicara dan jelas al hanya akan mengangguk, menggeleng, ataupun mendesah kesal mendengar ocehan sang adik yang menurutnya tak penting itu.

Merasa lelah sendiri, akhirnya roy menyerah. Ia membesarkan sedikit volume musik di mobilnya dan ikut bernyanyi lagu yang tengah di putar.

Al yang tetap bersikap cuek memilih mengeluarkan ponselnya, ia mengecek beberapa pesan yang masuk yang tentunya berisi pekerjaan. Al terlihat serius membaca dan sesekali mengetik di layar ponsel nya.

"Bang ayok udah sampe." Ajak roy membuat al mengalihkan padangannya pada roy. Ia memasukkan ponsel nya kedalam saku jasnya. 

Al manatap pada tempat yang jelas sangat asing baginya, mungkin dalam usia 30 tahunnya al bisa menghitung berapa kali ia menginjakkan kakinya ke tempat seperti ini.

You (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang