You - 30

4.7K 427 53
                                    

Pag-pagi buta, disaat al masih memejamkan matanya dalam pelukan andin ia mendengar suara ponselnya yang terus berdering dari tadi.

Mata al memang masih sangat mengantuk karena semalam ia dan andin tidur hampir menjelang pagi.
Perlahan tangan al terulur dan mencari ponsel yang biasa ia letakkan di atas nakas sisi ranjangnya.

Tanpa melihat nama si penelpon al mengangkat sambungan telepon tersebut.

"Pak al maaf menganggu." Ucap si penelpon yang tak lain adalah rendi.

"Ada apa ren?" Tanya al yang akhirnya membuka mata. Ia melirik jam dinding di kamarnya, dan rupanya jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

"Euuhh.." Erang andin yang sepertinya juga sedikit terusik dengan suara al.
Andin perlahan membuka matanya dan menatap ke arah sang suami.

"Pak, pak roy dilarikan ke rumah sakit hari ini."

Al dengan cepat menegakkan tubuhnya dengan wajah terkejut. Andin yang melihat itu ikut mejadi panik sendiri dan menunggu penjelasan al.

"Dilarikan ke rumah sakit? Kenapa?" Tanya al yang benar benar panik dengan keadaan roy. Pantas saja semalaman al merasakan persasaannya tidak enak.

"Pak roy over dosis pak." Jelas rendi kemudian.

Al membulatkan matanya, ia memijat kepalanya yang langsung berdenyut denyut mendengar jawaban rendi.

"Rumah sakit mana ren?" Tanya al kemudian.

Ia sudah menuruni ranjangnya dan memgambil handuk, setelah rendi menjawab al segera melempar asal ponsel di atas ranjang sedang dirinya segera berjalan cepat menuju kamar mandi.

"Mas ada apa?" Teriak andin yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi

"Kita kerumah sakit sekarang ndin, roy masuk rumah sakit." Balas al berteriak dari dalam kamar mandi.

Andin pun sama terkejutnya dengan al, ia segera megambil pakaiannya dan memutuskan mandi di kamar mandi luar. Ia harus segera cepat cepat karena ia tau al pasti sangatlah khawatir dengan roy saat ini.

Setelah selesai merapihkan diri andin meminta cika untuk tetap di apartementnya dulu. Sedang dirinya segera pergi bersama dengan al kerumah sakit.

Al terliahat sangat kalut, bahkan ia membawa mobil dengan kecepatan diatas rata rata hingga membuat andin begitu takut. "Mas pelan pelan." Peringat andin pada sang suami.

"Pokoknya kamu pegangan yang kenceng." Perintah al tanpa melirik andin sama sekali.

Al semakin menambah laju mobilnya hingga akhirnya mereka tiba di rumah sakit dan andin bisa bernafas lega.

Al menggenggam tangan andin dan membawa isterinya itu berjalan cepat menuju ruang tindakan.

Disana al bisa melihat rosa yang tengah menangis dengan di temani oleh rendi.

"Mah." Sapa al melirik ke arah rosa.

Rosa hanya terdiam, ia tak merespon dengan hadirnya al saat ini. Al sadar pasti rosa masih sangat marah pada dirinya.

andin yang berdiri di sisi al hanya bisa mengelus tangan sang suami. Ia tau hati al pasti sangat terluka dengan sikap rosa padanya. Andin tak membuka suara apapun, yang ia lakukan hanya menguatkan sang suami.

"Ren kenapa bisa kayak gitu?" Tanya al sedikit menjauh dari rosa.
Al meminta andin untuk menemani rosa walau rosa sama sekali tak mau berbicara pada mereka berdua.

"Menurur bu rosa sudah dua hari pak roy tidak keluar kamar pak, dan hari ini saat bu rosa mau mengantar makanna ia melihat pak roy pingsan dengan busa di mulutnya." Jelas rendi pada al, pria tinggi itu menatap sang ibu dan al tau rosa pasti sangat sedih saat ini.

You (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang