You - 45

4.4K 496 43
                                    

Andin berdiri cepat ketika melihat dokter baru saja keluar dari ruangan al. Ia segera menanyakan kondisi sang suami yang begitu di khawatirkannya.

"Dok bagaimana suami saya?" Tanya andin penuh harap harap cemas.

Sang dokter nampak tersenyum dan tentu saja andin berharap ia akan menerima kabar baik. "Syukurlah pasien telah sadar."

Andin menangis haru, ia mengucap syukur pada Tuhan karena telah mengabulakan doa doa andin.

"Dok ini beneran kan?"

"Benar bu, suster sedang melepas beberapa alat di tubuh pak al, sebentar lagi keluarga bisa jenguk pak al ya." Jelas sang dokter sebari mengganggukkan kepalanya.

Rosa pun menangis haru, ia merasa sangat bersyukur karna akhirnya sang putra tersadar.
Namun senyuman rosa sirna seketika, ia takut al akan membencinya karena bagaimana pun rosa telah banyak menyakiti al.

"Ibu andin?"

"Ya sus saya?"

"Pak aldebaran memanggil nama ibu." Jawab sang suster memberi tahu.

Andin yang masih tersenyum bahagia langsung menganggukkan kepalanya serta berjalan cepat mengikuti suster untuk masuk ke ruangan dimana al berada.

Jantung andin berdegub sangat kencang karena rasa bahagia nya, dan lagi ia akan bertemu dengan al sang suami yang hampir seminggu ini memejamkan matanya.

Disini lah andin, dengan mata yang masih berderaian air mata ia mendekat ke arah al yang saat ini menatap lurus ke atas plapon ruangannya.
Dan ketika sebuah tangan menyentuh tangannya baru lah al mengalihkan pandangannya ke sisi kiri.

Senyum tipis seketika terukir di bibirnya ketika melihat andin di sana, dan yang lebih membuat al terkejut lagi adalah dimana ia melihat andin yang kini telah menutupi kepalanya dengan kerudung.

Perlahan tangan al mulai bergerak dan menyentuh pipi andin yang masih basah.

"Cantik." Puji al dengan suara seraknya.

Andin merasa sangat bahagia karena ia bisa mendengar suara al lagi. "Mas.."

Andin menciumi tangan al dengan tangisan kebahagiaannya. Ingin rasanya andin memeluk al namun ia takut karena luka tembak itu pasti masih membekas dan ia tidak mau al merasa kesakitan nantinya.

"Jangan nangis lagi." Pinta al menyeka air matanya.

"Aku hampir gila mas kalau kamu ga bangun." Ujar andin masih menggengam tangan al yang di letakkan di pipinya.

Al menggelengkan kepalanya, ia mengelus pipi andin.
Andin tidak tau bagaimana bahagia nya al juga. Selama ini dalam tidur panjangnya al selalu gelisah karena mendengar isakan tangis dari andin, al mencari cari andin dalam alam bawah sadarnya namun ia tak bisa menemukan andin.

Al sempat prustasi karena ia pikir ia tidak akan melihat andin lagi. "Saya mau peluk kamu."

Pinta al merentangkan tangannya dengan lemah. Andin mengangguk, dengan sangat hati hati ia memeluk tubuh al dan rasanya andin kembali pulang. Pulang kerumahnya yang sempat hilang beberapa hari ini.

"Mas aku cinta banget sama kamu, jangan tinggalin aku lagi ya." Bisik andin dan memberikan kecupan tepat di telinga al.

Pria itu tak menjawab, ia hanya diam dan menikmati pelukan andin. Pelukan yang juga sangat dirindukan oleh al.
Al mengelus punggung andin dengan satu tanganya.

"Saya juga cinta kamu ndin." Bisik al yang juga tak mau menunda mengatakan hal itu.

Kehilangan andin beberapa hari membuat al sadar bahwa ia harus sesering mungkin untuk nengatakan cinta pada sang isteri. Karena di saat ia tak sadar maka kata-kata itu tidak akan pernah di dengar oleh pasangannya lagi.

You (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang