Bab 3

268 34 5
                                    

Ji ah memegangi perutnya. Mulas! Benar-benar mulas! Padahal Ji ah tidak memakan makanan yang macam-macam saat istirahat tadi. Dia hanya sedikit merampas makanan milik Seok Hyeong. Apa jangan-jangan Seok Hyeong menyumpahi Ji ah karena mengambil jatah makan siangnya? Ah tidak mungkin! Pikir Ji ah.

Ji ah melirik ke kanan dan kirinya, semua murid sedang focus mendengarkan penjelasan dari Cha seonsaengnim. Meskipun beberapa siswa terlihat sudah malas mendengarkan penjelasan dari angka-angka yang sebenarnya untuk mempersulit diri sendiri. Setengah jam lagi bel pulang akan segera berdentang, namun entah mengapa jarum jam terasa sangat lama bahkan seperti tidak bergeser sedikitpun dari angka 6.

Arrghh.. sakitnya benar-benar keterlaluan! Ji ah memegangi perutnya sambil memandangi buku tulisnya dengan pandangan memelas.

Tahan sebentar Ji ah!

Keringat dingin mulai mengalir dipunggungnya, sungguh Ji ah merasakan perutnya benar-benar sakit. Ji ah meletakkan kepalanya diatas meja. Ah, dia sudah tidak tahan lagi! Ji ah mengacungkan tangannya keatas membuat Cha seonsaengnim menatap Ji ah sambil menurunkan kacamata tebalnya.

"Ada apa Ji ah-ssi?" tanya Cha Ssaem.

"Aku izin ke toilet seonsaengnim" ucap Ji ah dengan nada rendah.

Cha ssaem kembali memasangkan kacamatanya ke tempat semula dan kembali memfokuskan dirinya pada buku sambil mengangguk memberi izin. Beberapa murid yang tadi sempat teralihkan karena pertanyaan Ji ah kembali memfokuskan diri pada penjelesan Cha ssaem.

Ji ah bergegas berlari ke kamar mandi dengan kecepatan ekstra. Ia membuka rok dan dalamannya dengan tergesa dan menjerit terkejut.

Darah!

Noda merah itu terpampang jelas dan pekat di celana dalamnya. Dan tidak hanya itu, darahnya sudah menembus hingga roknya. Semua orang akan melihat bercak merah di rok Ji ah dan ia akan menjadi bahan pembicaraan satu sekolah sampai ia lulus nanti!

Tubuhnya lemas. Kenapa dirinya selalu tidak beruntung!

Tanpa terasa bel berbunyi disambut oleh kegembiraan semua murid, begitu pula dengan Ji ah. Namun dirinya harus rela menunggu hingga sekolah benar-benar sepi agar ia bisa kembali ke kelas untuk mengambil tasnya dan berlari pulang. Kali ini dia tidak bisa meminta bantuan siapa pun, termasuk Ki Joon. Ji ah hanya bisa duduk diam didalam bilik toilet.

Ki Joon menatap sekeliling kelas yang kini hanya ada dirinya sendiri, lalu menatap meja Ji ah yang masih terlihat beberapa barangnya yang tergeletak tanpa pemiliknya. Tadi ia mendengar Ji ah meminta izin kepada seonsaengnim namun sampai saat ini Ji ah belum juga kembali. Lalu Ki Joon membantu memasukan buku, kotak pensil dan beberapa alat tulis lainnya kedalam tas Ji ah. Tiba-tiba dari balik pintu kelas datang seorang wanita cantik dengan rok pendek menghampiri Ki Joon dan langsung mengalungkan tangannya pada leher Ki Joon. Siapa lagi kalau bukan pacar baru Ki Joon.

"Chagi, bukankah kau mengajakku berkencan hari ini? Ayo kita pergi" ucap gadis itu.

"Ehm, Kaja" ucap Ki Joon dengan berat.

'Lee aku pergi' ucap Ki Joon dalam hati. Kemudian menghembuskan nafasnya keras.

Gadis itu terus saja merangkul dan menempelkan kepalanya pada bahu Ki Joon, sedangkan si pemilik bahu hanya diam, kepalanya sedang sibuk memikirkan Ji ah yang belum juga kembali. Saat mereka berjalan menuju gerbang sekolah, Ki Joon dan pacarnya beriringan dengan beberapa perempuan yang sedang bergosip, entahlah.

Namun perkataannya menarik perhatian Ki Joon hingga ia menghentikan langkahnya.

"Oppa kenapa kau selalu bersama wanita jalang itu?"

Sunflower (해바라기)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang