Bab 16

120 22 5
                                    

Jiah membuka mata perlahan, mengerjapkan matanya yang terasa berat beberapa kali.

“Dimana ini?” gumamnya. Ia yakin ini bukan kamarnya, karena kamar ini lebih bagus, wangi dan bersih.

Klekk

Jiah menoleh saat mendengar suara pintu dibuka, ia segera bangun dan menyambut bibi Uhm yang masuk sambil membawa mangkuk dan gelas.

“Syukurlah kau sudah bangun Jiah-ya” kata bibi Uhm sambil duduk disamping ranjang yang sedang Jiah tempati.

“Sekarang kau makan ya.. aaaaa” Jiah terdiam sejenak, dengan sedikit ragu aku membuka mulutnya.

"Akhh.." Jiah meringis saat rasa sakit menyerang begitu ia mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya.

“Ada apa? Apa masih sakit?” Tanya bibi Uhm sambil memegang pipinya lembut.

“Ti-tidak bi, tidak apa-apa” katanya.

Pintu kembali terbuka, kini giliran Kijoon yang masuk. Ia menghampiri mereka sambil menatap mata Jiah dengan tatapan datar.

“Bodoh!!” umpatnya sambil mendudukkan dirinya di sisi lain ranjang  dengan kesal.

“Yahh!! kenapa kau bicara seperti itu!!!” bentak bibi Uhm

“Jiah-ya aaa..” bibi Uhm menyuapi Jiah lagi, membuat Jiah semakin canggung karena Kijoon terus memperhatikan bibi Uhm menyuapinya.

“bibi.. biar aku sendiri saja” ujar Jiah tak enak.

“Tidak.. lihat tanganmu masih bengkak” kata bibi Uhm sambil menunjuk lebam yang ada ditangannya.

“YEOBOOO~~~” terdengar suara paman Uhm dari bawah.

“NDEE~~” bibi Uhm balas berteriak.

“Kijoon.. tolong kau gantikan ibu menyuapi Jiah ya… ibu harus membuatkan sarapan untuk appamu dulu” kata bibi Uhm lalu menyerahkan mangkuk makanan pada Kijoon. Jiah bisa melihat wajah Kijoon yang terkejut.

“APA?!! Ibu tapi..”

Belum selesai bicara, bibi Uhm sudah berjalan keluar dan segera turun. Kijoon membuang nafas lalu duduk dikursi samping ranjang.

“Nggg biar aku saja…” kata Jiah lalu meraih mangkuk itu, Kijoon tentu saja menyerahkannya dengan senang hati.

Ctaaakkk!!

Namun baru saja ingin menyendok makanan, sendok yang dipegangnya malah terjatuh ke lantai.

"Arrghhh.." Jiah merintih pelan, kemudian menunduk sambil memejamkan mata saat merasakan ngilu yang luar biasa pada tangan kanannya.

“Sakit?” tanya Kijoon polos, Jiah hanya mengangguk pelan.

“Haahhh dasar keras kepala” umpat Kijoon sambil terus menatapnya.

“Maaf.. aku akan membersihkannya” kata Jiah cepat. Setelah rasa ngilu itu berangsur berkurang ia beranjak mengambil sendok yang tadi terjatuh, tapi Kijoon malah merebutnya kasar.

“Jangan bertindak bodoh” tukas Kijoon samembersihkan sendok itu dengan bajunya.

Kijoon mulai menyendokkan makanan yang tersisa dan diarahkannya ke mulut Jiah. Jiah yang masih terkejut mengerjapkan matanya cepat. 'Benarkah dia menyuapiku?' batin Jiah tak percaya.

”Cepat buka mulutmu.. kau tidak mau pingsan lagi kan?!” katanya.

Jiah pun menurut dan memakan makanan yang Kijoon suapkan padanya, beberapa saat mereka hanya diam tanpa kata.

“Lee..” panggilnya memecahkan keheningan.

DEGG

Jantungnya Jiah berdebar cepat, sungguh ia merindukan panggilan itu. 'Lee' itulah panggilan yang selalu ia dengar dulu, sebelum semua keegoisannya merebut segalanya.

Sunflower (해바라기)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang