Bab 19

123 26 1
                                    

Jiah terdiam melihat Kijoon yang begitu lembut mengobati luka yang diakibatkan Soyeon tadi, karena kuku Soyeon yang tajam membuat beberapa luka lecet dilengannya.

"Lee.. bisakah kau berubah menjadi sedikit lebih tegas? Kau tak sadar ini semua terjadi karena kau terlalu membiarkan orang-orang menyakiti dirimu" kata Kijoon setelah dia selesai mengobati.

"Aku- tidak bisa, aku ingin tetapi aku tetap tidak bisa.." katanya.

"Kenapa?" tanya Kijoon kesal.

Jiah terdiam sejenak, "Entahlah... aku hanya berpikir membalas tidak akan menyelesaikan masalah"

"Tapi jika kau membiarkannya itu juga tak baik. Bagaimana kau bisa bertahan hidup jika kau seperti itu, tidak mungkin kau selalu mengandalkan orang lain untuk menolongmu" kata Kijoon.

"Aku hanya merasa jika hidupku tak begitu berguna. Aku hidup sendiri didunia ini, dikelilingi orang-orang yang hanya memikirkan ego sendiri— dikelilingi orang yang sama sekali tidak mau menemani kesendirianku— entah itu keluarga, sahabat, ataupun kekasih.. aku sama sekali tak memiliki salah satu dari itu semua" ungkap Jiah sedih.

Jiah menatap Kijoon yang kini terdiam. Merasa paham ia tidak mengerti atas apa yang Jiah katakan. Tentu saja. Kijoon tidak pernah merasakan apa yang selama ini Jiah rasakan. Ia memiliki semua yang tidak Jiah miliki, ia punya keluarga yang saling menyayangi, punya kekasih yang cantik dan popular dan juga punya banyak teman.

"Setidaknya kau bertahan, kau tak mungkin akan selamanya mengalami kesedihan.. bukankah kau pernah bilang jika kau yakin Tuhan sudah menyiapkan jodoh untukmu?" tanyanya dengan tatapan prihatin.

"Itu benar... tapi apa itu mungkin, bahkan laki-laki yang melihatku saja langsung tak suka dan menganggapku remeh" kataku lagi.

"Lalu bagaimana dengan Seokjin?"

Jiah membuang nafas, "Mana mungkin, dia hanya mengaku sebagai pacarku agar Soyeon dan teman-temannya tak menggangguku lagi" katanya.

"Benarkah?" tanyanya, Jiah pun mengangguk.

"LEE JIAH!!! DIMANA!!!"

Tiba-tiba Kijoon dan Jiah mendengar seseorang berteriak. Jiah dan Kijoon bertatapan sejenak, lalu segera beranjak keluar.

"YAAHH!! ANAK KEPARAT.. TERNYATA KAU BERSEMBUNYI DISINI HAAHH?!!" bentak appa sambil berjalan kearah Jiah dengan wajah murka. Jiah refleks mundur dan berusaha menghindari appanya. Kijoon menggenggam tangan Jiah erat lalu dia berjalan sambil menghalangi tubuh Jiah.

"MINGGIR KAU!!! BIARKAN AKU MENGHABISI ANAK TAK TAHU DIUNTUNG INI!!" kata appa pada Kijoon.

"Aku tak akan minggir, aku tak akan biarkan kau menyakiti Jiah!!" kata Kijoon dingin.

"YAH DASAR ANAK KURANG AJAR!!" umpat appa pada Kijoon, Jiah hanya bisa memejamkan mata dan meremas tangan Kijoon.

"YOO DONG PIL!! APA YANG KAU LAKUKAN?! BERTERIAK SEENAKNYA DIRUMAH ORANG!! CEPAT PERGI DARI SINI!!" Tiba-tiba bibi Uhm datang dari arah dapur, berjalan kearah Kijoon dan Jiah.

“PASTI KAU KAN?!! KAU YANG MEMBAWA JIAH KESINI!!” kata appa sambil menunjuk bibi Uhm.

“Benar!! Aku yang membawanya kesini!! Karena dirumah, kau hanya memperlakukan Jiah layaknya hewan dan budak!!” kata bibi Uhm.

“APA KAU BILANG?!! HEY ANAK ITU SUDAH KU RAWAT SEJAK ISTRIKU MATI.. JADI AKU BERHAK MENYURUH ATAUPUN MEMUKULNYA!!” kata appa.

“ KAU PIKIR AKU LUPA?!! KAU SELALU PERGI SAAT DIA SAKIT SENDIRIAN…!! AKULAH YANG MERAWATNYA JADI AKU BERHAK MELINDUNGINYA!!” kata bibi Uhm sambil merangkul Jiah.

Jiah terdiam.

“JANGAN BERGURAU!!! SEKARANG BIARKAN AKU MEMBAWANYA PULANG!!!” kata appa sambil berusaha menerobos Kijoon yang berdiri didepan Jiah untuk melindunginya.

“Ya Tuhan, bagaimana bisa ada keluarga yang baik seperti ini” batin Jiah terharu.

“AKU TAK AKAN MEMBIARKANNYA!!” kata bibi Uhm sambil memeluk Jiah erat.

“Bibi..” ujar Jiah, saat ini yang ia takutkan adalah jika appa melakukan sesuatu yang berbahaya pada salah satu dari keluarga Uhm.

“Jiah akan tetap disini bersama kami!!” kata Kijoon.

“HARRGGHHH MINGGIR KAU ANAK INGUSAN!!!” appa langsung mengayunkan tinjunya pada Kijoon, karena badan appa Jiah yang kekar dan besar, Kijoon pun langsung terjatuh.

“Oppa!! “ teriak Jiah.

“APPA!! AKU MOHON JANGAN!!” teriak Jiah. Dapat Jiah lihat ujung bibir Kijoon yang berdarah dan pipinya yang lebam.

“Paman jebal jangan seperti ini!!” kata Kijoon, ia masih terus berusaha melindungi Jiah.

“Minggir Kijoon!!!” kata appa lalu mendorong tubuh Kijoon hingga dia tersungkur.

“JANGAN MENDEKAT!! KUBILANG JANGAN MENDEKAT!!” kata bibi Uhm sambil mengeratkan pelukannya pada Jiah.

“DIAM KAU!!”

“Bibi lepaskan saja aku” kata Jiah yang mulai tak tahan, ia hanya takut appa akan melakukan sesuatu pada bibi Uhm seperti apa yang sudah dia lakukan pada Kijoon.

“Tidak Jiah… kau harus tetap disini!!” kata bibi Uhm

BUGGHHH

Benar, appa menarik bibi Uhm lalu mendorongnya sembarang hingga dia tersungkur kelantai.

“BIBI!!!” pekikkan suaranya terdengar nyaring saat bibi Uhm terlempar. Saat ia berniat membantu appa berhasil meraih tangan Jiah dan langsung menariknya keluar rumah itu.

Jiah menoleh kebelakang dan melihat Kijoon sedang menolong bibi Uhm sebelum pintu rumahnya dibanting rapat oleh appa.

Appa langsung melemparku masuk kekamar.

“Awas jika kau kembali kerumah itu lagi!! Aku akan benar-benar menghajarmu dan akan kuhabisi keluarga itu jika perlu!!!” katanya sambil menunjuk wajah Jiah.

Jiah hanya diam dan terisak, sungguh ia ingin sekali berlari keluar untuk melihat keadaan bibi Uhm.

BRUAKK!!

Appa langsung membanting pintu kamarnya dengan sangat keras. Jiah reflek memejamkan mata dan menutupi kedua telinganya.

“Ya Tuhan apa yang harus kulakukan sekarang?” gumamnya. Jiah menekuk kedua lututku dan membenamkan wajahku diantaranya.

Yang bisa ia lakukan hanya bisa menangis terisak.

—***—

“Jiah-ya… Apa kau baik-baik saja? Apa nenek lampir itu menyakitimu?” Tanya Seokjin padanya.

Jiah tersenyum lalu menggeleng, “Aku tidak apa-apa” katanya, tapi Seokjin malah melihat tubuh Jiah dari atas sampai bawah.

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Jiah sedikit risih.

“Aku tahu kau bohong.. aku hanya berusaha mencari dimana lukamu yang disebabkan Soyeon” katanya.

Jiah tertawa kecil, “Sudahlah.. toh aku masih berdiri dihadapanmu dengan keadaan sehat..”

“Haahh yasudah… Mmm bagaimana kalau kita mampir ketoko es krim dulu”

Mata Jiah berbinar “Es krim?”

Seokjin mengangguk ”Iya.. aku yang mentraktir” katanya sambil tersenyum lembut pada Jiah.

“Baiklah ayo..hihi” ajak Jiah bersemangat,  tapi langkah mereka terhenti saat melihat sebuah pertengkaran didepan mereka.

Sunflower (해바라기)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang