Bab 23

129 15 7
                                    

Tok tok tokk

Soyeon mengetuk pintu beberapa kali. Perlahan ia masuk ke kamar yang ditempati Jiah. Lagi-lagi kesunyian menyelimuti kamar itu, Soyeon melihat Jiah yang hanya diam dan menatap keluar jendela.

“Jiah..” panggil Soyeon ragu.
“Jiah-ya..” panngil Soyeon lagi, ia mendekat dan duduk ditepi ranjang Jiah.

“Jiah-ya… apa kau baik-baik saja?” tanya Soyeon, Kemudian memegang bahu Jiah pelan membuat Jiah mengalihkan pandangan menatap mata Soyeon. "Soyeon…” gumamnya lirih dengan mata sendu. Soyeon membulatkan matanya, tentu saja Soyeon terkejut. 'bagaimana bisa Jiah dengan begitu mudah meresponku?' batinnya.

“Soyeon-ah.. hikss…” kata Jiah lirih.

“Kenapa? Apa yang kau rasakan? Apa ada yang sakit? Katakan padaku” tanya Soyeon dengan berbagai pertanyaan yang tanpa sadar keluar dari mulutnya.

“A-aku takut, aku sangat takut..” kata Jiah lirih. Soyeon terdiam menatap Jiah, menatap gadis yang sudah ia anggap sebagai perempuan paling kuat dan tangguh.

GREBB
Soyeon meraih tubuh Jiah dan memeluknya erat. "Tidak apa-apa Jiah-ya, rumah ini aman untukmu” kata Soyeon lembut sambil mengusap punggung Jiah dengan pelan.

“Soyeon-ah hikss.. hikksss..” kata Jiah lirih, air matanya mengalir deras membasahi baju yang Soyeon kenakan.

“Ada Kijoon disampingmu, kau aman.. Kau pasti terlindungi..” kata Soyeon.

“Tapi aku.. sangat takut..” kata Jiah lirih.

“Kau adalah Jiah, kau tak takut dengan apapun. Kau tahu kau adalah perempuan terkuat yang pernah kutemui” kata Soyeon sambil menepuk kedua bahu Jiah dengan yakin. Jiah terdiam, lalu kembali memeluk Soyeon dan terus menangis.

“Menangislah.. menagislah hingga semua beban dan kesedihanmu menghilang. Aku- akan tetap disini, aku- akan tetap mendengarkanmu-.. aku- akan tetap menjadi sandaranmu..” kata Soyeon.
“hiksss… terima kasih Soyeon-ah… hikss”

Ternyata dari luar pintu Kijoon melihat semuanya, ia tersenyum. Tersenyum karena Jiah sudah mau bicara, tersenyum karena Soyeon sudah menampakan lagi sisi baiknya, tersenyum karena Jiah dan Soyeon setidaknya kembali berbaikan.

–***—

“Jiah-ssi..” Jiah yang sedang menatap kosong keluar jendela kini menoleh, seulas senyum terukir dibibirnya.

“Hhahhh aku senang kau bisa tersenyum lagi padaku” kata Seokjin yang berdiri disamping ranjang yang ditempati Jiah.

“Maaf..“ kata Jiah

“Tidak apa-apa.. kau sudah kembali bicara denganku itu sudah membuatku senang” kata Seokjin tulus.

Jiah tersenyum tipis, kemudian kembali menatap keluar jendela. Ia bisa melihat jendela kamarnya dari sana.

“Apa yang kau lihat?” tanya Seokjin, ia ikut melihat arah mana mata Jiah tertuju.

“Aku… “ Jiah menghela nafas lagi.

Setelah terdiam cukup lama Seokjin akhirnya menyela, "Seseorang pernah mengatakan padaku 'Jika kau punya masalah atau banyak kekhawatiran, kau bisa berbagi kepada orang lain. Jangan menyimpannya sendiria.. " Sebelum Seokjin menyelesaikan ucapannya, Jiah menoleh dengan cepat kepadanya. Ia ingat betul pernah mengatakannya kepada Seokjin dipertemuan pertamanya.

"Kau masih mengingatnya?" Tanya Jiah tak percaya.

"Tentu saja, jika kau tak menyelamatkanku yang bodoh ini mungkin saja aku sudah di neraka sekarang" Ucapnya sambil menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal.

“Jadi, ada apa?” tanya Seokjin, ia meraih pundak Jiah agar mereka bisa bertatapan.

GREEB

Mata Seokjin terbelalak saat Jiah memeluk tubuhnya secara tiba-tiba, ia menatap Jiah dengan tanda tanya besar.

“Aa.. ada apa Jiah-ya” tanya Seokjin, sebenarnya ia sering memeluk perempuan ataupun dipeluk perempuan, tapi kali ini berbeda, jantungnya berdetak tak karuan.

“Bawa aku pergi dari sini…” kata Jiah lirih, ia memejamkan mata sabil merasakan hangatnya pelukan seorang Seokjin.

“Apa?!” pekik Seokjin terkejut.

“Bawa aku pergi dari sini.. hikss… disini…” Jiah tak dapat melanjutkan kata-katanya karena dadanya terasa terhimpit batu besar. Seokjin terdiam dan menunggu Jiah melanjutkan perkataannya.

“Disini.. hikss… disini terlalu menyakitkan untuku… hiks.. disini…. aku masih bisa.. mengingat semuanya…. hikss” Seokjin bisa merasakan air mata Jiah yang mulai membasahi seragamnya.

Seokjin melepaskan pelukan Jiah dan kini menatap mata Jiah dalam.
“Apa kau yakin?” tanya Seokjin. Jiah mengangguk pelan sambil mengusap air matanya.

“Lalu bagaimana dengan bibi Uhm.. dia itu.. sangat menyayangimu..” kata Seokjin pelan.
Jiah terdiam, “Aku.. tidak bisa merawatmu sebaik dia..” lanjut Seokjin.

“Aku tak minta kau merawatku atau menghidupiku.. hanya saja.. carikan tempat untukku.. carikan tempat.. yang bisa membuatku melupakan semua ini hikss” kata Jiah.

Seokjin menatap nanar pada Jiah, ia dapat melihat kesedihan yang mendalam dimata itu.
“Aku.. akan mencobanya.. kau bersabarlah, aku akan membantumu sekuat tenagaku..” kata Seokjin ia kembali memeluk Jiah erat sambil mengusap rambut Jiah.

CKLEEKK

Tiba-tiba pintu kamar Jiah terbuka, sontak keduanya melepaskan diri karena terkejut.

“Seokjin.. apa yang kau lakukan disini?” tanya Kijoon yang terlihat tak suka.

“Tentu saja menjenguk Jiah, bibi Uhm sudah mengizinkanku masuk kesini” kata Seokjin.

“Jiah masih butuh banyak istirahat.. kenapa kau setiap hari kesini untuk menjenguknya?” tanya Kijoon.

Jiah terekejut mendengarnya, sedangkan Seokjin hanya tertawa remeh.
“Kijoon.. kenapa? kau cemburu?” tanya Seokjin.

“Hah? Apa kau gila?!” pekik Kijoon

“Sudahlah, kenapa kalian masih suka bertengkar seperti itu? Kijoon-ssi… Seokjin sudah memberikan pengaruh baik untukku.. jadi tidak apa-apa jika dia kesini setiap hari…” bela Jiah.

Kijoon hanya membuang nafas, ”cih.. tidak bisa dipercaya” kata Kijoon lalu pergi begitu saja.

Sunflower (해바라기)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang