Bonus: Choi Jungkook

171 25 5
                                    

Sang baskara telah nampak, menyinari seisi Winston dengan panas yang belum terlalu menyengat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang baskara telah nampak, menyinari seisi Winston dengan panas yang belum terlalu menyengat. Udara pagi masih segar, banyak orang--maksudnya elf, keluar dari rumah untuk sekadar menikmati pemandangan.

Tak terkecuali dengan Choi Jungkook, sedari tadi ia telah berada di taman belakang istana tanpa atap dan bermain dengan griffin kesayangannya, Cleon.

Dua sudut bibirnya ia angkat, mengingat kondisi keluarganya yang telah membaik. Senyuman kakaknya mulai sering muncul. Kehadiran Belle sangat berarti bagi dirinya.

Sang ayah juga telah luluh, ia sepenuhnya menaruh harapan pada Choi Taehyung perihal kebahagiaannha sendiri.

Namun, Jungkook sendiri..

Jungkook juga bahagia, hanya saja,

ia kehilangan cintanya.

"Oh, lihat siapa yang berjemur!"

Suara lantang menyadarkan lamunannya, membuat si bungsu Choi langsung menoleh dan mendapati sosok lelaki telah masuk dan kini mendekat ke arahnya. "Taehyung-ah? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau ini. Memanggil Hyung saat sedih saja. Apa aku harus sedih setiap hari agar kau menghormati kakakmu ini? Ya! Aku lahir setahun lebih dulu darimu!" Taehyung unjuk muka kesal, namun bagi Jungkook itu adalah pemancing tawa favoritnya.

Sejak balita, Jungkook memang selalu memanggil kakaknya dengan nama asli. "Aku tak suka panggil dirimu pakai 'Hyung', aneh," begitu katanya. Taehyung saat itu juga berpikir, jarak umur mereka hanya satu tahun, jadi buat apa?

Namun, agaknya saat ini Taehyung sedikit menyesal. Seharusnya sejak dulu ia mengajari adiknya sopan santun.

"Aku sudah bilang, aneh memanggilmu dengan sebutan itu," Jungkook menatap hamparan hijau di depannya, tersenyum kecil sementara Taehyung masih menekuk dua sudut bibirnya.

Lantas si bungsu menoleh, masih tersenyum dan menatap dua netra kakaknya, "Tapi aku akan belajar, Taehyungie Hyung." 

Setelah itu, keduanya tersenyum satu sama lain. Menatap makhluk-makhluk besar berbulu yang kini tengah bermain di ujung sana. Sampai Aron--griffin milik Taehyung menghampiri si pemilik, pada akhirnya Choi sulung harus ikut berlarian dan tertawa riang dengan kesayangannya, diikuti tawa Jungkook dari sana.

Sudah lama pemandangan ini tak terekam oleh maniknya. Jungkook bahkan tidak ingat kapan terakhir kali bisa bertukar tawa dengan kakaknya.

Ia sungguh sangat berterimakasih karena Taehyung bertemu Belle. Jika tidak, mungkin penderitaan kakaknya akan berlangsung lebih lama.

"Oh, astaga. Aku mencari orang itu sejak tadi."

Vokal wanita terdengar di rungunya, membuat Jungkook kembali menoleh dan tersenyum pada sosok dengan surai legamnya yang tergerai, serta gaun biru mudanya yang cantik. "Dia baru saja kemari, apa ada yang salah, Belle?"

Arabelle menggeleng, ia berdiri tepat di sebelah Jungkook dan ikut menatap sosok Choi Taehyung yang kini tengah memberikan telapak tangannya pada Aron; memberi makanan kesukaan makhluk berbulu itu, "Tidak ada, hanya saja ada hal yang harus kita bicarakan."

"Tentang pernikahan kalian?"

Oke, kali ini ucapan Jungkook membuat pukulan si gadis melayang ke bahunya. Choi bungsu tertawa, ia menghindar dengan cepat dan memberi ekspresi yang menyiratkan kata 'Wae?'.

"S-Siapa bilang akan ada pernikahan?" pertanyaan balik ia lontarkan, sebagai tanda bahwa Belle sendiri menyangkal kalimat Jungkook padahal lelaki itu sendiri hanya bertanya.

Presensi di sebelahnya hanya menjawab dengan tawa, manis sekali. Jungkook tak ingin melanjutkan konversasi ini, ia tak mau membuat mantan teman sekelasnya itu semakin merona.

"Ngomong-ngomong, aku ingin tahu sesuatu," wanodya itu mendadak mengganti topik, buat Jungkook kembali menaruh atensi padanya.

"Jungkook-ah, jika tradisi itu bohong, lantas kau dan Elina..." ia gantung ucapannya bersamaan dengan ukiran manis di wajah Jungkook yang mulai memudar.

Lelaki itu kini mengalihkan pandangan selain pada Belle--entah kemana, yang penting jangan buat dia terlihat menyedihkan. Jungkook menghirup oksigen yang ia perlukan, lantas membuangnya guna melepaskan beribu luka.

Atmosfer mendadak menjadi kelabu di sini.

"Peri dan manusia jelas berbeda, Belle. Kau punya sayap. Kau sempat tinggal tak jauh dari lingkungan elf. Kau yang membantu para elf. Kau masih bisa diterima kaum kami. Tak ada hal buruk yang terjadi jika elf dan peri merajut kasih, dibuktikan oleh ayah dan ibu Brianna."

Sempat terdiam selama sepersekian detik, lantas Choi Jungkook menoleh dan menatap dalam dua manik Arabelle, "Namun ada bukti kuat bahwa bencana akan diterima oleh seorang elf jika ia memutuskan untuk melangsungkan hidup bersama manusia."

Yang bertanya sepenuhnya tertegun. Ia tegak kaku pada posisi dan setengah menunduk. Belle jelas merekam semburat luka di balik wajah Jungkook walau pemuda itu berusaha menutupinya. Kini ia merasa bersalah.

"Maaf , Jungkook-ah," hanya kalimat itu yang bisa Belle ucapkan. Ia tak sampai untuk bertanya apa hal buruk yang akan terjadi--walau ia ingin.

Jungkook hanya bisa tersenyum pahit. Ia bertingkah seolah ia tak apa, padahal hatinya tengah menahan rasa sakit bak tertusuk ribuan duri di waktu yang sama. Jungkook sama seperti kakaknya. "Tak apa, aku sudah melupakan semua itu. Elina pasti sudah bahagia sekarang."

Konversasi mereka berhenti, hingga di seberang sana Taehyung menoleh dan menyadari ada sosok lain di sini.  Buru-buru ia tinggalkan Aron dan melangkah dengan tenang, mendekat ke arah Belle dan Jungkook. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"We need to talk," Arabelle berusaha menetralkan ekspresinya. Ia siratkan sebuah kalimat pada pasang mata di depannya, dengan asa bahwa lelaki itu bisa mengerti apa yang ia inginkan.

Choi Taehyung jelas terkoneksi--ia punya kuasa untuk tahu isi pikiran Belle. Tawa ia tahan, namun itu terlihat jelas di mata Jungkook.

"Sudah-sudah, pergi sana. Kalian akan kesulitan menyembunyikan semua ini jika terus berada di depanku," baru sedetik lalu ia terluka, kini Jungkook sudah bisa layangkan tawa. Ia menepuk bahu kakaknya, sesaat kemudian Belle menyeret gaun birunya dan pergi lebih dulu.

Taehyung hendak menyusul, namun ia sempatkan untuk menatap adiknya sebentar. "Jungkook-ah, berhenti menyimpan lukamu sendirian. Kini aku ada di sini, aku akan selalu ada untukmu."

Sesaat kemudian, Taehyung mengalihkan atensinya pada gelang ungu yang terpatri di lengan Choi bungsu. Lantas, ia ukir senyum di bibir barulah menyusul gadisnya.

Jungkook hanya terdiam. Ia dapat asumsi bahwa Taehyung sudah tahu semuanya. Ia tak akan salahkan Belle--sebab gadis itu satu-satunya insan di Winston yang tahu soal hubungannya dengan Elina. Jungkook tahu betul Taehyung punya kuasa yang lebih darinya.

Manik sayunya kini menatap lembut gelang ungu di lengan kirinya kala bayang-bayang sang gadis kembali singgah di kepala. Ia rindu, tapi ia tak bisa bertemu. Memori indahnya dengan si gadis terputar, namun ia hanya bisa terdiam dan mengukir seutas senyum.

Jungkook masih sama, ia masih mencintai gadisnya sama seperti dulu.

__________

halo! lama tidak berjumpa:v

aku kembali sesuai janji, dengan bonus chapter. maaf lama banget ya, huhu:(

Bonusnya masih ada lagi, dan kemungkinan aku bakal buat per chapternya pendek. Jadi jangan hapus dari library dulu ya🌚

oke, semoga bonchap ini bisa menjawab pertanyaan kalian yang mungkin belum terjawab, yaa. See u di next bonchap~

Astrological SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang